PERAN GAYA
KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI KERJA GURU
A. PENDAHULUAN.
Tugas dan
kewajiban kepala sekolah, disamping mengatur jalannya sekolah, juga harus dapat
bekerja sama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Menurut Purwanto, (2002:
75) kepala sekolah berkewajiban membangkitkan semangat staf guru-guru dan pegawai
sekolah untuk bekerja lebih baik; membangun dan memelihara kekeluargaan,
kekompakan dan persatuan antara guru-guru, pegawai dan murid-muridnya;
mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana sekolah dan tahu bagaimana
menjalankannya; memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan guru-guru dan
pegawai-pegawai.
Dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, terdapat beberapa faktor
penentu keberhasilan. Utamanya kualitas profesi guru dalam pengelolaan sekolah
ataupun dalam pengelolaan kelas. Sedangkan efektifitas dan efisiensi
pengelolaan sekolah tersebut sangat ditentukan oleh manajemen kepemimpinan
kepala sekolah. Keberhasilan pengelolaan sekolah ditentukan pula oleh
pengelolaan situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas yang baik merupakan
wahana bagi terjadinya interaksi belajar mengajar yang baik dalam rangka
peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan. Pengelolaan kelas yang
efektif dan efisien harus didukung dengan motivasi dan kompetensi guru yang
bersangkutan. Motivasi sangat penting dalam kaitannya dengan upaya mencapai
prestasi. Di sekolah, motivasi yang harus dibangun adalah komponen guru, tenaga
kependidikan dan siswa-siswa. Pada dasarnya motivasi bersumber pada kebutuhan.
Dalam
pengelolaan sekolah, supaya tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien,
maka kepala sekolah dalam memimpin harus melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemberian motivasi,
pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan inovasi (Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah, 1996: 87). Dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
tersebut, kepala sekolah perlu memperhatikan dan berupaya mengikuti atau
menerapkan prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut :
a.
Pembagian kerja
b.
Pendelegasian wewenang dan tugas
c.
Kesatuan perintah
d.
Kesatuan kerja
e.
Disiplin
f.
Mendahulukan kepentingan sekolah dari pada
kepentingan pribadi
g.
Penghargaan dan sanksi
h.
Inisiatif
i.
Efektif dan efisiensi serta prinsip keterpaduan
Agar guru
melaksanakan tugasnya dengan baik, maka guru harus selalu mendapat perhatian,
pembinaan dan bimbingan terutama dalam hal mengatasi masalah-masalah baru yang
sukar untuk dipecahkan. Untuk itu perlu secara terencana, teratur dan
berkelanjutan dilaksanakan usaha-usaha perbaikan dan pengembangan profesi.
Dengan demikian, agar prestasi kerja guru dapat meningkat yang akhirnya
berdampak pada meningkatnya prestasi siswa, maka sangat penting dalam
melaksanakan tugas seorang kepala sekolah memiliki gaya kepimimpinan yang baik
serta mampu memberikian motivasi secara terus menerus dan terprogram kepada
guru.
Kepemimpinan memiliki
peran yang sangat penting dan menentukan dalam pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah.Mengenai pentingya kepemimpinan dalam pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah, Mulyasa (2005: 107) mengemukakan : ”Kepemimpinan merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam manajemen berbasis sekolah. Kepemimpinan berkaitan
dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan
pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif”.
Kartono (2008: 6)
mengemukakan bahwa kepemimpinan berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk
mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang-orang lain guna melakukan
sesuatu, demi pencapaian satu tujuan tertentu. Untuk dapat mencapai tujuan
sekolah, perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja guru. Usaha
mendorong kinerja guru tidak dapat dilepaskan dari gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para
pengikutnya (Mulyasa, 2005: 108). Selanjutnya disebutkan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seseorang yang khas pada saat
mempengaruhi anak buahnya. Gaya kepemimpinan dan kemampuan memberikan motivasi
yang baik akan memudahkan suatu institusi dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah harus dapat menerapkan gaya
kepemimpinan efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan guru dan pegawai
lainnya. Untuk dapat menerapkan gaya kepemimpinan dan motivasi yang efektif seorang pemimpin
harus memiliki karakter/nilai-nilai dalam kepemimpinan. Nilai dalam
kepemimpinan adalah hal-hal yang dipercaya dan diperjuangkan. Kepemimpinan yang
tidak dibangun atas karakter/nilai-nilai akan menghambat pertumbuhan pemimpin
dan gagal menumbuhkan rasa percaya dan tenang dalam diri pengikutnya.
Nilai-nilai kepemimpinan meliputi : 1) Tanggung jawab, 2) Disiplin, 3)Jujur, 4)
Sederhana, 5) Kerja keras, 6) Mandiri, 7) Adil, 8) Berani, dan 9) Peduli ( kartono,2008: 31). Pelaksanaan nilai-nilai kepemimpinan secara
konsisten sangat membantu kepala sekolah untuk mempengaruhi anak buahnya, sebab
sebaik-baiknya perintah adalah contoh. Gaya kepemimpinan dan motivasi yang efektif dan dibangun oleh
karakter/nilai-nilai kepemimpinan yang baik akan memudahkan dalam mencapai
tujuan.
SMP Negeri 1 Eromoko yang terletak di Dusun Songputri Desa
Sindukarto Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri. Kepemimpinan kepala sekolah
di SMP Negeri I Eromoko telah menghantarkan sekolahan ini menjadi sekolah yang
menonjol dibandingkan sekolah sejenis yang ada di Sub rayon Woryantoro
Kabupaten Wonogiri. Indikasi keberhasilan SMP Negeri I Eromoko adalah
kepercayaan yang tinggi dari masyarakat di desa Eromoko dan sekitarnya. Peserta
didik sekolah ini tidak hanya berasal dari wilayah satu Kecamatan Eromoko saja, akan tetapi meliputi
Kecamatan-kecamatan yang ada disekitarnya. Padahal di daerah tersebut terdapat
beberapa sekolah sejenis, di antaranya : SMP Negeri 2 Eromoko, SMP Negeri I
Pracimantoro , SMP Negeri 2 Pracimantoro, SMP Negeri 3 Pracimantoro, SMP Negeri
I Wuryantoro, SMP Negeri 2 Wuryantoro ,SMP Muhammadiyah Eromoko, dan SMP
Pancasila Eromoko. Fenomena ini tidak terlepas dari kepemimpinan kepala sekolah
dalam mengelola sekolah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga menjadi
sekolah yang dipercaya oleh masyarakat. Kepala Sekolah yang mampu menerapkan
gaya kepemimpinan yang efektif dan didukung oleh karakter/nilai-nilai
kepemimpinan yang baik sangat membantu sekolah dalam mencapai tujuan, yaitu
meningkatnya prestasi guru dan peserta didik secara optimal.
Melihat latar belakang
tersebut di atas, maka peneulis ingin mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan
dan Motivasi kepala sekolah dalam
peningkatan prestasi guru, maka peneliti bermaksud untuk mengetahui jawabannya,
yang dikaji berdasar pada Kepemimpinan Kepala Sekolah, Studi Kasus SMP Negeri I
Eromoko, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri
B.
METHODE PENELITIAN
a.
Jenis
dan pendekatan Penelitian
Jika ditinjau dari segi tempat
penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research),
sebab data-data yang dikumpulkan dari lapangan langsung terhadap objek yang bersangkutan,
yaitu SMP Negeri 1 Eromoko. Namun jika dilihat dari sifat penelitian, maka
penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan
menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan, bersifat verbal, kalimat-kalimat, fenomena-fenomena, dan tidak berupa
angka-angka.
Sedangkan Pendekatan penelitian yang
dipakai dalam penelitian ini menggunakan
penelitian ethnografi. Spradley dalam mantja,(2007:6) mengatakan ethnografi
ditekankan pada tujuan . Tujuan
ethnografi adalah untuk mengetahui
pandangan-pandangan hidup orang lain dari cara pandang pelakunya.
b.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang penulis teliti dalam penelitian
ini adalah SMP Negeri I Eromoko,
terletak di Jl Raya Pracimantoro – Wonogiri km.5 Wonogiri, tepatnya di Dusun
Songputri Desa Sindukarto Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri, dengan nomor telepon
(0273)53290000 Wab site: www.smpn1eromoko.com. Sekolah
tersebut termasuk salah satu SMP terfavorit di wilayah Sub Rayon
Woryantoro, dan merupakan sekolah SSN
Plus, mengapa dikatan SSN Plus karena sudah bererapa kali mendapat akreditasi A
dan sudah direkomendasi untuk dinaikkan menjadi RSBI, namun karena melihat letak geografis sekolah di
daerah pedesaan, maka lebih baik tetap memilih sebagai sekolah SSN .
c.
Metode Pengumpulan Data
Untuk
mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa metode, yaitu:
a.
Wawancara Mendalam (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancaca (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 1991: 135). Metode ini digunakan
untuk memperoleh data-data tentang peran gaya kepemimpinan,peran motivasi, problematika yang dihadapi,
dan solusinya.
Metode ini ditujukan kepada kepala
sekolah dan guru
SMP Negeri 1 Eromoko dengan menyiapkan pertanyaan (interview duide).
Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan peran gaya kepemimpinan dan motivasi
kepala sekolah terhadap peningkatan prestasi kerja guru.
b.
Observasi
(participant)
Observasi adalah
pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial
dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Subagyo, 1997:
63). Observasi dilakukan untuk
menentukan subyek informasi yang terdiri
dari informan kunci dan informan pendukung. Penentuan informan ini didasarkan
pada fungsi informan dan kegunaan serta manfaat informasi/data yang diperoleh.
Metode ini dipakai untuk mengumpulkan data-data yang mudah difahami dan diamati
secara langsung. Sasaran pengamatan adalah peran gaya kepemimpinan dan motivasi
kepala sekolah di SMP Negeri I Eromoko. Pengamatan dilakukan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
kegiatan wawancara sebagai langkah tindak lanjut guna memperkuat data wawancara
yang telah didapat. Observasi ini meliputi keberadaan peran gaya kepemimpinan,
motivasi kepala sekolah
serta warga sekolah itu sendiri.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi
adalah cara memperoleh data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leagger, agenda,
dan sebagainya (Arikunto, 1998: 135). Penelaahan
dokumen, digunakan untuk mempelajari berbagai sumber
dokumen, terutama yang berada di sekolah itu sendiri
didukung oleh sumber dokumen yang ada.
Penelitian ini memanfaatkan dokumen sebagai sumber data.
Dalam banyak hal
dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan tentang
peran gaya kepemimpinan dan motivasi kepala sekolah di SMP Negeri I Eromoko. Dokumentasi berupa gambar maupun
data tertulis yang telah ada di sekolah
seperti foto kegiatan, papan bagan struktur, notulen rapat, peraturan
sekolah, dan lain-lain sebagai pendukung serta penguat data.
d.
Teknik
Analisa Data
Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Setelah data dikumpulkan
dilapangan maka analisis kualitatif – interaktif yang terdiri dari tiga alur yang berjalan simultan yaitu pengumpuilan data, reduksi data,
penyajian data, dan menarik kesimpulan.
a.
Pengumpulan Data
Langkah pertama
dalam pengumpulan data dilakukan dengan jalan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hal yang tercatat diskriptif yang merupakan catatan apa yang dilihat, disaksikan dan
dialami dari lapangan tanpa adanya
komentar dan tafsiran dari peneliti
tentang fenomena yang dijumpai. Kedua, catatan reflektif merupakan catatan berisi kesan, komentar,
pendapat tentang fenomena yang dijumpai oleh peneliti.
b. Reduksi Data
Reduksi data
dapat diartikan sebagai proses pemilihan , pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis
dilapangan. Sebagaimana diketahui, reduksi data berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung. Reduksi data
merupakan satu bentuk analisa yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak diperlukan dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sampai
kesimpulan finalnya ditarik dan diferifikasi.
c.
Penyajian
Data
Penyajian data
dalam penelitian ini adalah dalam bentuk teks naratif dari catatan lapangan.
Dengan demikian penyajian data sebagai sekumpulan informasi yang tersusun guna
memberiikan adanya penarikan kesimpulan. Teks yang terpancar bagian demi bagian
yang tersusun kurang baik dari hasil catatan lapangan dirumuskan menjadi
kesatuan yang simultan sehingga memudahkan
dalam pengambilan kesimpulan.
d.
Menarik
Kesimpulan
Kegiatan akhir adalah penariakn
kesimpulan dan verifikasi. Dalam hal ini hanyalah sebagian dari salah satu
kegiatan dari konfigurasi yang utuh, karena penarikan kesimpulan juga
diverifikasikan sejak awal hingga akhir
penelitian yang merupakan sesuatu
yang paling berhubugan dalam bentuk
sejajar untuk membangun wawasan umum
yang sifatnya analisis.
C.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1. Peran Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Guru
Pembahasan tentang teori kepemimpinan sudah banyak
dibahas dalam berbagai sudut pandang baik dari sisi perilaku, gaya maupun tipe serta bagaimana seorang
pemimpin mempengaruhi bawahan dalam meningkatkan kualitas kerja para
bawahannya. Keberhasilan Kepala Sekolah
dalam memimpin sebuah lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh gaya pemimpin terhadap bawahannya. Dalam hal
ini Hersey dan Blanchard (1989: 135) mengatakan : The Style of leaders in the
cousis tent behavior patterns that they use when they are working with and through other people as perceived by those people. Artinya bahwa gaya kepemimpinan adalah pola
perilaku para pemimpin yang konsisten mereka gunakan ketika mereka bekerja
dengan dan melalui orang lain seperti yang dipersepsi orang-orang itu.
Pada saat proses kepemimpinan berlangsung seorang
pemimpin dalam kegiatannya sehari-hari mengaplikasikan gaya kepemimpinan
tertentu agar tujuan yang diinginkan dapat berhasil, jika seorang pemimpin
dapat memberi pengaruh, motivasi, mengarahkan dan menggerakkan bawahannya yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi agar mereka bekerja penuh semangat dalam
mencapai tujuan adalah bentuk kepemimpinan yang efektif.
Menurut Hersey dan Blanchard (1989: 136) menyebutkan
gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang efektif ada empat: (1) gaya instruktif,
penerapannya pada bawahan (guru maupun karyawan) yang masih baru atau baru bertugas. (2) gaya konsultatif, penerapan untuk
bawahan (guru dan karyawan) yang memiliki kemampuan tinggi namun kemauan rendah. (3) Gaya prestasif,
penerapannya untuk bawahan (guru dan kayawan) yang memiliki kemampuan rendah,
namun memiliki kemauan kinerja yang
tinggi. (4) Gaya delegatif, penerapannya bagi bawahan (guru dan karyawan) yang
memiliki kemauan tinggi dan kemampuan yang tinggi.
Jika
dilihat pada bab IV yang telah peneliti
sajikan tentang kepemimpinan Kepala SMP
Negeri I Eromoko memandang bawahannya baik guru maupun karyawan layaknya seperti saudara, sebagai mitra kerja
yang selalu memberikan kepercayaan yang
besar kepada bawahan, membangun kerja sama sebagai team kerja, bersedia
menerima saran dan kritik juga tidak memaksakan kehendak dalam setiap ide,
gagasan atau kebijakan yang diputuskan. Di dalam mengembangkan kreatifitas Kepala Sekolah
memberikan kebebasan, membangun gairah kerja, memberikan peluang jabatan dan
pujian bagi yang mampu dan rajin
memberikan penyegaran dan kesejahteraan dengan rekreasi. Hal ini dilakukan oleh
Kepala Sekolah karena baik guru maupun
karyawan mempunyai kemampuan yang tinggi dan kemauan yang tinggi pula.
Secara teoritis dan analisis
dari data yang penulis peroleh, maka Kepala SMP Negeri I Eromoko dalam
meningkatan prestasi kerja menggunakan gaya
kepemimpinan yang demokratis, kharismatik dan delegatif hal ini dapat
dilihat dari berbagai indikator-indikatornya yaitu: Mengembangkan kreatifitas,
mau menerima kritik dan saran, diberi kesempatan untuk menyumbangkan kualitas
profesional adanya team kerja yang kompak dan menjunjung tinggi kebersamaan,
membangun gairah kerja dengan memberi hadiah atau pujian dan kesejahteraan bagi
yang mampu secara adil.
Dari paparan di atas gaya kepemimpinan Kepala SMP
Negeri I Eromoko dalam meningkatkan prestasi
kerja menggunakan beberapa pendekatan antara lain:
a.
Dalam
meningkatkan prestasi kerja menganggap bahwa antara guru yang satu
dengan guru lainnya termasuk karyawan merupakan mitra kerja dan mempunyai
kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas.
Guru dan karyawan sebagai bawahan dalam sebuah lembaga pendidikan
merupakan bagian yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain dalam
mengantarkan peserta didik untuk mencapai keberhasilan walaupun guru sebagai
bagian utama. Untuk mencapai out put yang berkualitas dan dapat berguna bagi
lingkungan, maka peningkatan prestasi kerja dalam pendidkan mutlak diperlukan.
Dengan pendekatan
persaudaraan yang diterapkan oleh Kepala Sekolah dengan para bawahannya, maka mereka mempunyai
tanggung jawab terhadap lembaga
pendidikan khususya yang berhubungan dengan kwalitas sekolah. Kwalitas out put
(siswa) akan tercapai dengan baik jika kwalitas kinerja senantiasa ditingkatkan baik secara
intelektual, spiritual maupun potensi-potensi ketrampilan yang dimiliki. Salah
satu cara untuk mendapatkan kualitas kinerja
sehingga menjadi profesional, maka gaya kepemimpinan kepala sekolah salah
satunya adalah adanya keakraban dan kedekatan dengan bawahan bahkan dianggapnya
bawahan itu sebagai saudara yang mempunyai tanggung jawab bersama terhadap keberadaan sekolah. Hal ini
penulis jumpai saat observasi ketika kepala sekolah memimpin rapat selalu menyebut anak buah dengan “teman-teman” bukan
bapak/ibu guru, dan suasana akrap tampak
sekali antara kepala sekolah dan guru,
dengan demikian kepala sekolah SMP Negeri I Eromoko benar-benar
menghendaki kedekatan dan
keakaraban antara pimpinan dan bawahan.
Hasil penelitian yang
dilakukan peneliti selaras dengan Al Hadza
(2001) dari penelitianya yang berjudul ”Pengaruh motivasi berprestasi dan perilaku komonikasi antara pribadi
terhadap efektifitas kepemimpinan kepala sekolah (Survai terhadap kepala SLTP
di propinsi Sulawesi tenggara), menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif
dari motivasi berprestasi terhadap efektivitas kepemimpinan. Penelitian juga menemukan bahwa terdapat pengaruh positif dari prilaku komunikasi antara pribadi
terhadap efektifitas kepemimpinan. Hal ini berarti bahwa semakin positif prilaku komunikasi antar pribadi dari seorang
kepala sekolah yang ditandai dengan kepemilikan konsep diri yang tepat, adanya
pengertian yang dalam (percaya simpati dan empati) terhadap bawahan, dan adanya
kedekatan, keakraban dengan bawahan, maka
akan semakin efektif pula ia memimpin sekolahnya.
Peneliti berpendapat bahwa Salah satu cara untuk mendapatkan kwalitas kinerja sehingga menjadi
profesional, maka gaya kepemimpinan kepala sekolah salah satunya adalah adanya
keakraban dan kedekatan dengan bawahan, bahkan
bawahan dianggapnya sebagai
saudara, guru dan karyawan harus diakui keberadaanya bukan sebagai bawahan atau anak buah, akan tetapi sebagai mitra
kerja yang mempunyai tanggung jawab bersama antara pimpinan dan bawahan terhadap keberadaan sekolah.
b.
Adanya saran dan kritik kepada kepala sekolah
Otoritas sebagai Kepala Sekolah sangatlah kuat dan dominan, sehingga
kebijakan apapun dari Kepala Sekolah akan senantiasa dilaksanakan oleh bawahannya, tetapi jika berorientasi pada
kemajuan dan kualitas, SMP Negeri I Eromoko senantiasa bekerja secara bersama,
maka kritik dan saran kepada pimpinan
dari bawahannya senantiasa didengarkan oleh Kepala Sekolah yang mempunyai komitmen yang sama untuk menjadikan
sekolah yang bermutu, baik menyangkut acara formal maupun informal. Kritik dan
saran senantiasa terjadi dengan anggapan
hal tersebut merupakan inspirasi untuk memajukan sekolah.
Hal ini sependapat dengan Soebagio Admodiwiro,
(2000: 162) bahwa adanya kebebasan untuk menyampaikan
usulan, rencana dan kegiatan-kegiatan yang bersifat pribadi maupun kelompok
dalam rangka pencapaian tugas, berperilaku dengan sepenuhnya bahwa ia merupakan
penyebab timbulnya perubahan bagi sekolah, staf, guru dan siswa.
Peneliti berpendapat bahwa gaya
kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah dengan suka menerima kritik
dan saran dari bahwahanya, akan
menimbulkan respon poisitif dari bawahan.
Selain hal tersebut juga berdampak pada bawahannya untuk senantiasa
berupaya meningkatkan kualitas dirinya,
akan bekerja dengan senang karena setiap
saran dan kritiknya diperhatikan oleh atansannya.
c.
Adanya sosialisasi terlebih dahulu
Kepala sekolah sebagai
seorang yang diberi tugas untuk
mengelola sekolah, maka dituntut untuk mampu dalam mengelola sekolah serta
mampu mengkomunikasikan berbagai kebijakan baik yang menyangkut intern maupun
ekstern (pemerintah). Kondisi ini menghendaki kepala sekolah pada saat akan
menerapkan berbagai kebijakan yang akan diputuskan senantiasa mengajak bawahannya
untuk diajak membahas hal-hal khususnya yang berkaitan langsung dengan guru maupun karyawan. Jika
hal ini tidak dilaksanakan, maka akan
muncul perilaku yang bertentangan
dengan kebijakan yang sudah diambil, indikasi ini dapat dilihat dari perilaku
bawahannya seperti sering terlambat, dan jika kepala sekolah tidak ada maka
akan mengajar seenaknya atau tidak ada gairah dalam mengajar dsb.
Hal ini sependapat dengan Tjiptono dan Diana, (2001: 161) mengatakan
bahwa gaya kepemimpinan demokratis dikenal juga dengan gaya kepemimpinan konsultatif atau konsensus, hal
ini dikarenakan pimpinan yang menggunakan gaya pendekatan ini senantiasa
melibatkan bawahannya untuk melakukan keputusan
dari hasil pembuatannya walaupun
keputusan akhir berada pada
pimpinan tetapi setelah menerima masukan dan rekomendasi dari anggota tim. Pada
sebuah kritik mengatakan bahwa
keputusan yang paling populer serta
disukai tidak merupakan suatu keputusan yang baik, dan sesuai dengan sifatnya,
kepemimpinan demokratis cenderung menghasilkan keputusan yang disukai dari pada
keputusan yang tepat.
Peneliti berpendapat, jika setiap kebijakan yang akan diputuskan
dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan cara disosialisasikan, maka akan terlihat baik guru maupun karyawan ada gairah
maupun semangat dalam bekerja dan kinerja guru maupun karyawan akan berubah
dengan sendirinya seiring dengan perkembangan lembaga pendidikan itu sendiri. Selain
itu jika setiap kebijakan khusunya dalam usaha peningkatan mutu sekolah,
bawahan diikut sertakan dalam pembicaraan bersama pada setiap pengambilan
keputusan akan berdampak pada
peningkatan kerja yang tinggi.
d.
Adanya kepercayaan pimpinan pada bawahan
Kemampuan yang tinggi serta kemauan yang tinggi serta dengan melihat
latar belakang pendidikan atau
ketrampilan yang dimiliki oleh guru khususnya, maka pengisian posisi
disesuaikan dengan kebutuhan, selain itu dalam
peningkatan kinerja kepala sekolah hendaknya memberikan kepercayaan
yang penuh pada setiap bidang tugas
bawahannya, namun tetap dalam pengawasannya, jika suatu ketika terdapat
kekeliruan maupun kesalahan. Di SMP Negeri I Eromoko terdapat empat wakil
kepala sekolah yaitu waka. bidang kurikulum, waka. Bidang sarana prasarana,
waka. Bidang kesiswaan, dan waka. Bidang humas semuanya diberi kepercayaan
dan tanggung jawab sesuai dengan tugas masing-masing oleh kepala
sekolah.
Hal ini sependapat
dengan Lippiht dan whit dalam Thoha, (1995: 47) menyatakan bahwa kebebasan
dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas prestasi kerja selau diberikan
kebebasan bagi bawahannya, sistem
pendelegasian adalah sistim yang
sesuai jika bawahan mempunyai kemampuan
maupun kemauan yang tinggi. Jika ini tidak diberikan, maka ada rasa keengganan
bawahan untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Secara demokratis, kepemimpinan model ini mau menerima
saran-saran dari anak buah juga berupa kritikan-kritikan akan diminta dari anak
buahnya. Yang kesemuanya itu bertujuan
demi suksesnya pekerjaan bersama, indikasi yang lain gaya kepemimpipinan ini adalah diberinya kebebasan yang cukup kepada anak buahnya, dasarnya menaruh kepercayaan bahwa mereka itu akan
berusaha sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya, juga senantiasa
berusaha memupuk kekeluargaan, persatuan
membangun semangat dan gairah bekerja.
Peneliti barpendapat
bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas kerja bawahan , maka sangat diperlukan
kepercayaan dan kebebasan dalam
mengembangkan kreatifitas. Dengan demikian akan banyak diambil hikmah dari
pengalaman sehingga tidak akan terulang kesalahan yang kedua kali.
e.
Mengutamakan team work
Dalam upaya meningkatkan kualitas prestasi kerja kepala sekolah sebagai
pimpinan harus berusaha untuk memiliki kemitraan yang jelas terhadap sekolah, kepentingan sekolah
serta memberi peluang bagi guru dan karyawan untuk mengidentifikasi
nilai-nilai, visi maupun misi sekolah baik menyangkut ke dalam maupun keluar.
Untuk mencapai itu semua pembentukan
team work diperlukan dan berkelanjutan.
Sebagaimana yang diterapkan di SMP negeri I Eromoko pembentukan team work pada
setiap kegiatan sekolah seperti Penerimaan siswa baru (PSB), MOS, Ulangan
semester dan lainya.
Hal ini sependapat dengan Sunindhia (1989: 47) bahwa salah satu indikator
dari kepemimpinan demokratis menurutnya adalah
seorang pimpinan akan selalu berusaha mengutamakan tim work dalam usaha
pencapaian tujuan.
Peneliti berpendapat jika kepala
sekolah mempunyai komitmen yang bagus, jelas dan terarah untuk memajukan sekolah namun
komitmen dalam peningkatan kinerja tidak
ada, maka pembentukan team work akan sia-sia. Dengan bentuk dampak yang lain adalah bawahan tidak
akan mau tahu dengan hal-hal yang
berkaitan dengan peningkatan kemajuan sekolah maupun visi, misi dan tujuan sekolah.
f.
Penciptaan gairah kerja
Kepala sekolah dalam mengembangkan suasana gairah
kerja menggunakan berbagai cara sehingga kualitas bawahannya terjadi
peningkatan serta terbangun dengan sendirinya. Bentuk-bentuk peningkatan gairah
kerja sangatlah banyak seperti memberi pujian, hadiah, penghargaan maupun
harapan jika etos kerja tinggi. Dalam rangka menciptakan suasan gairah kerja
guru dan karyawan SMP Negeri I Eromoko
senantiasa memberikan peluang jabatan dan kesempatan untuk mengembangkan karir.
Subagio
Admodiwiro, (2000: 162.) mengatakan bahwa kepala sekolah juga harus mampu mewujudkan tujuan
perorangan dengan cara menstemulasi baik guru maupun karyawan serta siswa dalam
mencapai prestasi yang tinggi, dengan tetap menentukan harapan kerja yang
tinggi dan baik, menghargai potensi dan kemampuan orang lain dan menyatakan
kepercayaan terhadap hasil memuaskan yang dihasilkannya.
g. Pembagian Keberhasilan
secara Adil
Di lembaga manapun faktor kesejahteraan didambakan
oleh setiap manusia, di lembaga pendidikan kesejahteraan guru dan karyawan
merupakan sesuatu yang senantiasa menjadi topik pembicaraan. Karena ketika
berbicara tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia maupun mutu
pendidikan yang didalamnya terlibat banyak pihak, akan dirasakan tidak adil
ketika guru maupun karyawan berusaha memberikan pelayanan dalam rangka
peningkatan kualitas siswa (Lulusan) tetapi disisi lain kesejahteraan
terabaikan. Sebagai pimpinan kepala sekolah pemegang otoritas lembaga yang
dipimpinnya mempuyai kewajiban untuk menjawab permasalahan yang menyangkut
kesejahteraan guru maupun karyawannya jika ada permasalahan muncul di lembaga
yang dipimpinnya.
Dengan kondisi yang demikian, maka setiap
keberhasilan yang dicapai oleh sekolah khususnya yang berkaitan dengan
keberhasilan di bidang keuangan kepala sekolah hendaknya berusaha membaginya
dengan adil. Adil di sini yang dimaksud adalah dengan pertimbangan masa kerja,
golongan pangkat maupun jabatan yang diemban oleh guru maupun karyawannya, juga
latar belakang ijazah (karyawan), sedangkan untuk guru didasarkan pada jumlah
jam mengajar. Di SMP Negeri I Eromoko sumber dana berasal dari subsidi
Pemerintah dan Dana Komite dari orang tua. Dana tersebut dikelola sekolah
bersama komite sebagai dana operasional siswa baik teori maupun praktek,
termasuk di dalamnya untuk kesejahteraan guru dan karyawan dalam bentuk
tunjangan transport maupun tunjangan jabatan. Tidak menutup kemungkinan jika
pembagian yang tidak adil dalam masalah kesejahteraan bawahan (Keuangan) akan
timbul rasa malas dan enggan untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya dengan
kata lain tidak akan ada partisipatif dari para guru maupun karyawan.
Peneliti
berpendapat bahwa kesejahteraan guru tidak dapat diabaikan, karena merupakan
salah satu faktor penentu dalam peningkatan kinerja yang secara langsung
berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Peningkatan kesejahteraan guru dapat
dilakukan antara lain pemberian insentif di luar gaji, imbalan dan penghargaan,
serta tunjangan yang dapat meningkatkan kinerja guru.
2. Peran Motivasi
Kepala Sekolah dalam Peningkatan Prestasi Kerja Guru
Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin dalam sebuah
lembaga pendidikan mempunyai tugas sekaligus bertanggung jawab terhadap
amanahnya. Hal ini dikarenakan dengan berbagai persoalan yang muncul di sekolah
tersebut maka yang pertama dan utama adalah
kepala sekolah, maka dalam penjagaan integritas, terpercaya dan
penghormatan hendaknya menjadi komitmen pada dirinya. Dalam bekerja di lembaga
yang dipimpinnya hendaknya kepala sekolah juga menjadi sumber motivasi bagi
anak buahnya sehingga semangat kerja dapat bangkit, percaya diri tumbuh juga
untuk siswa.
Kepala Sekolah pada hakekatnya adalah sumber
semangat/ motivator bagi guru, staf dan siswa. Oleh karena itu Kepala Sekolah
harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap guru, staf dan siswa
sehingga mereka memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara
tanggung jawab dan profesional. Untuk mencapai peningkatan kinerja melalui peran motivasi kepala sekolah, maka kepala
sekolah perlu mempunyai beberapa strategi yang mengarah kepada peningkatan
kinerja bawahannya. Dalam pembinaan guru maupun karyawannya tanggung jawab
berada di tangan supervisor yang terdiri dari: general Supervisor, Special
grade Supervisor, Special Subject Supervisor yang ketiga-tiganya dikoordinir
oleh Superintendent.
Mengingat yang setiap hari bertemu dengan guru
adalah kepala sekolah sebagai pimpinan di lembaga pendidikan maka kepala
sekolah mempunyai tanggung jawab dan kewajiban dalam peningkatan kinerja yang
menjadi bawahannya. Kepala Sekolah selaku Administrator Sekolah, hal yang tidak
boleh dilupakan adalah Pembinaan Profesionalisme bawahannya yang sekarang
terkenal dengan istilah TQM (Total Quality Manajemen) pada lembaga yang
dipimpinnya.
Pembinaan dalam peningkatan kinerja yang dimaksud
disini adalah bantuan kepada guru (khususnya) dengan bentuk penyerahan dan
motivasi dalam peningkatan profesionalisme kerja untuk mendapatkan proses
belajar mengajar yang optimal, sehingga dengan bimbingan tersebut semua guru
dalam proses belajar dapat diikuti dan dimengerti oleh anak didiknya dengan
baik dan begitu juga karyawannya dalam melayani hal-hal yang diperlukan dalam
pelaksanaan PBM khususnya dalam administarasi dapat terlaksana dengan cepat, mudah
dan praktis.
Untuk guru pembinaan dalam peningkatan kualitas
dalam proses belajar mengajar dengan berbagai bentuk kegiatannya juga sebagai
usaha untuk terlaksananya sistem kenaikan pangkat dalam jabatan profesional
guru. Sedangkan motivasi yang diberikan
Kepala SMP Negeri I Eromoko dalam meningkatkan kualitas kinerja bawahan
yang ada di sekolah dengan melakukan beberapa strategi, diantaranya:
1. Kepala
sekolah memberikan jenis pekerjaan kepada bawahannya sesuai dengan kemampuan
dan tugasnya.
Sebagai seorang pemimpin harus mampu
mengidentifikasi bawahnya, sehingga terjadi efisien dan efektifitas dalam
mencapai tujuan lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sebelum memberikan
pekerjaan kepada bawahannya Kepala SMP Negeri I Eromoko melihat kemampuan yang
dimiliki oleh yang bersangkutan kemudian mengkomunikasikannya dengan manajemen
dan setelah itu diberikan pekerjaan tersebut. Dalam mengidentifikasi bawahan
yang dijadikan bahan pertimbangan kepala sekolah untuk menentukan jenis
pekerjaan bawahan melalui ijazah, lulusan, serta jurusan/spesialisasinya dan
lainya. Dengan demikian pimpinan dalam memberikan pekerjaan pada bawahan sesuai dengan
kemampuan dan disiplin ilmu yang dimiliki.
Hal ini sesuai dengan Herzberg (dalam JohnAdai,1994) yang
menyebutkan hal-hal yang dapat memotivasi orang pada pekerjaanya salah satunya adalah adanya tanggung jawab,
bawahan akan melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, bila pekerjann
yang dibebankan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dalam bidang pengajaran Kepala Sekolah senantiasa
melihat karakteristik guru dalam pengajarannya dan jeli dalam melihat
efektifitas penguasaan guru dalam hal mengajar sampai dimana kemampuannya. Hal
ini dikarenakan sebagai seorang pemimpin harus bisa membaca karakter bawahnya
sebelum diberi tugas maupun ditingkatkan kualitas kinerja maupun
profesionalitas yang dimilikinya.
2. Kepala
Sekolah Memberikan Supprot maupun Motivasi kepada Bawahannya untuk Meningkatkan
Kualitas maupun Pendidikan
Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah senantiasa
memberikan dorongan kepada bawahannya dalam meningkatkan kualitas dirinya
sangatlah berarti. Hal ini disebabkan para bawahan mempunyai kepekaan pada
setiap kebijakan kepala sekolah. Jika dalam hal yang kecil saja tidak disupport
dari kepala sekolah akan melemahkan semangat baik guru maupun karyawan dalam
meningkatkan kualitas profesionalismenya, diantaranya dengan melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, dan mengikutsertakan keberbagai
pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar. Kepala sekolah SMP Negeri I Eromoko
senantiasa mendorong dan mengikutkan
dalam seminar–seminar, pelatihan baik yang diselenggarakn oleh dinas pendidikan
maupun instansi terkait. Disamping itu kepala sekolah juga senantiasa
menganjurkan untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjana.
Hal ini senada dengan herzberg yang menyatakan bahwa
salah satu faktur yang dapat memotivasi bawahan adalah adanya dorongan dari pimpinan untuk mengembangkan kualitas
diri. Pengembangan seseorang baik dari pengalaman kerja atau kesempatan untuk
maju dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih baik
giat dan bergairah.
3. Kepala Sekolah memberikan
Suasana Penyegaran
Tugas guru di lembaga pendidikan sangatlah berat.
Hal ini disebabkan selain guru tersebut harus menguasai materi sesuai dengan
mata diklat yang diajarkan, guru juga dituntut untuk memahami karakter dan
psychologis anak sehingga pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut dapat
diterima, dipahami dan dimengerti serta dikuasai oleh siswanya. Untuk
melaksanakan ini juga diperlukan perangkat-perangkat pembelajaran serta
pelayanan administrasi sehingga kegiatan proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Mengingat hal tersebut sangatlah berat dan yang
dihadapi sesuatu yang tetap, maka kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus
membaca situasi bagaimana guru dan karyawan tidak merasa jenuh dengan
pekerjaannya sehingga sikap profesionalismenya tetap tinggi dan dedikasinya
baik, maka diadakanlah beberapa kegiatan penyegaran seperti rekreasi, pertemuan
keluarga, Reewad/ ucapan selamat. Dengan kondisi demikian diharapkan kepuasan
secara batin sebagai bawahannya dapat terpenuhi dan terpuaskan.
Penelitian ini sependapat dengan Hasibuan yang menyatakan bahwa pemberian
motivasi salah satunya dengan cara motivasi langsung , artinya seorang pimpinan
diharapkan mampu memberikan kepuasan
secara lahir dan batin dalam bentuk materiil maupun non materiil.
4. Kepala
Sekolah Memberi Kesempatan kepada Para Guru untuk Mengikuti Kegiatan-kegiatan.
(Seminar, Lokakarya, Workshop, MGMP, maupun bentuk pelatihan)
Dalam peningkatan prestasi kerja sehingga menjadi
tenaga yang profesional, kepala sekolah selalu memberi kesempatan dan
mengikutsertakan dengan berbagai kegiatan yang menyangkut hal-hal berkaitan
dengan peningkatan mutu sekolah. Kegiatan tersebut antara lain, MPGMP,
seminar-seminar, lokakarya, pelatihan-pelatihan maupun studi banding.
Hal ini senada dengan Herzberg (dalam
dalam Amrulloh dan Hanafi,(2001: 175) yang menyatkan bahwa salah satu perangkat
motivator adalah adanya pengembangan, Supaya pengembangan benar-benar berfungsi
sebagai motivator maka manager dapat memulainya
dengan melatih bawahan untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih
bertanggung jawab, bila menunjukkan hasil yang baik maka manager perlu
memberikan usulan untuk dilakukan pengembangan. Pimpinan hendaknya mendorong
bawahan untuk lebih meningkatkan propfesionalismenya dengan mengikuti
pelatihan, seminar dll.
Dengan mengikuti berbagai
kegiatan, maka bawahan akan dapat mengetahui kekurangan diri sendiri dan
kelebihan orang lain yang lebih baik, sehingga ada interaksi positif untuk
menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman orang lain yang kemudian disimpulkan
dan dijalankan dengan dirinya sendiri serta diterapkan pada sekolah dimana dia
mengajar. Selain
itu juga berbagai kesulitan yang dihadapi dapat dicarikan solusinya dengan
melihat dan mendengarkan apa yang dilakukan oleh tutor dan jika mengalami
kesulitan dapat dipecahkan dan diselesaikan dengan baik.
Khususnya untuk guru, Kepala Sekolah dalam
memberikan kesempatan mengikuti berbagai kegiatan adalah dengan cara
bergantian, hal ini dilakukan agar dalam proses belajar mengajar tidak terjadi
kekosongan jam. Ada juga cara yang digunakan yaitu dengan cara tukar jam dengan
guru lain jika yang bersangkutan kebetulan ada kegiatan, jika tidak dapat
dilakukan maka dengan cara memberi tugas dan dikerjakan dan diperiksa serta
dikembalikan hasil pekerjaannya kepada siswanya.
5. Meningkatkan Kinerja dengan
Cara Banyak Membaca
Ada persoalan klasik yang menimpa kualitas
pendidikan di Indonesia adalah kondisi ekonomi guru yang kurang sejahtera. Hal
ini bisa ditinjau dari berbagai segi diantaranya adalah rendahnya gaji yang
diterima oleh guru maupun karyawan lebih-lebih di sekolah swasta yang segala
kegiatan yang menyangkut RAPBS ditentukan oleh penghasil SPP yang harus dibayar
oleh orang tua siswa, sehingga pada saat guru dan karyawan akan meningkatkan
kemampuan dengan cara membeli buku, studi banding, MGMP, seminar maupun hal-hal
lain yang mengarah pada peningkatan kinerja hendaknya ada anggaran untuk
membantu dalam berbagai kegiatan yang diikuti oleh guru maupun karyawan.
Di SMP Negeri I Eromoko fasilitas pengembangan diri
melalui gemar membaca sudah cukup memadahi baik untuk guru maupun siswa karena
Perpustakaan tidak hanya berisi buku bacaan namun berita-berita terbaru melalui
koran dan majalah berlangganan, sekaligus dilengkapi dengan sarana untuk
pengembangan diri SAS (self acces study) dengan hosfot internet kapanpun
dibutuhkan. Begitu juga untuk kegiatan MGMP ada dana tersendiri dari sekolah
untuk setiap guru yang mengikutinya, sedangkan untuk karyawan yang ditugaskan
untuk mengikuti berbagai pelatihan dalam peningkatkan kinerja sehingga menjadi
karyawan yang berkualitas juga disiapkan anggaran.
D.
SIMPULAN
Sesuai
dengan fokus utama penelitian ini yaitu gaya kepemimpinan dan motivasi kepala
sekolah dalam meningkatan prestasi kerja
guru di SMP Negeri I Eromoko dengan sub fokus penelitian yaitu : 1) bagaimana
gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meninkatkan prestasi kerja guru, 2)
bagaimana motivasi kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi kerjan guru, maka
berdasar paparan data, analisis kasus, temuan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Peran Gaya
Kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatpan prestasi kerja guru.
SMP
Negeri I Eromoko dalam meningkatan
prestasi kerja guru menggunakan berbagai gaya dalam kepemimpinan, diantaranya
adalah :
a. Guna
menumbuhkan simpati guru dan karyawan ,
kepala sekolah menggunakan gaya
kepemimpinan demokratis dengan indikator dari hasil temuan : a)bersedia menerima saran
dari guru dan karyawan , b) guru dan karyawan diangggap mitra bahkan seperti
teman, c)memberikan kepercayaan pada guru dan karyawan , d) selalu megutamakan
teamwork.
b. Guna
mengarahkan dan menggerakkan guru dan karyawan, kepala sekolah menggunakan
gaya kepemimpinan karismatik dengan
indikator hasil temuan: a) memberi
kebebasan mengembangkan diri bagi guru dan karyawan, b) memberi peluang jabatan
dan pujian, c) selalu membangun gairah kerja, dan d) memberi penyegaran dan
kesejahteraan
c. Guna
mendorong/ memotivasi guru dan karyawan, kepala sekolah menggunakan gaya
kepemimpinan delegatif dengan indikator
hasil temuan : a) mengutamakan teamwork, b) memberi kebebasan untuk
mengembangkan diri, c) memberti
penyegaran kesejahteraan, d) memberi peluang jabatan secara bergantian, e)
memberikan fasilitas.
- Peran Motivasi kepala sekolah dalam
memingkatkan presatasi kerja guru
Kepala
sekolah SMP Negeri I Eromoko dalam upaya meningkatan prestasi kerja guru dengan
menggunakan gaya kepemimpinan demokratis, delegatif, kharismatik, partisipatif,
dan kadang militeristik maka dapat ditemukan startegi dalam memberikan motivasi diantaranya :
a.
Kepala sekolah dalam membagi tugas
dan pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuan
masing-masing personal,
b.
Kepala sekolah melihat karakteristik
guru dan karyawan, kejelian dan keefektifan
kepala sekolah dalam melihat tingkat kemampuan guru dan karyawan.
c.
Motivasi kepala sekolah pada guru dan
karyawan untuk meningkatkan kamampuan,
d.
Mengikut sertakan guru dalam MGMP
atau pelatihan- pelatihan,
e.
Anjuran untuk banyak membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Adair, J. (1994). Menjadi Pemimpin Efektif, Jakarta:
PT Pustaka Binaman Pressindo.
Adair J.
(2008). Kepemimpinan Yang Memotivasi, Jakarta:
PT. SUN.
Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian : Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.
Depdikbud (1996). Pedoman Pembinaan Profesional Guru, Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta
Depdikbud (1998). Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan
Profesional Guru Melalui Gugus Sekolah, Direktorat Pendidikan Dasar dan
Menengah, Jakarta.
Fachrudi,Soekarto
Indra.(1995) Mengantar Bagimana Memimpin Sekolah Yang Baik.
Jakarta:Ghalia Indonesia
Hadi,
Sutrisno (1995). Analisis Regresi, Yogyakarta
: Andi Ofset
Handoko,
TH (1993). Manajemen, BPFE,
Yogyakarta
Herey,P.&
Blanchard,K. Management of OrganizationalBehavior:Utilizing Human
Resources.Engle-Wood Cliffs.new Jersay:Prentice Hall.1989
Hasibuan, M., (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Bumi Aksara.
Jalal, F. dan
Supriadi, D. (2001). Preformasi
Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta : PT Adicita Karya
Nusa.
Kartono,
Kartini, (2008). Pemimpin dan
Kepemimpinan, Jakarta : PT Rap Grafindo Persada.
Kusmintardjo
(1998). Dasar-dasar Manajemen, Depdikbud,
Jakarta.
Margono, S. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta
: PT Rineka Cipta.
Madhi,Jamal. Menjadi Pemimpin Yang
Efektif Dan Berpengaruh, Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam. Bandung :
PT Syamil Cipta Media, Januari, 2004
Miles,
Mattew B dan Huberman, Amichael. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
tentang Metode-Metode Baru (Terjemah Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta:
Universitas Indonesia.
Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung
: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Kepala Sekolah Profe.sional,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Moleong,
Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Raihani. (2010). Kepemimpinan Sekolah Transformatif. Yogyakarta:
PT. LKIS Printing Cemerlang.
Robby i. Chandra.
(2009). Kamu Juga Bisa Kenal Cara
Memimpin di Wilayah Diri. Young Leaders Institute.
Pandoyo,
R. (1993). Manajemen Personalia, BPFE,
Yogyakarta.
Purwanto (2002). Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Rivai, V. (2003). Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Siagian, SP (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta
: PT Bumi Aksara.
Sudarmawan,Denim.(2005).
Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok.:PT Rineka Cipta
Sugiyono.
2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D). Bandung: Alfabeta
Sunindia,
Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern,Bina Aksara,Jakarta,1998
Sutarto (1995). Dasar-dasar Kepemimpinan
Administrasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Tjiptono,
F. (2002). Total Quality Management. Yogyakarta
: Andi.
Uno, Hamzah B.
(2007) Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia. Jakarta: PT Bumi Akasara
Wibowo, ME. (1996). Profesinalisme Bimbingan Konseling. Jakarta
: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Yake, G. (1996). Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta:
PT. Prenhallindo.
SELAYANG PANDANG TENTANG PENULIS
SIGIT RAHMADI, lahir pada tanggal 19 Mei 1973 di Wonogiri Jawa Tengah. Putra pertama (dari tiga
bersaudara) dari pasangan Bapak Supardi (pensiunan PNS) dan Kartini.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 02 Puloharjo Eromoko Wonogiri (lulus tahun 1986). Kemudian
melanjutkan di MTsN Wonogiri (lulus tahun 1989). Setelah itu melanjutkan lagi
ke jenjang Sekolah Menengah Atas, yaitu PGA Negeri Surakarta (lulus tahun
1991). Selepas menimba ilmu di PGA kemudian melanjutkan lagi ke jenjang sekolah/perguruan tinggi S-1 Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah
Surakarta (UMS) (lulus tahun 1995), Selanjutnya pada bulan Pebruari 2011
tercatat sebagai mahasiswa (S-2) di almamater yang sama pada Program
Pascasarjana Jurusan Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS). Pada tahun 2012 ini, penulis menyusun tesis
sebagai syarat kelulusan (S-2) dengan tema Peran Gaya kepemimpinan dan Motivasi
kepala Sekolah dalam meningkatkan Prestasi kerja Guru di SMP Negeri I Eromoko.
No comments:
Post a Comment