- PENDAHULUAN
Berkembangnya kemajuan peradaban manusia di era global, yang lebih memberikan tuntutan atas kemajuan pemikiran dan pola pikir manusia di seluruh penjuru dunia, hingga proses pendidikan lah yang dijadikan sebagai tonggak peningkatannya. Jika berbicara masalah pendidikan, maka tak akan pernah bisa terlepas dari permasalahan pengajaran maupun metode pembelajaran yang dijadikan sebagai dasar transfering of knowledge.
Proses belajar mnegajar merupakan sebuah kesengajaan dari suatu interaksi sosial. Yang mana dalam suatu interaksi edukatif ini haruslah memperhatikan beberapa aspek tujuan pendidikan dan pengajaran. Sehingga interaksi yang terjadi mengandung makna adanya kegiatan interaksi dan hubungan timbal balik antara pengajar yang melaksanakan tugasnya dengan warga belajar atau peserta didik yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. Harapan pokok dari interaksi tersebut adalah pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada peserta didik agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal.
Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal, akan tetapi memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun kesadaran diri sebagai pribadi.
Adapun maksud dari pada belajar adalah : Mengetahui suatu kepandaian dan kecakapan terhadap suatu konsep yang sebelumnya tidak diketahui, dapat mengerjakan suatu yang sebelumnya tidak dapat diperbuat baik tingkah laku maupun ketrampilan, mampu mengkombinasikan dua pengetahuan atau lebih ke dalam suatu pengertian baru baik ketrampilan, pengetahuan, konsep maupun sikap dan tingkah laku, serta dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh.
Melihat beberapa konsep dasar belajar dan mengajar diatas, dapat diartikan bahwasannya sebuah interaksi pembelajaran dapat berlangsung secara baik ketika hubungan antara pengajar dan peserta didik terdapat hubungan timbal balik yang terarah dan terstruktur. Sehingga peserta didik dapat merasa bahwa dirinya sedang belajar dan termotivasi untuk selalu belajar. Sebab, interaksi pembelajaran yang hanya berjalan searah akan menjadikan peserta didik hanya sebagai objek penerima pelajaran yang cenderung akan menjadi pasif dan tidak kreatif.
Dengan demikian, demi menciptakan interaksi edukatif antara pengajar dan peserta didik, dan agar tercapainya tujuan pembelajaran dengan tidak mengesampingkan aspek emosional peserta didik yang lebih cepat merasa bosan dengan proses pembelajaran yang monoton dan tanpa adanya motivasi yang menumbuhkan kreatifitas mereka dalam pembelajaran, maka perlu adanya sebuah konsep gagasan yang dapat dijadikan sebagai acuan dasar untuk membangun proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan.
Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dijadikan sebagai suatu hiburan, dan bukan lagi menjadi momok yang menakutkan bagi peserta didik. Sehingga kemasan pembelajaran yang menarik pastilah akan mendapat perhatian yang serius dari para peserta didik. Dalam hal ini edutainment berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Sebab konsep ini menawarkan sebuah perpaduan dua aktifitas yaitu ‘pendidikan’ dan ‘hiburan’.
Banyak model dan istilah yang digunakan sejalan dengan konsep tersebut, antara lain ; “PAKEM” adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Disamping metodologi pembelajaran dengan nama atau sebutan “PAKEM”, muncul pula nama yang dikeluarkan di daerah Jawa Tengah dengan sebutan “PAIKEM Gembrot” dengan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Dan di Jayapura muncul pula sebutan “Pembelajaran MATOA” (diambil dari buah Matoa), kepanjangan Menyenangkan Atraktif Terukur Orang Aktif, yang artinya Pembelajaran yang menyenangkan, Guru dapat menyajikan dengan atraktif/menarik dengan hasil terukur sesuai yang diharapkan siswa (orang) belajar secara aktif
B. PENGERTIAN EDUTAINMENT
Istilah Edutainment terdiri dari dua kata, yaitu education and entertainment. Kata education artinya pendidikan dan entertainment artinya hiburan. Dari segi bahasa Edutainment memiliki arti pendidikan yang menyenangkan. Sedangkan dari segi terminologi, edutainment as form of entertainment that designed to be educational. (www.thelearningweb.net). Jadi, edutainment bisa didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang didesain dengan memadukan antara muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis, sehingga aktivitas pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan. (Lihat Hamruni, Konsep Edutaiment dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Yogyakarta, 2008), Hal. 124-125
C.
APLIKASI EDUTAINMENT
Pembelajaran berbasis edutainment didesain dengan aplikasi hiburan di dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) baik di dalam kelas (indoor learning) maupun di luar kelas (outdoor learning), baik hiburan dengan nyayian, brain gym, music, out bond, atau pun menggunakan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan, seperti, diskusi, cerdas cermat, dan lain-lain.
Tujuan hiburan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah agar pembelajaran terasa menyenangkan, sehingga peserta didik merasa “nyaman”, “aman”, “enjoy”, “santai”, dan kelas tidak terkesana “tegang”, “menakutkan”, “tidak nyaman”, “terancam”, “tertekan”, dan lain-lain.
Banyak para guru atau pun dosen salah dalam memaknai sebuah PBM. Kata mereka, PBM yang sukses adalah dimana di dalam kelas para peserta didik dapat duduk tenang, mendengarkan, tidak ramai sendiri, tidak berisik, tidak banyak gerak kesana kemari, dan guru bisa mengajarkan dengan keadaan hening.
Pembelajaran model di atas, mengandung dua dampak, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya, bagi anak-anak dengan tipe belajar auditorial dan visual, keadaan tenang di kelas, baik karena takut sama gurunya atau karena kewibawaan gurunya, akan membantu mereka dapat belajar dengan tenang, tapi bagi anak-anak yang memiliki tipe belajar kinestetik, pembelajaran model seperti ini akan memenjarakan kreatifitas dia.
Dampak negatifnya, pembelajaran seperti ini akan memenjarakan kreatifitas semua peserta didik, seperti takut bertanya, gerak sedikit dimarahi, takut berbeda dengan pendapat guru, anak-anak merasa tertekan di dalam kelas, dan lain sebagainya.
D. EDUTAINMENT DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Rasulullah
sebagai figur sentral dalam pendidika islamtelah mneyadari bahwa rasa senang
dan bahaguia memainkan peran yang menakjubkan dalam diri seseorang dan
memberikan penbgaruh yang kuat dalam
jiwanya.Menanamkan kebahagiaan dan kenyamanan
dalam diri sesorang akan
menjadikan bakatnya teraktualisasi secara optimal . Rasululloh telah
menunjukan bagainmana kenyamana jiwa menjadi
jalan unutk menyingkap bakat dan melejiotkannya.Bnayk contoh dan teladan
yang bisa dikemukakan tentang hal ini.
Dengan
mewujutkan kenyamanan psikologis bagi
anak, kecintaan kelemhlembutan, dan perhatian kepadnya memungkinkan pendidik
unurk menyingkap bakat dan potensinya. Lalu bagimana cara rasululloh SAW dalam
menanamkan kesengan dan kebahagiaan dalam jiwa anak ? dari
berbagai riwayat yang ada, bisa
diidentifikasikan sebagai berikut:
- Memberikan
kemudahan dan suasana gembira
Prinsip ini dapat dijabarkan
dari sabda Rasul kepada sahabat beliau
yang diutuis unutk melakukan dakwah kepada gubernur romawi di
damaskus yaitu Mua’ad Bin Jabal dan abu
Musa Al Asy’ari
قال النبي صلي الله
عليه و السلم : يسروا ولا تعسروا و بشروا ولا تنقروا (رواه البخاري)
Permudahlam mereka jangan
dipersulit, benbirakanlah dan jangan menbuat mereka menjauhi kamu. (H.R.
Bukhori)
يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر (البقرة 185)
Alloh
swt menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran
Prinsip memudahkan dan
menciptakan suasan gembira dalam
pembelajaran
bisa dilakukan dengan berbagai
macam cara :
a.
Menciptakan Suasana Akrab
Aktivitas
belajar membutuhkan peran akal dan hati, demi untuk menajamkan ingatan serta
menggali materi pelajaran yang terpendam. Bila pembelajar mempunyai kejenuhan
dalam berfikir dan menyerap pelajaran, maka hendaknya guru menggunakan ice-beraker di sela-sela belajar. Hal
ini untuk mencairkan kejenuhan dan kebosanan yang terjadi di dalam kelas, dan
supaya bisa mengembalikan lagi semangat belajar siswa.
Hanya saja
perlu dicatat, bahwa penyelipan humor atau permainan jgan sampai merugikan dan
melecehkan siswa. Imam Nawawi berkata, “Ketahilah bahwa humor yang dilarang
adalah humor yang keterlaluan, karena hal itu dapat mengeraskan hati, lupa
mengingat Allah, dan menyia-nyiakan waktu. Sedangkan humor-humor yang selain
itu boleh saja, karena Rasullah SAW juga pernal melakukan itu demi untuk
kebaikan mukhtab dan supaya lebih
terkesan familiar. Hal itu merupakan Sunah Nabi SAW dan merupakan sesuatu yang
sangat dibutuhkan oleh guru ketika memberikan materi kepada anak didiknya. [1]
Adapun
beberapa hadits Nabi SAW yang menceritakan tentang sendau gurau beliau terhadap
keluarga serta sahabat-sahabatnya antara lain:
1)
Dari Anas bin Malik bahwasannya seorang lelaki
dari suku Badui bernama Zuhair, ingin memberikan hadiah kepada Rasullah SAW,
yaitu suatu hadiah sepesial dari suku Badui, lalu Nabi SAW memperisiapkan hal
itu ketika ia hendak keluar, lalu berkata. “Zahir
adalah Badui kita dan kita adalah tamunya”. [2]
2)
Dari Anas ibu Malik, bahwasannya seorang lelaki
meminta Rasullah untuk mengangkatnya ke atas unta. Lalu Rasullah berkata, “Saya
akan mengangkatmu ke atas anak unta,” lelaki itu menjawab, “Wahai Rasullah apa
yang bisa saya lakukan terhadap anak unta itu?”, lalu beliau berkata “Apakah
seekor unta tidak lahir dari induk unta betina?”.[3]
b.
Komunikasi Yang Ramah
Sikap
ramah ditunjukkan dalam upacara yang lembut, tindakan dan sikap yang
memudahkan, lawanya adalah bersikap kasar. Jiwa manusia pada dasarnya cenderung
kepada keramahan, kelemahan-kelemahan, tutur kata yang halus serta jauh dari
kekerasan dan kekasaran. Oleh sebab itu, sebaiknya seorang guru memperhatikan
hal ini dan mengaplikasikan-nya kepada anak didiknya. Bersikap kasar bagi seorang
guru merupakan hal yang fatal dan mebahayakan, apalagi terhadap anak didik,
karena hal itu dapat mencetak kepribadian yang buruk. Artinya, jika seorang
guru mengajak dengan cara kekerasan terhadap anak didik, maka hal itu bisa
membuat anak didiknya pata semangat, tidak aktif, malas dan senang berbohong. [4]
c.
Kehalusan dan Kelembutan
(Dalam Ucapan dan Perilaku)
Firman Allah :
فبما
رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفظوا من حولك فاعف عنهم واتغفر
لهم ( ال عمران )159
“Maka disebabkan rahmat dan
Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berarti kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dan sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonlah apun bagi mereka.”[5]
Mengucapkan
perkataan kotor dan mencari orang lain merupakan tindakan yang tidak disukai
dan harus dihindari, lebih-lebih oleh seorang guru yang menjadi teladan bagi
anak didiknya. Jika seorang guru mengucapkan kata-kata kotor dan menyakitkan,
meskipun dalam kadar yang kecil saja, maka hal itu sudah merupakan aib baginya,
apalagi jia ia melakukan dalam skala yang lebih luas. Bagaimana pun, ucapan
seroang guru pasti akan mempengaruhi anak didiknya, positif maupun negatif.
Perkataan yang kotor dan penghinaan akan berdampak negatif bagi anak didiknya, bahkan
bisa merusak jiwanya.”
d.
Memperlakukan Anak dengan
Kasih Sayang
Abu Hurairah telah menceritakan
bahwa suatu hari Rasullah SAW mencium Al-Hasan, sendang dihadapan beliau suatu
itu terdapat al-Aqra’ ibu Haabis yang sedang duduk, lalu Al-Aqra’ berkata :
“Sesungguhnya saya punya sepuluh orang anak, tetapi saya belum pernah mencium
seorang pun diantara mereka.”
Rasullah SAW memandang ke arahnya dan bersabda :
من لا يرحم لا يرحم (رواه البحاري)
“Bang siapa yang tidak punya kasih sayang, niscaya tidak akan dikasih
sayangi.”
e.
Bercengkrama Dengan Anak
Riwayat
yang menunjukkan sikap Nabi SAW yang amat toleran terhadap anak. Beliau sering
menyapa anak-anak dan sahabat-sahabatnya. Beliau sering menggendong al-Hasan
dan al-Husain di pudaknya. Beliau suka mencium, berkengrama, dan bermain dengan
mereka. Misalnya, suatu saat Nabi SAW sedang berbaring, tiba-tiba al-Hasan dan
al-Husain datang lalu keduanya bermain di atas perutnya. Keduanya sering
menaiki punggung beliau saat beliau sedang sujud dalam shalatnya, bahkan beliau
pernah merangkak, sendang al-Hasan dan al-Husain menaiki punggungya lalu
bersabda :
نعم الراكبان هما و ابو هما خيرا من هما (رواه البحاري)
“Sebaik-baiknya unta adalah unta kalian berdua dan sebaik-baiknya
penunggang adalah kalian berdua.” [6]
2. Menciptakan Lingkungan
Belajar yang Kondusif
Lingkungan
yang kondusif untuk belajar adalah lingkungan yang relaks (tanpa stres),
lingkkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses
tinggi. Prinsip ini sejalan dengan konsep free-risk-enviroment
dari teori belajar Quantum. Sebagai
agama yang sangat memperhatikan pada pendidikan, Islam sering menggunakan
metode pemberian suasana sesuai tempat dan waktu tertentu. Misalnya, Allah
menunjukkan bahwa memeluk Islam itu tidak melalui paksaan melainkan atas dasar
kesadaran dan keikhlasan, dengan firmannya:
لا اكراه في الدين قد تبين الرشد من الغي ( البقرة
256)
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”[7]
Islam
bukanlah agama yang mepersulitkan kehidupan manusia, melainkan mempermudahkan
kehidupan mereka. Dalam kemudahan itu Allah senantiasa mendorong manusia untuk
bekerja keras, seperti firman-Nya sebagai berikut:
ßÎg»y_ur Îû
«!$# ¨,ym ¾ÍnÏ$ygÅ_ 4
uqèd öNä38u;tFô_$#
$tBur
@yèy_ ö/ä3øn=tæ Îû
ÈûïÏd9$#
ô`ÏB 8ltym 4
(الحج 78)
“Dan bekerja keraslah (berjihadlah) kamu pada jalan Allah dengan
sungguh-sungguh. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadi untuk
amu dalam agama suatu kesempitan.[8]
Allah
memerintahkann agar orang-orang yang telah beriman digembirakan dengan gambaran
kehidupan akhirat (surga) yang serba membahagiakan.
ÎÅe³o0ur
úïÏ%©!$#
(#qãYtB#uä (#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$#
¨br& öNçlm; ;M»¨Yy_
ÌøgrB
`ÏB
$ygÏFøtrB
ã»yg÷RF{$#
( ÇËÎÈ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada meraka
yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi merka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya.”(Albaqoroh 25) [9]
Ada tiga
prinspi yang bisa dipahami dari ayat-ayat Al-Qir’an di atas, yaitu prinsip tidak
memaksa, memudahkan dan menggembirakan. Ketiga prinsip ini juga bisa diterapkan
dalam dunia pendidikan. Sebagaimana Ibnu Abdun pernah menasihatkan bahwa
mengajar itu memerlukan pengertian, pengalaman dan kehalusan hati. [10]
Ibu Jamaah
menasihatkan agar guru jangan mengajar pada waktu lapar, haus, sedih, marah dan
tidak tenang pikirannya. Pelajaran yang diberikan jangan terlalu lam, sehingga
menjuukan atau bshksn terlalu singkat. Kemampuan pembelajar harus diperhatikan,
jangan suaranya terlalu keras atau terlalu lemah, sehingga tak terdengar. [11]
Dalam
pendidikan Islam, upaya menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang
kondusif ini, ditunjukkan Rasullah SAW dengan senatiasa memperhatikan waktu dan
kondisi yang tepat dalam menyampaikan pengajarannya yakni, sesuaikan dengan
waktu dan kondisi pembelajar. Hal ini
beliau lakukan agar mereka tidak bsan. Beliau juga selalu berusaha menjaga
tujuan dan keseimbangan dalam proses pembelajaranya. Penerapan hal itu, bisa
dilihat dari riwayat-riwayat sebagai berikut :
a.
Selalu memilih waktu dan memperhatikan keadaan
pembelajar (sabahat)
Imam Muslim
di dalam kita Shahihnya meriwayatkan
dari al-A’masy, dari Syaqiq Abu Wail, dia berkata:
“Pada suatu
saat kami tengah duduk menunggu di samping pintu rumah Abdullah ibu Mas’ud, Yaziz
ibu Mu’awiyah al-Naikha’i lewat di dekat kami, maka kami berkata : Tolong
beritahu Abdullah bin Mas’ud bahwa kami menungguinya. Maka diapun
menyampaikannya, sehingga tidak beberapa lama kemdian Abdullah bin Ma’sud
keluar menemui kami, lalu dia berkata: “Aku telah diberitahu bahwa kalian
menungguku. (Sebenarnya aku telah mengetahui kedatangan kalian), namun aku
khawatir saat ini kalian akan merasa bosan. Karena, sesungguhnya Rasullah SAW
sendiri selalu memilih waktu dan
memperhatikan keadaan kami (sebelum menyampaikan pelajaran), sehingga tidak
setiap hari beliau menasihati (mengajar) kami lantaran khawatir kami akan
merasa bosan.” [12]
b.
Mengajar berdasarkan jadwal dan tidak setiap hari
Bukhari di
dalam kitabnya al-‘ilm telah
meriwayatkan dari Manshur, dan dari Syaqiq Abu Wail, dia berkata :
“Abdullah
ibn Ma’ud selalu mengingatkan manusia (memberi pengajaran kepada mereka) setiap
hari Kamis. Maka seorang laki-laki bekata kepadanya: “Hai Abu Adurrahman
(sebutan bagi Abdullah ibn Ma’ud), sungguh kami menyukai perkataanmu dan selalu
meridukan-nya, maka, demi kecintaan kami itu, akan menjadi lebih baik jika
engkau menasihati kami setiap hari. Dia kemudian berkata: “Aku hanya ingin
kalianbosan dan sesungguhnya aku berusaha menjaga waktu dan keadaan kalian
sebagaimana Rasullah melakukannya, hal itu tidak lain demi menjadikan kalian
agar tidak bosan”. [13]
c.
Mengajar secara selektif dan disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik.
Ahmad di
dalam kitab Musnadnya meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Amr bn al-‘Ash, ia
berkata ;
“Ketika
kami sedang berkumpul besama Nabi, seorang pemuda datang dan menanyakan sesuatu
kepada beliau: ‘Wahai Rasullah, bolehkah saya mincium (istri saya) ketika saya
sedang berpuasa?” Nabi Menjawab: Tidak Boleh. Setelah itu datang seroang
laki-laki tua dan bertanya hal yang sama: “Bolehkah saya mencium (Istri saya)
ketika saya sedang berpuasa?” Nabi menjawab: “Ya, boleh. Kami pun saling berpandangan (merasa heran),
Rasullah pun lalu menjelaskan: “Saya tahu kenapa kalian saling berpandangan.
(Ketahuilah) Sesungguhnya orang tua itu lebih dapat mengekang hawa nafsunya
(hasrat seksual).”[14]
d.
Menunggu kesempatan yang tepat atas hal yang
hendak diajarkan.
Dalam
pengajarannya, Rasullah berusaha memadukan antara kesesuaian (konteks/momentum)
dan pengetahuan yang hendak diajarkan, dengan harapan agar lebih jelas, lebih
menanamkan, serta lebih memudahkan mereka
(para sahabat) dalam merangkap sesuatu yang disampaikan.
Penerapan
ini bisa dilihat dalam riwayat berikut :
1.
Menggambarkan kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya.
Muslim
meriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththan r.a , dia mengatakan :
“Seorang
anak yang tersesat pernah di bawah terhadap Nabi SAW. Mengetahui anaknya
ditemukan, ibu anak tersebut yang baru mengeluarkan air susunya, dengan segara
mengambil anak itu, mendekap dan menyusuinya. Beliau kemudian bertanya: “Apakah
kalian beranggapan bahwa wanita ini akan menyelamatkan anaknya sendiri ke dalam
api neraka?” Kami menjawab: “Tidak, ia tidak akan melemparkannya”. Lalu beliau
bersabda : “Sesungunya, Allah lebih berbelas kasihan terhadap hamba-hamba-Nya
dari pada belas kasihan wanita ini terhadap anaknya sendiri.” [15]
2.
Melihat
Allah pada hari Kiamat
Bukhari
meriwayatkan dari Jarir bin ‘Ab-dullah al-Bajaliy:
“Pada suatu
malam saat kami duduk bersama Rasullah beliau memandangi bulan purnama lalu
bersabda: “Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian kelak pada hari kiamat
sebagaimana kalian melihat bulan purnama itu. Tidak ada yang menghalangi kalian
untuk memandangnya. Oleh karena itu, sekitarnya kalian mampu untuk melaksanakan
shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari, maka lakukanlah (shalat itu).
Kemudian beliau membaca Surat Qaf, ayat 39.” [16]
3. Menarik
Minat
Dalam
menggunakan minat anak didik diperlukan pembukaan yang menarik dalam
langkah-langkah mengajar agar perhatian dan minat mekea fokur kapada materi
yang akan disampaikan guru. Pengalaman dan pelajaran yang telah diserap dalam
pikiran mereka, dihubungkan dengan hal-hal baru yang hendak disajikan.,
merupakan jembatan yang menghubungkan pengertian-pengertian yang telah
terbentuk dalam pikiran mereka, sehingga akan mempermudah daya tangkap terhadap
hal baru yang diajarkan oleh guru.
a.
Melakukan Komunikasi Terbuka
Dalam
penerapannya, seorang guru hendaknya selalu mendorong anak didik untuk membuka
diri terhadap segala hal atau bahan-bahan pelajaran yang disajikan mereka,
sehingga mereka dapat menyerapnya menjadi bahan apresiasi dalam pikirannya.
Dalam Al-Quran terdapat banyak firman Allah yang mendorong manusia untuk
membuka hati, pikiran, perasaan, pendengaran, dan penglihatannya untuk menyerap
pesan-pesan yang difirmankan Allah kepada mereka:
ôs)s9ur
$tRù&us
zO¨YygyfÏ9
#ZÏW2
ÆÏiB
Çd`Ågø:$#
ħRM}$#ur
(
öNçlm;
Ò>qè=è%
w
cqßgs)øÿt
$pkÍ5
öNçlm;ur
×ûãüôãr&
w
tbrçÅÇö7ã
$pkÍ5
öNçlm;ur
×b#s#uä
w
tbqãèuKó¡o
!$pkÍ5
4
y7Í´¯»s9'ré&
ÉO»yè÷RF{$%x.
ö@t/
öNèd
@|Êr&
4
ÇÊÐÒÈ
“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyak dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi)
tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka sesat lagi.”.(al a’rof 179)[17]
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan praktis Allah berfirman.
wur
ß#ø)s?
$tB
}§øs9
y7s9
¾ÏmÎ/
íOù=Ïæ
4
¨bÎ)
yìôJ¡¡9$#
u|Çt7ø9$#ur
y#xsàÿø9$#ur
@ä.
y7Í´¯»s9'ré&
tb%x.
çm÷Ytã
Zwqä«ó¡tB
ÇÌÏÈ
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawbannya.”(al Isro’ 36)[18]
b.
Memberikan Pengetahuan Baru
Minat dan perhatian anak didik harus dirasakan kepada bahan-bahan
pengetahuan yang baru bagi mereka. Dalam ajaran Islam terdapat prinsip
pembaruan dalam belajar, baik tentang fenomena-fenomena alamiah fenomena yang
terdapat dalam diri mereka sendiri. Seperti studi tentang alam sekitar yang
mengandung ilmu-ilmu baru, misalnya biologi, dan zoologi, menurut pembaruan
dari hasil para studi para ilmuan di bidang masing-masing, terutama dikaitkan
dengan kecanggihan ilmu dan teknologi modern saat ini. Misalnya, firman Allah
berikut :
¨bÎ)
Îû
È,ù=yz
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
É#»n=ÏG÷z$#ur
È@ø©9$#
Í$yg¨Y9$#ur
Å7ù=àÿø9$#ur
ÓÉL©9$#
ÌøgrB
Îû
Ìóst7ø9$#
$yJÎ/
ßìxÿZt
}¨$¨Z9$#
!$tBur
tAtRr&
ª!$#
z`ÏB
Ïä!$yJ¡¡9$#
`ÏB
&ä!$¨B
$uômr'sù
ÏmÎ/
uÚöF{$#
y֏t/
$pkÌEöqtB
£]t/ur
$pkÏù
`ÏB
Èe@à2
7p/!#y
É#ÎóÇs?ur
Ëx»tÌh9$#
É>$ys¡¡9$#ur
̤|¡ßJø9$#
tû÷üt/
Ïä!$yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
;M»tUy
5Qöqs)Ïj9
tbqè=É)÷èt
ÇÊÏÍÈ
“Sesungguhnya dalam penciptaan lagit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dan langit berupa air, lalu dengan air itu. Dia
hidupkan kami sesudah keringnya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengiasaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi,
sesungguhnya terdapat tanda-tanda kesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan.(albaqoroh
164) [19]
c.
Memberikan Model Perilaku
yang Baik
Anak didik dapat memperoleh contoh bagi perilakunya melalui peniruan yang
tepat dalam proses belajar mengajar misalnya seperti firman Allah :
ôs)©9
tb%x.
öNä3s9
Îû
ÉAqßu
«!$#
îouqóé&
×puZ|¡ym
`yJÏj9
tb%x.
(#qã_öt
©!$#
tPöquø9$#ur
tÅzFy$#
tx.sur
©!$#
#ZÏVx.
ÇËÊÈ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (Kedatangan) hari
kiamat.”( Al ahzab.21)[20]
4. Menyajikan
Materi Yang Relavan
Menjamin
bahwa subjek pelajaran adalah relavan sangatlah penting, karena siswa ingin
belajar ketika dia melihat manfaat dan pentingnya subjek pelajaran itu.
Pembelajaran yang berdasarkan prinsip bermakna, menjadikan anak didik menyukai
dan bergairah untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dengan perasaan suka tersebut proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan
lancar, karena anak didik menyadari bahwa yang dipelajari dari gurunya terdiri
dari bahan-bahan ilmu pengetahuan yang akan memberikan makna bagi hidupnya
lebih lanjut.
Prinsip
relavasidalam arti memberi bekal anak didik dengan ilmu pengetahuan yang
mengacu pada perkembangan masa depan kehidupannya sangatlah penting. Hal ini
penting karena, seperti ditulis oleh ‘Athiyah al-Abrasyi, anak didik itu lahir
pada era berbeda dengan zaman yang dialami oleh pendidiknya.
علموا اولدكم فانهم مخلوقون لزمان غير زمانكم
“Didiklah anak kalian dengan
pendidikan yang berbeda dengan yang diajarkan padamu, karena mereka diciptakan
untuk zaman yang berbeda dengan zaman kamiam.”[21]
Untuk
menunjukkan bawha materi pelajaran itu relavan dan penting bisa dilakukan
beberapa cara sebagai berikut :
a.
Visualisasi Tujuan Pembelajaran
Visualisasi merupakan teknik pembelajaran yang sangat berguna. Seorang guru
yang tidak efektif mungkin akan mengatakan, “Jangan lupa belajar atau kalian
akan dapat nilai jelek dalam ujian mendatang”, sebuah pesan negatif. Eric
Jensen menyarnkan bahwadua cara yang lebih baik. Pertama, mendorong para siswa
untuk memvisualisasi secara tepat bagaimana meeka akan memanfaatkan pikiran
positif yang mendorong mereka untuk membaca buku pelajaran guna mencari jawaban
tertentu yang mungkin dapat dipergunakan di masa depan.
b.
Meyakinkan Peserta Didik atas
Pentingnya Materi
Rasullah seringkali memulai pembicaraan dengan bersumpah “Demi Allah”. Ini
sebagai peringatan beliau para sahabat akan pentingnya masalah yang hendak
beliau ajarkan, dan untuk memperkuat suatu hukum. Beberapa
hadits tentang hal tersebut, antara lain:
1.
Menyebarkan
Salam
2.
Mencitai
saudara sesama muslim
3.
Bersikap
baik dengan tetangga
c.
Mengulang Penjelasan Untuk
Memperkuat Materi yang Disampaikan
Rasullah seringkali mengulangi perkataan sebanyak tiga kali. Hal itu beliau
lakukan untuk memperkuat materi yang disampaikan, serta untuk mengingatkan
tentang pentingnya kandungan materi yang akan disampaikan tersebut, sehingga
mereka dapat lebih memahami dan menyempurnakannya.
Anas r.a berkata “Sungguh,
apabila Rasullah mengatakan satu kata, maka beliau (seringkali) mengulanginya
sampai tiga kali hingga perkataan itu dapat dipahami oleh para sahabat.”[22]
5. Melibatkan
Emosi Positif dalam Pembelajaran
Prinsip
sesuai dengan teori otak trune yang bayak dibahas oleh teori-teroi belajar era Quantum.[23] Teori ini meyatakan, bahwa informasi yang
memasuki otak akan menuju otak tengah. Otak tengah berfungsi sebagai macam
pusat pengarah. Jika memutskan informasi penting, ia mengalihkan informasi
tersebut ke “Otak berfikir”. Fungsi otak terarah ini tak hanya sebuah “pusat
pengarah”, tetapi juga bagian otak yang mengendalikan emosi. Jadi, jika
informasi baru disampaikan dalam cara yang menyenangkan, maka seseorang dapat
belajar dan mengingat dengan baik. Jika hal yang dipelajari memuaskan unsur
warna, ilustrasi, permainan, dan irigan lagu, emosi terlibat secara positif
sehingga orang akan belajar lebih baik.
Namun,
jika yang hadir adalah rasa taku atau emosi negatif, maka “otak tengah” meredam
informasi yang datang. Ketika seseorang sedang stes, infomrasi mungkun tak akan
pernah mencapai orak berfikirnya. Informasi itu malah tersaring. Itulah yang
terjadi saat otak tiba-tibat terasa kosong, otak menurunkan taraf berfikir ke
arah yang lebih primitif. Pada saat merasa terancam, mejadi tidak efektif.
Beberapa penelitian menujukkan, bahwa tanpa keterlibatan emosi.
Pada
beberapa kesempatan, Nabi SAW, menjelaskan sesuatu secara global dengan tujuan
untuk lebih mendorong orang-orang yang diajak bicara supaya bertanya, dan
beliau juga menginginkan agar orang-orang yang diajak bicara tersebut ikut
mengungkapkan pandangan-pandanga. Setelah itu, barulah beliau menjelaskannya
secara lebih rinci supaya penjelasan itu lebih uat tertanam dalam jiwa mereka
dan lebih memantapkan hafalan dan pemahaman mereka. Contohnya
adalah sebagai berikut :
a.
Menggugah Emosi Lewat
Ungkapan “mustarih” dan “mustarah minhu”
Muslim meriwayatkan dari Ma’bad nin Ka’ab bin Maiik dari Abu Qatadah bin
Rib’iy r.a: bahwasannya Rasullah telah menjumpai seorang jenazah, lalu ia
bersabda. “Mustari (orang yang beristirahat) dan mustarah minhu (orang yang
disitriahatkan. “Meraka bertanya: “Ya Rasullaah, apa yang dimakud dengan orang
yang istirahat dan orang yang diistirahatkan?” beliau mejawab: “(Yaitu) seorang
hamba mukimn yang istirahat dan keletihan dunia menuju rahmat Allah, dan hamba
yang durhaka yang darinya (oleh karena kematiannya) maka itriahatkan
hamba-hamba, negara-neagara, pohon-pohon dan binatang-binatang.”[24]
b.
Menggungah Perasaan Lewat
Ungkapan “Tidak Beriman”
Bukhari meriwayatkan dari Abu Syuraih al-Khuza’iy r.a bawha Rasullah SAW,
bersabra: “Demi Allah, tidak akan beriman, demi Allah, tidak akan beriman, demi
Allah, tidak akan beriman”. Lalu ditanyakan beliau “Siapakah (mereka yang
engkau maksud tidak beriman), ya Rasullah?” Beliau menjawab :”(Yaitu) Orang yang perilakunya menjadikan tetnangganya
tidak aman (Nyaman).”[25]
6. Melibatkan
Semua Indera dan Pikiran
Dalam
belajar, siswa hendaknya memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan membuat
seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Pelathan konvensional
cenderung membuat orang tidak aktif secara fisik dalam waktu lama. Otak akan
mengalami perubahan dan belajar pun melambat atau bahkan berhenti sama sekali.
Mengajak orang untuk bangikit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan
tubuh, meningkatkan peredaran darah ke otak, dan dapat berpegaruh positif pada
belajar.
Agar
proses memahami materi dan membuat makna dalam pembelajaran ini berjalan dengan
lancar, maka aktivitas dan proses pembelajaran hendaknya meibatkan semua jenis
kecerdasarn. Semua strategi yang telah dianurkan di muka untuk setiap individu
pembelajar juga akan berfungis sama baiknya di kelas, khususnya jika guru
memberi kleas keterbatasan memilih strategi yang digunakan dalam kelompok.
Selain itu, cobalah cara-cara berikut ini untuk mendorjng kedalaman berfikir
yang sebenarnya. Tujuannya adalah menciptakan suatu daur aktivitas dalam suatu
periode waktu yang melibatkan sebanyak mungkin gaya belajar dan kecerdasan yang
tepa dan mungkin.
a.
Membuat Analogi
Analogi membuat siswa memahami gagasan baru dengan cara membandingkannya
dengan konsep-konsep yang telah dikenal baik.
Penggunaan analogi (amtsal atau
metafora), bertujuan untuk memudahkan anak didik memahami suatu konsep.
Dalam Al-Qur’an juga banyak digunakan metafora, misalnya fimran Allah tentang
perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah digambarkan
sebagai laba-laba yang memuat rumahnya sangat lemah.
ã@sWtB
úïÏ%©!$#
(#räsªB$#
`ÏB
Âcrß
«!$#
uä!$uÏ9÷rr&
È@sVyJx.
ÏNqç6x6Zyèø9$#
ôNxsªB$#
$\F÷t/
(
¨bÎ)ur
Æyd÷rr&
ÏNqãç6ø9$#
àMøt7s9
ÏNqç6x6Zyèø9$#
(
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah
adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling
lemah ialah rumah laba-laba.”
)al ankabut 41)[26]
b.
Membuat Siswa Membuat
Kerangka Pemikiran Secara Visual
Biasanya anak-anak jarang kekurang ide, tetapi sering kali kekurangan
struktur terorganisasi untuk mengungkapkan ide itu. Struktur tersebut akan
bekerja dengan baik karena adanya fakta-fakta,, kesimpulan-kesimpulan
argumen-argumen yang disusun secara logis dan teratur. Semakin sering siswa
mengadakan model visual, akan semakin mudah dan memahami dan mengingat
informasi, karena siswa menggunakan kapasitas otak yang semakin besar dibanding
kalau hanya mendengar saja.
c.
Pamerkan Apa Yang Diketahui
Untuk mengetahui
apakah siswa telah mengerti dan memahami materi yang dipelajari, guru bis
meminta siswa tersebut untuk menyiapkan suatu prestasi dan melakukan Sharing di hadapan teman-teman kelasnya.
Memang banyak orang yang mengira bahwa dia telah memahami sesuatu, tetapi
teryata bahwa dia tidak bis menejelaskannya kepada orang lain. Jika siswa bisa mengerjakannya kepada
orang lain, berarti dia betul-betul telah paham.
d.
Pemikiran Mendalam
Setiap mata
pelajaran tentu memiliki berbagai persoalan (maslah) yang muncul di berbagai
topik bahasanya. Jika sebuah topik bahasan mengandung suatu masalah, tantanglah
para siswa bukan hanya sekedar memcahkan maslah tetapi juga selau bertanya
mengapa maslah tersebut muncul. Para siswa kemudian diajak menyelami lebih
dalam masalah tersebut untuk melihat situasi dan persoalannya, bukan sebagai
peristiwa-peristiwa yang terpisah, tetapi sebagai suatu sistem utuh. Tantangan adalah kunci keberhasilan
akademik dan cara untuk menjaga minat seorang siswa. Pernyataan yang mendorong
siswa menganalisis, mengevaluasi,
menilai dan memecahkan masalah.
7. Menyesuaikan
Dengan Tingkat Kemampuan Siswa
Proses
pembelajaran hanya mengaihkan pengetahuan kepada para siswa. Tetapi juga lebih
penting adalah bagaimana mereka bisa membuat makna bagi diri mereka
sendiridalam memahami materi. Agar hati bisa terwujud, maka dalam proses
pembelajaran, seorang pendidik (guru) hendaknya memilih dan metode yang
digunakan sesuai dengan tingkat kemampuan ana didik. Prinsip pembelajaran ini
bukan diperintahkan Allah kepada para Nabi yang mengembangkan tugas mendidik
manusia (umatnya), seperti sabda Rasullah SAW berikut :
نحن معاشر الانبياء امرنا ات ننزل الناس منازلهم
وانكلمهم علي قدر عقولهم (رواه ابو بكربن الشخير)
“Kami para Nabi diperintahkan
untuk menetapkan seseorang pada posisinya beribcira dengan sesuai dengan
kemampuan akalnya”.[27]
8. Memberikan
Pengalaman Sukses
Pada umumnya
seorang guru akan merasa senang ketika para siswanya dengan yakin mengacungkan
tangan mereka untuk menajwab pertanyaan dan berprestasi secara aktif, dan
bukannya menahan diri dan beriskap ragu-rag. Sebenarnya, setiap guru bisa
merencanakan pembelajaran agar siswa akftif dan berpartisipasi dalam ativitas
kelas. Namun juga jangan lupa, rancangan pembelajaran itu bisa mengalami
hambatan dan bahkan mengalami kegagalan. Lalu bagaiman caranya agar rancangan
pembelajaran bisa meraih sukses? Ada dua faktor utama yang menentukan
keseuksesan belajar siswa setiap saat, kesulitan pelajaran dan derajat resiko
pribadi.
Untuk membantu
siswa meraih sukses dalam setiap pembelajan, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan oleh guru. Pertama, pada saat dia menyampaikan materi pelajaran,
sajikan dengan melibatkan mulisensori, yakni menggunakan usnur visual,
auditoriat, dan kinestik. Bila materi pelajaran cukup banyak, bagi bahan itu
menjadi segmen-segmen melakukan pengulangan sepanjang waktu belajar, gunakan
penggunaan untuk mementaskan disimpannya informasi di dalam pikiran siswa.
Lalu, tambakna kemajuan sederhana pada proses pembelajaran. Pada saat guru
pertama kali mengajarkan informasi ini, pastikan untuk membuatknya
multimodalitas. Potong menjadi segmen dan ulang berkali-kali. Ajarkan pertama
kali pada kelompok besar (seluruh kelas).
Kedua, buat
kelompok-kelompok kecil (kelompok kerja sama tim atau pasangan) untuk
mematanpakan belajar. Ketiga, selesaikan secara perorangan (mengjawab
pernyataan di depan kelas, pekerjaan rumah, tes, dan kuis). Dengan demikian,
siswa mendapatkan informasi dalam bentuk yang paling mudah, sambil megnambil
resiko paling kecil dalam kelompok besar.
9. Merayakan
Hasil
Mengadkan perayaan
bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggungjawab dan mengawali
proses belajar mereka sendiri. Perayaan akan mengajarkan kepada mereka mengenai
motivasi hakiki tanpa “insentif”. Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga
pendidikan mereka lebih dari sekedar mencapai nilai tertentu.
Dalam Al-Quran
juga diberikan beberapa contoh tentang merayakan hasil ini. Misalnya pada surah
Fushilat ayat 30, Allah mempersilahkan kepada orang-orang yang konsisten dengan
keimananya kepada Allah untuk bergembira dengan kemikmatan surga yang telah
disiapkan untuknya. Mereka juga akan menerima perlindungan malaikat yang
diturunkan allah untuk mejaganya, sehingga mereka tidak akan merasakan kekuatan
dan kseedihan dalam hidup di dunia.
¨bÎ) úïÏ%©!$# (#qä9$s% $oY/u ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# ãA¨t\tGs? ÞOÎgøn=tæ èpx6Í´¯»n=yJø9$# wr& (#qèù$srB wur (#qçRtøtrB (#rãϱ÷0r&ur Ïp¨Ypgø:$$Î/ ÓÉL©9$# óOçFZä. crßtãqè? ÇÌÉÈ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan; “Tuhan kami ialah Allah”
kemduain mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan),: “jangalah kkami merasa takhu dan janganlah kamu
merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu”.[28]
B. Implementasi
Konsep Edutaiment dalam Pendidikan Islam
Pendidikan yang
menyenangkan adalah pendidikan yang berlangsung dalam suasana yang relaks dan
tidak menengangkan, para pembelajar tidak merasa terancam, dan seluruh komponen
fisik dan non fisik mereka bebas dari tekanan. Pembelajaran yang menyenangkan
adalah pembelajaran yang tampil di dalam wajah yang humanis dan dalam interaksi
edukatif yang terbuka dan demokrasi. Konsep pendidikan yang menyenangkan
(edutaiment), berupaya agar kondusif.
Ada tiga asumsi
yang menjadi landasanya. Pertama, perasaan gembira akan mempercepat pembelajaran,
sedangkan perasaan negatif seperti sedih, takut, terancam dan merasa tidak
mampu akan memperlambat belajar atau bahkan bisa menghentikan sama sekali.
Kedua, jika seseorang mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jiut,
maka ia akan mampu membuat loncatan prestasi belajar yang tidak terduga
sebelumnya. Ketiga, apabila setiap anak didik dapat dimotivasi dengan tepat dan
diajar dengan cara yang benar-cara yang sesuai dengan gaya (style) dan
modalitas belajarnya-, maka dia akan mencapai hasil belajar yang optimal.
E.
Kesimpulan
1.
Pendidikan Islam adalah proses transforamsi dan inernalisasi ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik untuk membutuhkan dan
pengembangan potensi fitrahnya, sehingga mencapai pribadi yang utama sesuai dengan
ajaran Islam.
2.
Pembelajaran yang tumbuh dan bekembang dalam pendidikan Islam mempunyai
nilai dan prinsip yang relavan dengan konsep edutaiment. Hal ini terlihat misalnya pada upaya memberikan
kemudahan dan suasana gembira dalam pembelajaran.
3.
Untuk mengimpelemestikan konsep edutaiment
dalam proses pembelajaran ada beberdapa langkah yang bisa dilakusakan. Pertama,
menumbujkan sikap positif terhadap belajar. Kedua, membangun minat
pembelajaran. Ketiga, melibatkan emosi siswa dalam pembelajaran. Keempat, memberikan
selingan permainan (games) dalam
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Terj. Ari Nilandari, Penyunting, Femmy Syahrani, Ed. 1, cet. Ke-23, (Bandung: Kaifa, 2009)
Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 2009)
Hamruni, Edutainment Dalam Pendidikan Islam & Teori-teori Pembelajaran Quantum, (Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 2009)
Muijs, Daniel & Reynolds, David, Effective Teaching, teori dan aplikasi, terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Ed. 2, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008)
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet. III (Jakarta, Rajawali Pers, 1990)
[1]
Mubarkufri, Tuhfatul Ahadzy, Syarah
Jami At-Trimidzi, Tej. Hadits No. 356.
[2]
Bukhari, Shahih....., Tej. Hadits No.
3752
[3]
Maksdunya adalah bahwa semua unta pasti adalah anak unta. Lihat Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah. Compact Disc Kutubut
Tis’ah & Syarahnya, Terj. Hadits No. 3118.
[4]
Yakni menamkan apa yang sebenarnya bukan dari hati nuraninya, semata karena
tahut sanksi keras yang akan menimpanya.
[5] The Holy Qur’an, Ali ‘Imran.
[6]
Thabrani, Mu’jamul Kabir, Juz 3,
Terj. Hadits No. 2677
[7] Ibid, al-Baqoroh (2) : 256
[8] Ibid, al-Hajj (22): 78.
[9] Ibid, al-Baqoroh (2) : 25.
[10]
Ibu Abdun, Tarich ai-Tarbijad al-Islamiyjjah
(Kairo : Barus Sya’bi 1987), hlm, 190.
[11] Ibid, hlm. 197.
[12]
Muslim, Shahih... , Compact Disk
Kutubut Tis’ah & Syahranya, Terj. Hadits No. 1182.
[13]
Bukhari, Shahih....., Terj. Hadits
No. 1764.
[14]
Ahmad, Musnad...., terj. Hadits. No.
2475.
[15]
Muslim, Shahih...., Terjadi. Hadits
No. 1964.
[16]
Bukhari, Shahih..., terj. Hadits No.
2146.
[17] The Holy Quran, al-A’raf (7): 179.
[18] Ibid, al-Isra’ (17) : 36.
[19] Ibid, al-Baqoorh (2): 164.
[20] Ibid, Fushshilat (41): 53.
[21]
Mohammad ‘Athiyyah al-Abrasy, At-Tarbiyyah
asl-Islamiyah (Terj. H. Bustami A. Gani & Djhor bachi, L.1.3), Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Bandung
: Bulan Bintang: 1990, hlm. 21. Dijelaskna bahwa ungkapan ini berasal dari Ali-bin Abi Thalib.
[22]
Ibu Majah, Sunan...., terj. Hadits
No. 325.
[23] Ibidm terj. Hadits No. 161.
[24]
Muslim, Shahih....., terj. Hadits No.
547.
[25]
Bukhari, Shahih...., terj. Hadits No.
1476.
[26] The Holy Qur’an, al-‘Ankabut (29) : 41.
No comments:
Post a Comment