الْحَمْدُ للهِ الَّذِي اَرْسَلَ
رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ , أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , وَ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ كَافَّةً اِلَى
النَّاسِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَهَادِيًا اِلَى الْحَقِّ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا,
اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ
أَصْحَابِهِ وَ التَّابِعِيْنَ , أَمَّا بَعْدُ , فَيآعِبَادَ اللهِ !
أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي أَوَّلاً بِتَقْوَىاللهِ تَعَالَى وَاَحُثُّكُ عَلَى
طَاعَتِهِ فِى كُلِّ وَقْتٍ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Dalam Kitab Suci Al Qur’an banyak ditemukan ayat-ayat mengenai
soal-soal akhlak, budi pekerti. Menurut buku "Tafsilu ayatil Quranil
Hakim, " yang memuat pengelompokan ayat-ayat dalam berbagai-hagai bidang
dan persoalan, diterangkan ada sejumlah 121 ayat-ayat dalam Al Qur’an yang
menguraikan soalsoal akhlak itu. (bab 17, -hal. 385).'
Ayat-ayat Al Qur’an yang mengenai akhlak tersebut menyangkut semua
pokok-pokok persoalan . hidup, sejak dari urusanurusan pribadi sampai kepada
urusan-urusari keluarga, masyarakat, hubungan-hubungan dengan makhluk, alam
semesta, hubungan dengan Khalik (Allah) dan lain-lain sebagainya.
Baiklah kita uraikan hal itu, satu demi satu. .
1. Akhlak terhadap diri sendiri
Manusia mempunyai adab, sopan santun dan akhlak terhadap diri
sendiri, yang harus dipelihara dan dihormatinya. Akhlak terhadap diri sendiri
itu, dalam garis besarnya terbagi kepada tiga hal :
1.1. Memelihara badan / jasmani.
Al Qur’an menggariskan supaya setiap orang memelihara badannya
sendiri.
M'engenai makan
dan minum umpamanya, disuruh supaya ada batas-batasnya, jangan melampaui
ukuran-ukuran dan norma- norma yang wajar, meskipun kita sendiri mampu
mengusahakannya.
Allah s.w.t. berfirman :
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“ Makan dan minumlah kamu; jangan berlebih-lebihan. Sesunggulnya
Allah s.w.t. tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas. "
(Al-A'raf VII: 31).
Dalam suatu Hadis disebutkan :
اِنَّ
لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ( رواه البخارى و سل )
"Sesungguhnya pada badanmu sendiri ada hak-haknya yang wajib
dipeliliara. " (riwayat Bukhari dan Muslim).
1.2. Memelihara akal.
Akal sebagai satu alat yang vital dalam kehidupan manusia, harus
dipelihara, dengan jalan melatih dan memberinya makanan (voeding) yang dapat
mengembangkan kecerdasan. Tidak kurang dari 46 x Allah memperingatkan dalam Al
Qur’an: Kenapa kamu tidak mempergunakan akal? (A fala ta'qilun?).a
Allah swt berfirman :
وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ
الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
"Tentang peredaran angin dan mega yang
diatur antara langit dan bumi, (di dalamnya terkandung) beberapa tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal. "(Al-Baqarah If.- 164).
1.3. Memelihara jiwa.
Manusia diperintahkan memelihara jiwa, supaya suci dan bersih,
menjauhi sifat-sifat yang merusak, seperti dengki (hasad), buruk sangka,
pendendam, kesat hati, bejat dan lain-lain. Kesucian jiwa itu adalah syarat
utama untuk mencapai keberhasilan, seperti dinyatakan dalam Al Qur-an :
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا(9)وَقَدْ
خَابَ مَنْ دَسَّاهَا(10)
"Sesungguhnya
akan menanglah orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan celakalah orang-orang
(yang membiarkan) jiwanya kotor." (AsSyams IXC: 9).
II. Akhlak terhadap keluarga
Mengenai adab sopan santun terhadap keluarga, dalam garis besarnya
juga terbagi kepada tiga hal.
2.1. Hubungan suami-isteri.
Al Qur’an menggariskan supaya diciptakan hubungan yang harmonis
antara suami-isteri, sebab kemesraan hubungan yang demikian akan menjadi sendi
yang kuat dalam kehidupan rumah tangga. Allah s.w.t. memerintahkan kepada para
suami:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ
كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ
خَيْرًا كَثِيرًا(19)
'Pergaulilah mereka (para isteri) dengan
cara yang baik. Kalau sekiranya kamu kurang suka kepada mereka, mudah-mudahan
Allah akan menjadikan kebaikan yang banyak dalam apa (peristiwa) yang tidak
kamu sukai itu. "(An-Nisa' 19).
Tentulah hal ini harus juga berlaku sebaliknya, yaitu adab dan
sikap isteri terhadap suami.
2.2. Hubungan ibu-bapa dan anak timbal balik.
Pertama, anak-anak diwajibkan berbuat baik terhadap ibubapanya,
menghormatinya, menyantuninya, memeliharanya jika mereka dalam keadaan
miskin, lemah atau tua; jangan sampai mendurhakai mereka, sebab durhaka itu
termasuk salah satu dosa yang besar.
Allah s.w.t. berfirman :
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ(14)
"Dan
Kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia (supaya) berbuat baik kepada
ibu-bapanya. Ibunya mengandungnya dengan menderita kelemahan di atas kelemahan
dan dicerai susuannya. dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
ibu-bapamu. "(Luqman XXXI: 14).
Kedua, para ibu-bapapun diwajibkan membimbing dan mengasuh
anak-anak mereka, memberi kehidupan sebelum mereka dewasa, dan jangan
sekali-kali melakukan pembunuhan terhadap anak, apapun yang menjadi
motivasinya, seperti dijelaskan dalam Al Qur’an :
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ
خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ
خِطْئًا كَبِيرًا(31)
"Janganlah
kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kepada) kepapaan. Kamilah yang akan
memberikan rezeki kepada mereka dan kepada kamu. Sesungguhnya membunuh mereka
(anak-anak) itu adalah satu dosa besar. "(AI-Isra' XVII: 31 ).
Adapun pengertian membunuh pada ayat tersehut, bukan saja membunuh
secara hakiki, tapi juga mencakup makna majazi, yaitu membunuh dalam
pengertian diterlantarkan, tidak
diperdulikan pendidikannya.
2.3 Hubungan dengan kaum kerabat
Dengan kaum keluargapun harus dibina hubungan yang akrab, bahkan
juga dengan orang-orang yang miskin, seperti dinyatakan dalam Al Qur’an:
وَءَاتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ
وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا(26)
"Berikanlah kepada kaum kerabat
hak-hak mereka (pertolongan) dan (kepada) orang-orang miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu berboros-boros (muhazzir).
"(AI-Isra' XVII: 26).
III. Akhlak tethadap Masyarakat
Saudara-saudara kaum Muslimin yang terhormat.
Dalam pergaulan antar-manusia ada kode-etik yang harus dipelihara,
sejak dari perkenalan sampai kepada urusan bisnis, urusan hukum dan lain-lain
sebagainya.
Sebagai contoh
dapat dikemukakan mengenai tiga hal.
3.1. Adab memberi salam.
Kalau bertemu antara seorang Muslim dengan Muslim lainnya hendaklah
memberi salam; yang muda kepada yang tua; yang berjalan kepada orang yang
sedang duduk; yang naik kendaraan kepada orang yang berjalan kaki dan
lain-lain sebagainya. Apabila memasuki rumah, hendaklah memberi salam, seperti
digariskan dalam Al Qur-an :
لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ
بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا
“ Janganlah kamu memasuki rumah, selain rumah
kamu sendiri sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. "
(AnNur xxrv: 27).
3.2. Adab dalam perniagaan.
Antara lain-lain jangan' berlaku curang, umpamanya dengan
"mempermain-mainkan" timbangan, sukatan, meteran dan lainlain,
seperti ditegaskan dalam Kitab Suci :
وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ(1)الَّذِينَ
إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ(2)وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ
وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ(3)
"Celakalah untuk orang-orang yang curang.
Apabila mereka menyukat dari orang lain (untuk dirinya), dipenuhkannya
(sukatan). Tetapi, apabila mereka menyukat untuk orang lain, atau menimbang
untuk orang lain, dikuranginya, "(A1-Muthaffifin LXXXIII: 1-3).
3.3. Berlaku amanah dan adil.
Hendaklah berlaku amanah dan jujur dalam pergaulan dan hubungan,
dan bersikap adil dalam menjalankan wewenang. Allah s.w.t. berfirman :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا
الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ
تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
"Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada
kamu rnenunaikan amanah kepada orang-orang yang berhak (menerirnanya), dan
supaya kamu berlaku adil apabila menjatuhkan hukuman di antara manusia. "
(AnNisa'IV: 58).
IV. Akhlak terhadap Makhluk
Yang dimaksudkan dengan makhluk di sini ialah makhluk selain
manusia, seperti hewan, burung-burung dan lain-lain.
Makhluk manusia diberikan hak oleh Allah s.w.t. memanfa'atkan hewan
tersebut untuk kepentingan kehidupan, seperti kuda untuk menarik sado/bendi,
lembu untuk menarik pedati, kerbau untuk membajak sawah dan lain-lain.
Daging-daging hewan tersebut boleir dimakan, susu lembu atau kambing boleh
diminum.
Dalam Al Qur’an ditegaskan :
وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا
دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ(5)
"Dan hewan diciptakan (Allah) untuk kamu,
daripadanya kamu mendapat pakaian yang panas dan keperluan-keperluan lain, dan
sebagiannya kamu nzakan (dagingnya). "(An Nahl XVI: 5).
Tapi, dalam memanfaatkan hewan tersebut ada tata krama yang
dipelihara. Umpamanya, kalau kerbau disuruh menarik pedati atau kuda menarik
sado/bendi, maka hendaklah muatannya jangan melampaui batas, jangan melebihi
ketentuan yang wajar. Demikian pula apabila mengendarai (menunggang) hewan itu
haruslah tidak melebihi ukuran-ukuran yang patut. Pernah Rasulullah
memperingatkan dalam satu Hadis :
"Apabila kamu melihat sampai tiga orang menaiki seekor binatang
maka lemparlah mereka dengan batu sampai salah seorang diantara mereka turun. "
Perintah "melempar dengan batu" haruslah diartikan
berusaha mencegahnya dengan cara yang layak.
Demikian pula, apabila hendak memanfaatkan daging hewan itu untuk
dimakan, maka hendaklah disembelih dengan cara yang tidak menyakitkan hewan
tersebut. Mengenai hal ini, diterangkan dalam suatu Hadis :
اِذَا ذَبَحْتُمْ فَاَحْسِنُوْا
الذَّبِيْحَةَ وَ الْيُحِدَّ اَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَ الْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ
“ Apabila kamu menyembelih (hewan) maka lakukanlah penyembelihannya
secara baik. Hendaklah kamu asah pisau penyembelih itu dan kamu entengkan
cara penyembelihannya ."(riwayat Muslim).
V. Akhlak terhadap Alam
Sidang Jum'at yang mulia.
Alam semesta ciptaan Allah s.w.t. ini dapat pula dirnanfa'atkan
untuk kepentingan manusia, tapi harus dipelihara jangan sampai menimbulkan
bahaya bagi kepentingan umum.
Umpamanya, pohon karet boleh dideres untuk mendapat getahnya
menurut tata-cara yang biasa, tapi jangan sampai pada batangnya itu dibuat
sampai puluhan goresan dengan tujuan untuk mendapatkan sekaligus getah yang
banyak.
Kayu-kayu di hutan boleh ditebang untuk digergaji menjadi papan,
tapi haruslah diindahkan peraturan-peraturan yang berlaku untuk melindungi
hutan, agar tidak terjadi penggundulan hutan yang menyebabkan terjadinya
banjir yang mengakibatkan bahaya dan kerusakan bagi masyarakat dan umum.
Lautan dan sungai boleh dimanfa'atkan mengambil ikannya dengan
pukat, pancing dan lain-lain, tapi jangan sampai ditaburkan ke dalam
laut/sungai itu bahan tuba (racun ikan) dengan maksud untuk mendapatkan ikan
yang banyak, sebab yang demikian mengakibatkan pengotoran laut (polution) yang
merusak dan berbahaya bagi kepentingan bersama.
Secara umum, Allah s.w.t. menggugah agar manusia memanfa'atkan apa
yang ada di langit dan bumi, sesuai dengan firman Ilahi :
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ
لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ
ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
"Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah telah mengadakan apa yang
ada di langit dan di bumi, dan dicukupkannya nikmat yang lahir dan batin untuk
kamu?" (Luqman XXXI: 20).
Tapi,, dalam memanfa'atkan itu harus diindahkan tata-tertib dan
akhlak yang bersangkutpaut dengan hal itu.
VI. Akhlak terhadap Khalik (Allah)
Yang merupakan pokok dan inti dari semua akhlak itu ialah akhlak
terhadap Khalik. Pencipta semua makhluk dan alam semesta.
Allah s.w.t. telah mengaruniakan
kepada umat manusia nikmat yang tidak terhingga jumlahnya, yang tak dapat
dihitung walaupun dengan alat komputer. Apabila nikmat itu diibaratkan laksana
hak yang diterima oleh manusia, maka sebagai imbangan
dari hak itu ada
kewajiban yang harus ditunaikan terhadap Pemberi nikmat tersebut.
Dalam garis
besarnya, kewajiban-kewajiban itu telah tercakup dirumuskan dalam surat Al-Fatihah, yang
diucapkann oleh seorang Muslim/Muslimah sekurang-kurangnya 17 x sehari semalam
waktu melaksanakan shalat wajib.
Yang merupakan inti akhlak terhadap Allah s.w l. yang dirumuskan
dalam Ummul Qur-an (Al-Fatihali) itu, antara lain:
1. Memuja/memuji Illahi, yang sekaligus bersyukur dan berterima
kasih kepada Allah s.w.t., dengan mengucapkan Alhamdu lillahi Rabbil Alamin.
(Segala puji untuk Pengasuh alam semesta).
2. Meresapkan ke dalam jiwa tentang kecintaan dan kasih sayang Allah
kepada hamba-Nya, dengan- mengucapkan: Arrahmanir Rahim. (Yang Pengasih
danPenyayang).
3. Mengakui kekuasaannya yang muthlak dan tunggal, yang memiliki dan
menentukan posisi manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan mengucapkan:
Maliki yaumid-din. (Yang Memerintah hari pembalasan).
4. Menyembah dan berbakti hanya kepada Allah, menunjukkan kepatuhan
dan keta'atan bulat dan ihlas, dengan mengucapkan: Iyyaaka na'budu.
(Kepada-Mulah kami menyembah).
5. Memohonkan pertolongan hanya kepada Allah, jangan me
mintakan bantuan
kepada kekuatan/kekuasaan yang sifatnya fang (lenyap), dengan mengucapkan:
Iya-ka na'budu wa iyaka nasta'in. (kepada-Mu-lah kami meminta pertolongan).
6. Memohonkan hidayah supaya ditunjukkan jalan yang lurus,
dihindarkan dari
jalan yang swat, sejak dari dunia ini sampai ke akhirat kelak, dengan
mengucapkan: Ihdinas shiratal mustaqim. (Tunjukkanlah kepada kami jalan yang
lurus).
Demikianlah lukisan secara menyeluruh tentang ajaran akhlak dalam Al
Qur’an.
جَعَلَنَا
اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْكَامِلِيْنَ الْمُؤَدِّيْنَ
لِوَاجِبَاتِهِمْ مَعَ الْمُخْلِصِيْنَ السَّائِلِيْنَ وَقُوْلُوْا اَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لاَاِلهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ
اِلَيْهِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
No comments:
Post a Comment