Friday 16 February 2018

MAKALAH EDUTAINMENT DAN PENDIDIKAN ISLAM


                     
KONSEP EDUTAINMENT DAN  PENDIDIKAN ISLAM
  1. PENDAHULUAN

     
Berkembangnya  kemajuan peradaban manusia di era global, yang lebih memberikan tuntutan atas kemajuan pemikiran dan pola pikir manusia di seluruh penjuru dunia, hingga proses pendidikan lah yang dijadikan sebagai tonggak peningkatannya. Jika berbicara masalah pendidikan, maka tak akan pernah bisa terlepas dari permasalahan pengajaran maupun metode pembelajaran yang dijadikan sebagai dasar transfering of knowledge.

       Proses
belajar mnegajar merupakan sebuah kesengajaan dari suatu interaksi sosial. Yang mana dalam suatu interaksi edukatif ini haruslah memperhatikan beberapa aspek tujuan pendidikan dan pengajaran. Sehingga interaksi yang terjadi mengandung makna adanya kegiatan interaksi dan hubungan timbal balik antara pengajar yang melaksanakan tugasnya dengan warga belajar atau peserta didik yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. Harapan pokok dari interaksi tersebut adalah pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada peserta didik agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal.
           Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal, akan tetapi memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun kesadaran diri sebagai pribadi.
Adapun maksud dari pada belajar adalah : Mengetahui suatu kepandaian dan kecakapan terhadap suatu konsep yang sebelumnya tidak diketahui, dapat mengerjakan suatu yang sebelumnya tidak dapat diperbuat baik tingkah laku maupun ketrampilan, mampu mengkombinasikan dua pengetahuan atau lebih ke dalam suatu pengertian baru baik ketrampilan, pengetahuan, konsep maupun sikap dan tingkah laku, serta dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh.
Melihat beberapa konsep dasar belajar dan mengajar diatas, dapat diartikan bahwasannya sebuah interaksi pembelajaran dapat berlangsung secara baik ketika hubungan antara pengajar dan peserta didik terdapat hubungan timbal balik yang terarah dan terstruktur. Sehingga peserta didik dapat merasa bahwa dirinya sedang belajar dan termotivasi untuk selalu belajar. Sebab, interaksi pembelajaran yang hanya berjalan searah akan menjadikan peserta didik hanya sebagai objek penerima pelajaran yang cenderung akan menjadi pasif dan tidak kreatif.
           Dengan demikian, demi menciptakan interaksi edukatif antara pengajar dan peserta didik, dan agar tercapainya tujuan pembelajaran dengan tidak mengesampingkan aspek emosional peserta didik yang lebih cepat merasa bosan dengan proses pembelajaran yang monoton dan tanpa adanya motivasi yang menumbuhkan kreatifitas mereka dalam pembelajaran, maka perlu adanya sebuah konsep gagasan yang dapat dijadikan sebagai acuan dasar untuk membangun proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan.

           Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dijadikan sebagai suatu hiburan, dan bukan lagi menjadi momok yang menakutkan bagi peserta didik. Sehingga kemasan pembelajaran yang menarik pastilah akan mendapat perhatian yang serius dari para peserta didik. Dalam hal ini edutainment berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Sebab konsep ini menawarkan sebuah perpaduan dua aktifitas yaitu ‘pendidikan’ dan ‘hiburan’.

Banyak
model dan istilah yang digunakan sejalan dengan konsep tersebut, antara lain ; “PAKEM” adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.      Disamping metodologi pembelajaran dengan nama atau sebutan “PAKEM”, muncul pula nama yang dikeluarkan di daerah Jawa Tengah dengan sebutan “PAIKEM Gembrot” dengan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Dan di Jayapura muncul pula sebutan “Pembelajaran MATOA” (diambil dari buah Matoa), kepanjangan Menyenangkan Atraktif Terukur Orang Aktif, yang artinya Pembelajaran yang menyenangkan, Guru dapat menyajikan dengan atraktif/menarik dengan hasil terukur sesuai yang diharapkan siswa (orang) belajar secara aktif

B.  PENGERTIAN EDUTAINMENT

        
Istilah Edutainment terdiri dari dua kata, yaitu education and entertainment. Kata education artinya pendidikan dan entertainment artinya hiburan. Dari segi bahasa Edutainment memiliki arti pendidikan yang menyenangkan. Sedangkan dari segi terminologi, edutainment as form of entertainment that designed to be educational. (www.thelearningweb.net). Jadi, edutainment bisa didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang didesain dengan memadukan antara muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis, sehingga aktivitas pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan. (Lihat Hamruni, Konsep Edutaiment dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Yogyakarta, 2008), Hal. 124-125
C. APLIKASI EDUTAINMENT

         Pembelajaran berbasis edutainment didesain dengan aplikasi hiburan di dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) baik di dalam kelas (indoor learning) maupun di luar kelas (outdoor learning), baik hiburan dengan nyayian, brain gym, music, out bond, atau pun menggunakan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan, seperti, diskusi, cerdas cermat, dan lain-lain.

          Tujuan hiburan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah agar pembelajaran terasa menyenangkan, sehingga peserta didik merasa “nyaman”, “aman”, “enjoy”, “santai”, dan kelas tidak terkesana “tegang”, “menakutkan”, “tidak nyaman”, “terancam”, “tertekan”, dan lain-lain.

          Banyak para guru atau pun dosen salah dalam memaknai sebuah PBM. Kata mereka, PBM yang sukses adalah dimana di dalam kelas para peserta didik dapat duduk tenang, mendengarkan, tidak ramai sendiri, tidak berisik, tidak banyak gerak kesana kemari, dan guru bisa mengajarkan dengan keadaan hening.
          Pembelajaran model di atas, mengandung dua dampak, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya, bagi anak-anak dengan tipe belajar auditorial dan visual, keadaan tenang di kelas, baik karena takut sama gurunya atau karena kewibawaan gurunya, akan membantu mereka dapat belajar dengan tenang, tapi bagi anak-anak yang memiliki tipe belajar kinestetik, pembelajaran model seperti ini akan memenjarakan kreatifitas dia.

         Dampak negatifnya, pembelajaran seperti ini akan memenjarakan kreatifitas semua peserta didik, seperti takut bertanya, gerak sedikit dimarahi, takut berbeda dengan pendapat guru, anak-anak merasa tertekan di dalam kelas, dan lain sebagainya.
D. EDUTAINMENT DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Rasulullah sebagai figur sentral dalam pendidika islamtelah mneyadari bahwa rasa senang dan bahaguia memainkan peran yang menakjubkan dalam diri seseorang dan memberikan penbgaruh  yang kuat dalam jiwanya.Menanamkan kebahagiaan dan kenyamanan  dalam diri sesorang akan  menjadikan bakatnya teraktualisasi secara optimal . Rasululloh telah menunjukan bagainmana kenyamana jiwa menjadi  jalan unutk menyingkap bakat dan melejiotkannya.Bnayk contoh dan teladan yang bisa dikemukakan tentang hal ini.
Dengan mewujutkan kenyamanan psikologis  bagi anak, kecintaan kelemhlembutan, dan perhatian kepadnya memungkinkan pendidik unurk menyingkap bakat dan potensinya. Lalu bagimana cara rasululloh SAW dalam menanamkan  kesengan  dan kebahagiaan dalam jiwa anak ? dari berbagai riwayat  yang ada, bisa diidentifikasikan  sebagai berikut:
  1. Memberikan kemudahan dan suasana gembira
Prinsip ini dapat dijabarkan dari sabda Rasul kepada sahabat beliau  yang diutuis unutk melakukan dakwah kepada gubernur romawi di damaskus  yaitu Mua’ad Bin Jabal dan abu Musa Al Asy’ari
قال النبي صلي الله عليه و السلم : يسروا ولا تعسروا و بشروا ولا تنقروا  (رواه البخاري)
 Permudahlam mereka  jangan dipersulit, benbirakanlah dan jangan menbuat mereka menjauhi kamu. (H.R. Bukhori)
يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر (البقرة 185)                                                                                                Alloh  swt menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki  
                kesukaran              
                Prinsip memudahkan dan menciptakan suasan gembira  dalam pembelajaran              
                bisa dilakukan dengan berbagai macam cara :
a.             Menciptakan Suasana Akrab
Aktivitas belajar membutuhkan peran akal dan hati, demi untuk menajamkan ingatan serta menggali materi pelajaran yang terpendam. Bila pembelajar mempunyai kejenuhan dalam berfikir dan menyerap pelajaran, maka hendaknya guru menggunakan ice-beraker di sela-sela belajar. Hal ini untuk mencairkan kejenuhan dan kebosanan yang terjadi di dalam kelas, dan supaya bisa mengembalikan lagi semangat belajar siswa.
Hanya saja perlu dicatat, bahwa penyelipan humor atau permainan jgan sampai merugikan dan melecehkan siswa. Imam Nawawi berkata, “Ketahilah bahwa humor yang dilarang adalah humor yang keterlaluan, karena hal itu dapat mengeraskan hati, lupa mengingat Allah, dan menyia-nyiakan waktu. Sedangkan humor-humor yang selain itu boleh saja, karena Rasullah SAW juga pernal melakukan itu demi untuk kebaikan mukhtab dan supaya lebih terkesan familiar. Hal itu merupakan Sunah Nabi SAW dan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh guru ketika memberikan materi kepada anak didiknya. [1]
Adapun beberapa hadits Nabi SAW yang menceritakan tentang sendau gurau beliau terhadap keluarga serta sahabat-sahabatnya antara lain:
1)             Dari Anas bin Malik bahwasannya seorang lelaki dari suku Badui bernama Zuhair, ingin memberikan hadiah kepada Rasullah SAW, yaitu suatu hadiah sepesial dari suku Badui, lalu Nabi SAW memperisiapkan hal itu ketika ia hendak keluar, lalu berkata. “Zahir adalah Badui kita dan kita adalah tamunya”. [2]
2)             Dari Anas ibu Malik, bahwasannya seorang lelaki meminta Rasullah untuk mengangkatnya ke atas unta. Lalu Rasullah berkata, “Saya akan mengangkatmu ke atas anak unta,” lelaki itu menjawab, “Wahai Rasullah apa yang bisa saya lakukan terhadap anak unta itu?”, lalu beliau berkata “Apakah seekor unta tidak lahir dari induk unta betina?”.[3]
b.             Komunikasi Yang Ramah
Sikap ramah ditunjukkan dalam upacara yang lembut, tindakan dan sikap yang memudahkan, lawanya adalah bersikap kasar. Jiwa manusia pada dasarnya cenderung kepada keramahan, kelemahan-kelemahan, tutur kata yang halus serta jauh dari kekerasan dan kekasaran. Oleh sebab itu, sebaiknya seorang guru memperhatikan hal ini dan mengaplikasikan-nya kepada anak didiknya. Bersikap kasar bagi seorang guru merupakan hal yang fatal dan mebahayakan, apalagi terhadap anak didik, karena hal itu dapat mencetak kepribadian yang buruk. Artinya, jika seorang guru mengajak dengan cara kekerasan terhadap anak didik, maka hal itu bisa membuat anak didiknya pata semangat, tidak aktif, malas dan senang berbohong. [4]
c.              Kehalusan dan Kelembutan (Dalam Ucapan dan Perilaku)
Firman Allah :
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفظوا من حولك فاعف عنهم واتغفر لهم   ( ال عمران )159
“Maka disebabkan rahmat dan Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berarti kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dan sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonlah apun bagi mereka.”[5]
Mengucapkan perkataan kotor dan mencari orang lain merupakan tindakan yang tidak disukai dan harus dihindari, lebih-lebih oleh seorang guru yang menjadi teladan bagi anak didiknya. Jika seorang guru mengucapkan kata-kata kotor dan menyakitkan, meskipun dalam kadar yang kecil saja, maka hal itu sudah merupakan aib baginya, apalagi jia ia melakukan dalam skala yang lebih luas. Bagaimana pun, ucapan seroang guru pasti akan mempengaruhi anak didiknya, positif maupun negatif. Perkataan yang kotor dan penghinaan akan berdampak negatif bagi anak didiknya, bahkan bisa merusak jiwanya.”
d.             Memperlakukan Anak dengan Kasih Sayang
Abu Hurairah telah menceritakan bahwa suatu hari Rasullah SAW mencium Al-Hasan, sendang dihadapan beliau suatu itu terdapat al-Aqra’ ibu Haabis yang sedang duduk, lalu Al-Aqra’ berkata : “Sesungguhnya saya punya sepuluh orang anak, tetapi saya belum pernah mencium seorang pun diantara mereka.”
Rasullah SAW memandang ke arahnya dan bersabda :
من لا يرحم لا يرحم  (رواه البحاري)
“Bang siapa yang tidak punya kasih sayang, niscaya tidak akan dikasih sayangi.”

e.              Bercengkrama Dengan Anak
Riwayat yang menunjukkan sikap Nabi SAW yang amat toleran terhadap anak. Beliau sering menyapa anak-anak dan sahabat-sahabatnya. Beliau sering menggendong al-Hasan dan al-Husain di pudaknya. Beliau suka mencium, berkengrama, dan bermain dengan mereka. Misalnya, suatu saat Nabi SAW sedang berbaring, tiba-tiba al-Hasan dan al-Husain datang lalu keduanya bermain di atas perutnya. Keduanya sering menaiki punggung beliau saat beliau sedang sujud dalam shalatnya, bahkan beliau pernah merangkak, sendang al-Hasan dan al-Husain menaiki punggungya lalu bersabda :
نعم الراكبان هما و ابو هما خيرا من هما (رواه البحاري)
“Sebaik-baiknya unta adalah unta kalian berdua dan sebaik-baiknya penunggang adalah kalian berdua.” [6]
2.       Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif
Lingkungan yang kondusif untuk belajar adalah lingkungan yang relaks (tanpa stres), lingkkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tinggi. Prinsip ini sejalan dengan konsep free-risk-enviroment dari teori belajar Quantum. Sebagai agama yang sangat memperhatikan pada pendidikan, Islam sering menggunakan metode pemberian suasana sesuai tempat dan waktu tertentu. Misalnya, Allah menunjukkan bahwa memeluk Islam itu tidak melalui paksaan melainkan atas dasar kesadaran dan keikhlasan, dengan firmannya:
لا اكراه في الدين قد تبين الرشد من الغي ( البقرة 256)
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”[7]
Islam bukanlah agama yang mepersulitkan kehidupan manusia, melainkan mempermudahkan kehidupan mereka. Dalam kemudahan itu Allah senantiasa mendorong manusia untuk bekerja keras, seperti firman-Nya sebagai berikut:
ßÎg»y_ur Îû «!$# ¨,ym ¾ÍnÏŠ$ygÅ_ 4 uqèd öNä38u;tFô_$# $tBur Ÿ@yèy_ ö/ä3øn=tæ Îû ÈûïÏd9$# ô`ÏB 8ltym 4 (الحج 78)
“Dan bekerja keraslah (berjihadlah) kamu pada jalan Allah dengan sungguh-sungguh. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadi untuk amu dalam agama suatu kesempitan.[8]
Allah memerintahkann agar orang-orang yang telah beriman digembirakan dengan gambaran kehidupan akhirat (surga) yang serba membahagiakan.
ÎŽÅe³o0ur šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; ;M»¨Yy_ ̍øgrB `ÏB $ygÏFøtrB ㍻yg÷RF{$# (  ÇËÎÈ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada meraka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi merka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.”(Albaqoroh 25) [9]
Ada tiga prinspi yang bisa dipahami dari ayat-ayat Al-Qir’an di atas, yaitu prinsip tidak memaksa, memudahkan dan menggembirakan. Ketiga prinsip ini juga bisa diterapkan dalam dunia pendidikan. Sebagaimana Ibnu Abdun pernah menasihatkan bahwa mengajar itu memerlukan pengertian, pengalaman dan kehalusan hati. [10]
Ibu Jamaah menasihatkan agar guru jangan mengajar pada waktu lapar, haus, sedih, marah dan tidak tenang pikirannya. Pelajaran yang diberikan jangan terlalu lam, sehingga menjuukan atau bshksn terlalu singkat. Kemampuan pembelajar harus diperhatikan, jangan suaranya terlalu keras atau terlalu lemah, sehingga tak terdengar. [11]
Dalam pendidikan Islam, upaya menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif ini, ditunjukkan Rasullah SAW dengan senatiasa memperhatikan waktu dan kondisi yang tepat dalam menyampaikan pengajarannya yakni, sesuaikan dengan waktu dan kondisi  pembelajar. Hal ini beliau lakukan agar mereka tidak bsan. Beliau juga selalu berusaha menjaga tujuan dan keseimbangan dalam proses pembelajaranya. Penerapan hal itu, bisa dilihat dari riwayat-riwayat sebagai berikut :
a.              Selalu memilih waktu dan memperhatikan keadaan pembelajar (sabahat)
Imam Muslim di dalam kita Shahihnya meriwayatkan dari al-A’masy, dari Syaqiq Abu Wail, dia berkata:
“Pada suatu saat kami tengah duduk menunggu di samping pintu rumah Abdullah ibu Mas’ud, Yaziz ibu Mu’awiyah al-Naikha’i lewat di dekat kami, maka kami berkata : Tolong beritahu Abdullah bin Mas’ud bahwa kami menungguinya. Maka diapun menyampaikannya, sehingga tidak beberapa lama kemdian Abdullah bin Ma’sud keluar menemui kami, lalu dia berkata: “Aku telah diberitahu bahwa kalian menungguku. (Sebenarnya aku telah mengetahui kedatangan kalian), namun aku khawatir saat ini kalian akan merasa bosan. Karena, sesungguhnya Rasullah SAW sendiri selalu memilih waktu  dan memperhatikan keadaan kami (sebelum menyampaikan pelajaran), sehingga tidak setiap hari beliau menasihati (mengajar) kami lantaran khawatir kami akan merasa bosan.” [12]
b.             Mengajar berdasarkan jadwal dan tidak setiap hari
Bukhari di dalam kitabnya al-‘ilm telah meriwayatkan dari Manshur, dan dari Syaqiq Abu Wail, dia berkata :
“Abdullah ibn Ma’ud selalu mengingatkan manusia (memberi pengajaran kepada mereka) setiap hari Kamis. Maka seorang laki-laki bekata kepadanya: “Hai Abu Adurrahman (sebutan bagi Abdullah ibn Ma’ud), sungguh kami menyukai perkataanmu dan selalu meridukan-nya, maka, demi kecintaan kami itu, akan menjadi lebih baik jika engkau menasihati kami setiap hari. Dia kemudian berkata: “Aku hanya ingin kalianbosan dan sesungguhnya aku berusaha menjaga waktu dan keadaan kalian sebagaimana Rasullah melakukannya, hal itu tidak lain demi menjadikan kalian agar tidak bosan”. [13]
c.              Mengajar secara selektif dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.
Ahmad di dalam kitab Musnadnya meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Amr bn al-‘Ash, ia berkata ;
“Ketika kami sedang berkumpul besama Nabi, seorang pemuda datang dan menanyakan sesuatu kepada beliau: ‘Wahai Rasullah, bolehkah saya mincium (istri saya) ketika saya sedang berpuasa?” Nabi Menjawab: Tidak Boleh. Setelah itu datang seroang laki-laki tua dan bertanya hal yang sama: “Bolehkah saya mencium (Istri saya) ketika saya sedang berpuasa?” Nabi menjawab: “Ya, boleh.  Kami pun saling berpandangan (merasa heran), Rasullah pun lalu menjelaskan: “Saya tahu kenapa kalian saling berpandangan. (Ketahuilah) Sesungguhnya orang tua itu lebih dapat mengekang hawa nafsunya (hasrat seksual).”[14]
d.             Menunggu kesempatan yang tepat atas hal yang hendak diajarkan.
Dalam pengajarannya, Rasullah berusaha memadukan antara kesesuaian (konteks/momentum) dan pengetahuan yang hendak diajarkan, dengan harapan agar lebih jelas, lebih menanamkan, serta lebih memudahkan mereka  (para sahabat) dalam merangkap sesuatu yang disampaikan.
Penerapan ini bisa dilihat dalam riwayat berikut :
1.             Menggambarkan kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya.
Muslim meriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththan r.a , dia mengatakan :
“Seorang anak yang tersesat pernah di bawah terhadap Nabi SAW. Mengetahui anaknya ditemukan, ibu anak tersebut yang baru mengeluarkan air susunya, dengan segara mengambil anak itu, mendekap dan menyusuinya. Beliau kemudian bertanya: “Apakah kalian beranggapan bahwa wanita ini akan menyelamatkan anaknya sendiri ke dalam api neraka?” Kami menjawab: “Tidak, ia tidak akan melemparkannya”. Lalu beliau bersabda : “Sesungunya, Allah lebih berbelas kasihan terhadap hamba-hamba-Nya dari pada belas kasihan wanita ini terhadap anaknya sendiri.” [15]
2.             Melihat Allah pada hari Kiamat
Bukhari meriwayatkan dari Jarir bin ‘Ab-dullah al-Bajaliy:
“Pada suatu malam saat kami duduk bersama Rasullah beliau memandangi bulan purnama lalu bersabda: “Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian kelak pada hari kiamat sebagaimana kalian melihat bulan purnama itu. Tidak ada yang menghalangi kalian untuk memandangnya. Oleh karena itu, sekitarnya kalian mampu untuk melaksanakan shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari, maka lakukanlah (shalat itu). Kemudian beliau membaca Surat Qaf, ayat 39.” [16]
3.       Menarik Minat
Dalam menggunakan minat anak didik diperlukan pembukaan yang menarik dalam langkah-langkah mengajar agar perhatian dan minat mekea fokur kapada materi yang akan disampaikan guru. Pengalaman dan pelajaran yang telah diserap dalam pikiran mereka, dihubungkan dengan hal-hal baru yang hendak disajikan., merupakan jembatan yang menghubungkan pengertian-pengertian yang telah terbentuk dalam pikiran mereka, sehingga akan mempermudah daya tangkap terhadap hal baru yang diajarkan oleh guru.
a.             Melakukan Komunikasi Terbuka
Dalam penerapannya, seorang guru hendaknya selalu mendorong anak didik untuk membuka diri terhadap segala hal atau bahan-bahan pelajaran yang disajikan mereka, sehingga mereka dapat menyerapnya menjadi bahan apresiasi dalam pikirannya.
Dalam Al-Quran terdapat banyak firman Allah yang mendorong manusia untuk membuka hati, pikiran, perasaan, pendengaran, dan penglihatannya untuk menyerap pesan-pesan yang difirmankan Allah kepada mereka:
ôs)s9ur $tRù&usŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o !$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd @|Êr& 4 ÇÊÐÒÈ
“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyak dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka sesat lagi.”.(al a’rof 179)[17]
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan praktis Allah berfirman.
Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawbannya.”(al Isro’ 36)[18]
b.             Memberikan Pengetahuan Baru
Minat dan perhatian anak didik harus dirasakan kepada bahan-bahan pengetahuan yang baru bagi mereka. Dalam ajaran Islam terdapat prinsip pembaruan dalam belajar, baik tentang fenomena-fenomena alamiah fenomena yang terdapat dalam diri mereka sendiri. Seperti studi tentang alam sekitar yang mengandung ilmu-ilmu baru, misalnya biologi, dan zoologi, menurut pembaruan dari hasil para studi para ilmuan di bidang masing-masing, terutama dikaitkan dengan kecanggihan ilmu dan teknologi modern saat ini. Misalnya, firman Allah berikut :
¨bÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏG÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$yg¨Y9$#ur Å7ù=àÿø9$#ur ÓÉL©9$# ̍øgrB Îû ̍óst7ø9$# $yJÎ/ ßìxÿZtƒ }¨$¨Z9$# !$tBur tAtRr& ª!$# z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# `ÏB &ä!$¨B $uŠômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ $pkÌEöqtB £]t/ur $pkŽÏù `ÏB Èe@à2 7p­/!#yŠ É#ƒÎŽóÇs?ur Ëx»tƒÌh9$# É>$ys¡¡9$#ur ̍¤|¡ßJø9$# tû÷üt/ Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbqè=É)÷ètƒ ÇÊÏÍÈ
“Sesungguhnya dalam penciptaan lagit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dan langit berupa air, lalu dengan air itu. Dia hidupkan kami sesudah keringnya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengiasaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sesungguhnya terdapat tanda-tanda kesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan.(albaqoroh 164) [19]
c.              Memberikan Model Perilaku yang Baik
Anak didik dapat memperoleh contoh bagi perilakunya melalui peniruan yang tepat dalam proses belajar mengajar misalnya seperti firman Allah :
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (Kedatangan) hari kiamat.”( Al ahzab.21)[20]

4.                   Menyajikan Materi Yang Relavan
Menjamin bahwa subjek pelajaran adalah relavan sangatlah penting, karena siswa ingin belajar ketika dia melihat manfaat dan pentingnya subjek pelajaran itu. Pembelajaran yang berdasarkan prinsip bermakna, menjadikan anak didik menyukai dan bergairah untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan perasaan suka tersebut proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar, karena anak didik menyadari bahwa yang dipelajari dari gurunya terdiri dari bahan-bahan ilmu pengetahuan yang akan memberikan makna bagi hidupnya lebih lanjut.
Prinsip relavasidalam arti memberi bekal anak didik dengan ilmu pengetahuan yang mengacu pada perkembangan masa depan kehidupannya sangatlah penting. Hal ini penting karena, seperti ditulis oleh ‘Athiyah al-Abrasyi, anak didik itu lahir pada era berbeda dengan zaman yang dialami oleh pendidiknya.
علموا اولدكم فانهم مخلوقون لزمان غير زمانكم
“Didiklah anak kalian dengan pendidikan yang berbeda dengan yang diajarkan padamu, karena mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zaman kamiam.”[21]
Untuk menunjukkan bawha materi pelajaran itu relavan dan penting bisa dilakukan beberapa cara sebagai berikut :

a.             Visualisasi Tujuan Pembelajaran
Visualisasi merupakan teknik pembelajaran yang sangat berguna. Seorang guru yang tidak efektif mungkin akan mengatakan, “Jangan lupa belajar atau kalian akan dapat nilai jelek dalam ujian mendatang”, sebuah pesan negatif. Eric Jensen menyarnkan bahwadua cara yang lebih baik. Pertama, mendorong para siswa untuk memvisualisasi secara tepat bagaimana meeka akan memanfaatkan pikiran positif yang mendorong mereka untuk membaca buku pelajaran guna mencari jawaban tertentu yang mungkin dapat dipergunakan di masa depan.
b.             Meyakinkan Peserta Didik atas Pentingnya Materi
Rasullah seringkali memulai pembicaraan dengan bersumpah “Demi Allah”. Ini sebagai peringatan beliau para sahabat akan pentingnya masalah yang hendak beliau ajarkan, dan untuk memperkuat suatu hukum. Beberapa hadits tentang hal tersebut, antara lain:
1.             Menyebarkan Salam
2.             Mencitai saudara sesama muslim
3.             Bersikap baik dengan tetangga
c.              Mengulang Penjelasan Untuk Memperkuat Materi yang Disampaikan
Rasullah seringkali mengulangi perkataan sebanyak tiga kali. Hal itu beliau lakukan untuk memperkuat materi yang disampaikan, serta untuk mengingatkan tentang pentingnya kandungan materi yang akan disampaikan tersebut, sehingga mereka dapat lebih memahami dan menyempurnakannya.
Anas r.a berkata “Sungguh, apabila Rasullah mengatakan satu kata, maka beliau (seringkali) mengulanginya sampai tiga kali hingga perkataan itu dapat dipahami oleh para sahabat.”[22]

5.       Melibatkan Emosi Positif dalam Pembelajaran
Prinsip sesuai dengan teori otak trune yang bayak dibahas oleh teori-teroi belajar era Quantum.[23] Teori ini meyatakan, bahwa informasi yang memasuki otak akan menuju otak tengah. Otak tengah berfungsi sebagai macam pusat pengarah. Jika memutskan informasi penting, ia mengalihkan informasi tersebut ke “Otak berfikir”. Fungsi otak terarah ini tak hanya sebuah “pusat pengarah”, tetapi juga bagian otak yang mengendalikan emosi. Jadi, jika informasi baru disampaikan dalam cara yang menyenangkan, maka seseorang dapat belajar dan mengingat dengan baik. Jika hal yang dipelajari memuaskan unsur warna, ilustrasi, permainan, dan irigan lagu, emosi terlibat secara positif sehingga orang akan belajar lebih baik.
Namun, jika yang hadir adalah rasa taku atau emosi negatif, maka “otak tengah” meredam informasi yang datang. Ketika seseorang sedang stes, infomrasi mungkun tak akan pernah mencapai orak berfikirnya. Informasi itu malah tersaring. Itulah yang terjadi saat otak tiba-tibat terasa kosong, otak menurunkan taraf berfikir ke arah yang lebih primitif. Pada saat merasa terancam, mejadi tidak efektif. Beberapa penelitian menujukkan, bahwa tanpa keterlibatan emosi.
Pada beberapa kesempatan, Nabi SAW, menjelaskan sesuatu secara global dengan tujuan untuk lebih mendorong orang-orang yang diajak bicara supaya bertanya, dan beliau juga menginginkan agar orang-orang yang diajak bicara tersebut ikut mengungkapkan pandangan-pandanga. Setelah itu, barulah beliau menjelaskannya secara lebih rinci supaya penjelasan itu lebih uat tertanam dalam jiwa mereka dan lebih memantapkan hafalan dan pemahaman mereka. Contohnya adalah sebagai berikut :
a.             Menggugah Emosi Lewat Ungkapan “mustarih” dan “mustarah minhu”
Muslim meriwayatkan dari Ma’bad nin Ka’ab bin Maiik dari Abu Qatadah bin Rib’iy r.a: bahwasannya Rasullah telah menjumpai seorang jenazah, lalu ia bersabda. “Mustari (orang yang beristirahat) dan mustarah minhu (orang yang disitriahatkan. “Meraka bertanya: “Ya Rasullaah, apa yang dimakud dengan orang yang istirahat dan orang yang diistirahatkan?” beliau mejawab: “(Yaitu) seorang hamba mukimn yang istirahat dan keletihan dunia menuju rahmat Allah, dan hamba yang durhaka yang darinya (oleh karena kematiannya) maka itriahatkan hamba-hamba, negara-neagara, pohon-pohon dan binatang-binatang.”[24]
b.             Menggungah Perasaan Lewat Ungkapan “Tidak Beriman”
Bukhari meriwayatkan dari Abu Syuraih al-Khuza’iy r.a bawha Rasullah SAW, bersabra: “Demi Allah, tidak akan beriman, demi Allah, tidak akan beriman, demi Allah, tidak akan beriman”. Lalu ditanyakan beliau “Siapakah (mereka yang engkau maksud tidak beriman), ya Rasullah?” Beliau menjawab :”(Yaitu) Orang  yang perilakunya menjadikan tetnangganya tidak aman (Nyaman).”[25]

6.       Melibatkan Semua Indera dan Pikiran
Dalam belajar, siswa hendaknya memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Pelathan konvensional cenderung membuat orang tidak aktif secara fisik dalam waktu lama. Otak akan mengalami perubahan dan belajar pun melambat atau bahkan berhenti sama sekali. Mengajak orang untuk bangikit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran darah ke otak, dan dapat berpegaruh positif pada belajar.
Agar proses memahami materi dan membuat makna dalam pembelajaran ini berjalan dengan lancar, maka aktivitas dan proses pembelajaran hendaknya meibatkan semua jenis kecerdasarn. Semua strategi yang telah dianurkan di muka untuk setiap individu pembelajar juga akan berfungis sama baiknya di kelas, khususnya jika guru memberi kleas keterbatasan memilih strategi yang digunakan dalam kelompok. Selain itu, cobalah cara-cara berikut ini untuk mendorjng kedalaman berfikir yang sebenarnya. Tujuannya adalah menciptakan suatu daur aktivitas dalam suatu periode waktu yang melibatkan sebanyak mungkin gaya belajar dan kecerdasan yang tepa dan mungkin.
a.             Membuat Analogi
Analogi membuat siswa memahami gagasan baru dengan cara membandingkannya dengan konsep-konsep yang telah dikenal baik.
Penggunaan analogi (amtsal atau metafora), bertujuan untuk memudahkan anak didik memahami suatu konsep. Dalam Al-Qur’an juga banyak digunakan metafora, misalnya fimran Allah tentang perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah digambarkan sebagai laba-laba yang memuat rumahnya sangat lemah.
ã@sWtB šúïÏ%©!$# (#räsƒªB$# `ÏB Âcrߊ «!$# uä!$uŠÏ9÷rr& È@sVyJx. ÏNqç6x6Zyèø9$# ôNxsƒªB$# $\F÷t/ ( ¨bÎ)ur šÆyd÷rr& ÏNqãç6ø9$# àMøŠt7s9 ÏNqç6x6Zyèø9$# (

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba.” )al ankabut 41)[26]
b.             Membuat Siswa Membuat Kerangka Pemikiran Secara Visual
Biasanya anak-anak jarang kekurang ide, tetapi sering kali kekurangan struktur terorganisasi untuk mengungkapkan ide itu. Struktur tersebut akan bekerja dengan baik karena adanya fakta-fakta,, kesimpulan-kesimpulan argumen-argumen yang disusun secara logis dan teratur. Semakin sering siswa mengadakan model visual, akan semakin mudah dan memahami dan mengingat informasi, karena siswa menggunakan kapasitas otak yang semakin besar dibanding kalau hanya mendengar saja.
c.              Pamerkan Apa Yang Diketahui
Untuk mengetahui apakah siswa telah mengerti dan memahami materi yang dipelajari, guru bis meminta siswa tersebut untuk menyiapkan suatu prestasi dan melakukan Sharing di hadapan teman-teman kelasnya. Memang banyak orang yang mengira bahwa dia telah memahami sesuatu, tetapi teryata bahwa dia tidak bis menejelaskannya kepada orang lain. Jika siswa bisa mengerjakannya kepada orang lain, berarti dia betul-betul telah paham. 
d.             Pemikiran Mendalam
Setiap mata pelajaran tentu memiliki berbagai persoalan (maslah) yang muncul di berbagai topik bahasanya. Jika sebuah topik bahasan mengandung suatu masalah, tantanglah para siswa bukan hanya sekedar memcahkan maslah tetapi juga selau bertanya mengapa maslah tersebut muncul. Para siswa kemudian diajak menyelami lebih dalam masalah tersebut untuk melihat situasi dan persoalannya, bukan sebagai peristiwa-peristiwa yang terpisah, tetapi sebagai suatu sistem utuh. Tantangan adalah kunci keberhasilan akademik dan cara untuk menjaga minat seorang siswa. Pernyataan yang mendorong siswa menganalisis, mengevaluasi, menilai dan memecahkan masalah.

7.       Menyesuaikan Dengan Tingkat Kemampuan Siswa
Proses pembelajaran hanya mengaihkan pengetahuan kepada para siswa. Tetapi juga lebih penting adalah bagaimana mereka bisa membuat makna bagi diri mereka sendiridalam memahami materi. Agar hati bisa terwujud, maka dalam proses pembelajaran, seorang pendidik (guru) hendaknya memilih dan metode yang digunakan sesuai dengan tingkat kemampuan ana didik. Prinsip pembelajaran ini bukan diperintahkan Allah kepada para Nabi yang mengembangkan tugas mendidik manusia (umatnya), seperti sabda Rasullah SAW berikut :
نحن معاشر الانبياء امرنا ات ننزل الناس منازلهم وانكلمهم علي قدر عقولهم (رواه ابو بكربن الشخير)
“Kami para Nabi diperintahkan untuk menetapkan seseorang pada posisinya beribcira dengan sesuai dengan kemampuan akalnya”.[27]

8.       Memberikan Pengalaman Sukses
Pada umumnya seorang guru akan merasa senang ketika para siswanya dengan yakin mengacungkan tangan mereka untuk menajwab pertanyaan dan berprestasi secara aktif, dan bukannya menahan diri dan beriskap ragu-rag. Sebenarnya, setiap guru bisa merencanakan pembelajaran agar siswa akftif dan berpartisipasi dalam ativitas kelas. Namun juga jangan lupa, rancangan pembelajaran itu bisa mengalami hambatan dan bahkan mengalami kegagalan. Lalu bagaiman caranya agar rancangan pembelajaran bisa meraih sukses? Ada dua faktor utama yang menentukan keseuksesan belajar siswa setiap saat, kesulitan pelajaran dan derajat resiko pribadi.
Untuk membantu siswa meraih sukses dalam setiap pembelajan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru. Pertama, pada saat dia menyampaikan materi pelajaran, sajikan dengan melibatkan mulisensori, yakni menggunakan usnur visual, auditoriat, dan kinestik. Bila materi pelajaran cukup banyak, bagi bahan itu menjadi segmen-segmen melakukan pengulangan sepanjang waktu belajar, gunakan penggunaan untuk mementaskan disimpannya informasi di dalam pikiran siswa. Lalu, tambakna kemajuan sederhana pada proses pembelajaran. Pada saat guru pertama kali mengajarkan informasi ini, pastikan untuk membuatknya multimodalitas. Potong menjadi segmen dan ulang berkali-kali. Ajarkan pertama kali pada kelompok besar (seluruh kelas).
Kedua, buat kelompok-kelompok kecil (kelompok kerja sama tim atau pasangan) untuk mematanpakan belajar. Ketiga, selesaikan secara perorangan (mengjawab pernyataan di depan kelas, pekerjaan rumah, tes, dan kuis). Dengan demikian, siswa mendapatkan informasi dalam bentuk yang paling mudah, sambil megnambil resiko paling kecil dalam kelompok besar.

9.       Merayakan Hasil
Mengadkan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggungjawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri. Perayaan akan mengajarkan kepada mereka mengenai motivasi hakiki tanpa “insentif”. Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekedar mencapai nilai tertentu.
Dalam Al-Quran juga diberikan beberapa contoh tentang merayakan hasil ini. Misalnya pada surah Fushilat ayat 30, Allah mempersilahkan kepada orang-orang yang konsisten dengan keimananya kepada Allah untuk bergembira dengan kemikmatan surga yang telah disiapkan untuknya. Mereka juga akan menerima perlindungan malaikat yang diturunkan allah untuk mejaganya, sehingga mereka tidak akan merasakan kekuatan dan kseedihan dalam hidup di dunia.
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qä9$s% $oYš/u ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# ãA¨t\tGs? ÞOÎgøŠn=tæ èpx6Í´¯»n=yJø9$# žwr& (#qèù$sƒrB Ÿwur (#qçRtøtrB (#rãÏ±÷0r&ur Ïp¨Ypgø:$$Î/ ÓÉL©9$# óOçFZä. šcrßtãqè? ÇÌÉÈ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan; “Tuhan kami ialah Allah” kemduain mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan),: “jangalah kkami merasa takhu dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.[28]



B.      Implementasi Konsep Edutaiment dalam Pendidikan Islam
Pendidikan yang menyenangkan adalah pendidikan yang berlangsung dalam suasana yang relaks dan tidak menengangkan, para pembelajar tidak merasa terancam, dan seluruh komponen fisik dan non fisik mereka bebas dari tekanan. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang tampil di dalam wajah yang humanis dan dalam interaksi edukatif yang terbuka dan demokrasi. Konsep pendidikan yang menyenangkan (edutaiment), berupaya agar kondusif.
Ada tiga asumsi yang menjadi landasanya. Pertama, perasaan gembira akan mempercepat pembelajaran, sedangkan perasaan negatif seperti sedih, takut, terancam dan merasa tidak mampu akan memperlambat belajar atau bahkan bisa menghentikan sama sekali. Kedua, jika seseorang mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jiut, maka ia akan mampu membuat loncatan prestasi belajar yang tidak terduga sebelumnya. Ketiga, apabila setiap anak didik dapat dimotivasi dengan tepat dan diajar dengan cara yang benar-cara yang sesuai dengan gaya (style) dan modalitas belajarnya-, maka dia akan mencapai hasil belajar yang optimal.



E.     Kesimpulan
1.             Pendidikan Islam adalah proses transforamsi dan inernalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik untuk membutuhkan dan pengembangan potensi fitrahnya, sehingga mencapai pribadi yang utama sesuai dengan ajaran Islam.
2.             Pembelajaran yang tumbuh dan bekembang dalam pendidikan Islam mempunyai nilai dan prinsip yang relavan dengan konsep edutaiment. Hal ini terlihat misalnya pada upaya memberikan kemudahan dan suasana gembira dalam pembelajaran.
3.             Untuk mengimpelemestikan konsep edutaiment dalam proses pembelajaran ada beberdapa langkah yang bisa dilakusakan. Pertama, menumbujkan sikap positif terhadap belajar. Kedua, membangun minat pembelajaran. Ketiga, melibatkan emosi siswa dalam pembelajaran. Keempat, memberikan selingan permainan (games) dalam pembelajaran.

















DAFTAR PUSTAKA

Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Terj. Ari Nilandari, Penyunting, Femmy Syahrani, Ed. 1, cet. Ke-23, (Bandung: Kaifa, 2009)
Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 2009)
Hamruni, Edutainment Dalam Pendidikan Islam & Teori-teori Pembelajaran Quantum, (Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 2009)
Muijs, Daniel & Reynolds, David, Effective Teaching, teori dan aplikasi, terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Ed. 2, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008)
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet. III (Jakarta, Rajawali Pers, 1990)




[1] Mubarkufri, Tuhfatul Ahadzy, Syarah Jami At-Trimidzi, Tej. Hadits No. 356.
[2] Bukhari, Shahih....., Tej. Hadits No. 3752
[3] Maksdunya adalah bahwa semua unta pasti adalah anak unta. Lihat Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah. Compact Disc Kutubut Tis’ah & Syarahnya, Terj. Hadits No. 3118.
[4] Yakni menamkan apa yang sebenarnya bukan dari hati nuraninya, semata karena tahut sanksi keras yang akan menimpanya.
[5] The Holy Qur’an, Ali ‘Imran.
[6] Thabrani, Mu’jamul Kabir, Juz 3, Terj. Hadits No. 2677
[7] Ibid, al-Baqoroh (2) : 256
[8] Ibid, al-Hajj (22): 78.
[9] Ibid, al-Baqoroh (2) : 25.
[10] Ibu Abdun, Tarich ai-Tarbijad al-Islamiyjjah (Kairo : Barus Sya’bi 1987), hlm, 190.
[11] Ibid, hlm. 197.
[12] Muslim, Shahih... , Compact Disk Kutubut Tis’ah & Syahranya, Terj. Hadits No. 1182.
[13] Bukhari, Shahih....., Terj. Hadits No. 1764.
[14] Ahmad, Musnad...., terj. Hadits. No. 2475.
[15] Muslim, Shahih...., Terjadi. Hadits No. 1964.
[16] Bukhari, Shahih..., terj. Hadits No. 2146.
[17] The Holy Quran, al-A’raf (7): 179.
[18] Ibid, al-Isra’ (17) : 36.
[19] Ibid, al-Baqoorh (2): 164.
[20] Ibid, Fushshilat (41): 53.
[21] Mohammad ‘Athiyyah al-Abrasy, At-Tarbiyyah asl-Islamiyah (Terj. H. Bustami A. Gani & Djhor bachi, L.1.3), Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Bandung : Bulan Bintang: 1990, hlm. 21. Dijelaskna bahwa ungkapan ini berasal dari Ali-bin Abi Thalib.
[22] Ibu Majah, Sunan...., terj. Hadits No. 325.
[23] Ibidm terj. Hadits No. 161.
[24] Muslim, Shahih....., terj. Hadits No. 547.
[25] Bukhari, Shahih...., terj. Hadits No. 1476.
[26] The Holy Qur’an, al-‘Ankabut (29) : 41.
[27] Trimizi, Sunan...., terj.  Hadits No. 3498
[28] The Holy Qur’an Fushhshilat (41): 30.

No comments:

Post a Comment

ISTRI/WANITA SHOLIHAH

ISTRI/WANITA SHOLIHAH Wanita sholihah merupakan dambaan bagi setiap pria, maka sangatlah penting bagi setiap  pria yang hendak menikah...