Friday 16 February 2018

KHUTBAH JUMAT AL QUR’AN SUMBER AKHLAK

AL QUR’AN SUMBER AKHLAK

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ , أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ كَافَّةً اِلَى النَّاسِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَهَادِيًا اِلَى الْحَقِّ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا, اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ التَّابِعِيْنَ , أَمَّا بَعْدُ , فَيآعِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي أَوَّلاً بِتَقْوَىاللهِ تَعَالَى وَاَحُثُّكُ عَلَى طَاعَتِهِ فِى كُلِّ وَقْتٍ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Para jama'ah yang budiman.‎

Dalam Kitab Suci Al Qur’an banyak ditemukan ayat-ayat ‎mengenai soal-soal akhlak, budi pekerti. Menurut buku "Tafsilu ayatil ‎Quranil Hakim, " yang memuat pengelompokan ayat-ayat dalam ‎berbagai-hagai bidang dan persoalan, diterangkan ada sejumlah 121 ‎ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menguraikan soalsoal akhlak itu. (bab 17, ‎‎-hal. 385).'‎
Ayat-ayat Al Qur’an yang mengenai akhlak tersebut menyangkut semua pokok-pokok persoalan . hidup, sejak dari urusanurusan ‎pribadi sampai kepada urusan-urusari keluarga, masyarakat, hubungan-‎hubungan dengan makhluk, alam semesta, hubungan dengan Khalik ‎‎(Allah) dan lain-lain sebagainya.‎
Baiklah kita uraikan hal itu, satu demi satu. . ‎

1. Akhlak terhadap diri sendiri

Manusia mempunyai adab, sopan santun dan akhlak ‎terhadap diri sendiri, yang harus dipelihara dan dihormatinya. Akhlak ‎terhadap diri sendiri itu, dalam garis besarnya terbagi kepada tiga hal ‎‎:‎

1.1. Memelihara badan / jasmani.‎
Al Qur’an menggariskan supaya setiap orang memelihara ‎badannya sendiri.‎
M'engenai makan dan minum umpamanya, disuruh supaya ada batas-‎batasnya, jangan melampaui ukuran-ukuran dan norma- norma yang wajar, ‎meskipun kita sendiri mampu mengusahakannya.‎
Allah s.w.t. berfirman :‎

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“ Makan dan minumlah kamu; jangan berlebih-lebihan. Sesunggulnya Allah s.‎w.t. tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas. " (Al-A'raf VII: ‎‎31).‎

Dalam suatu Hadis disebutkan :‎

اِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ( رواه البخارى و سل )
‎"Sesungguhnya pada badanmu sendiri ada hak-haknya yang wajib dipeliliara. " ‎‎(riwayat Bukhari dan Muslim).‎

1.2. Memelihara akal.‎

Akal sebagai satu alat yang vital dalam kehidupan manusia, harus ‎dipelihara, dengan jalan melatih dan memberinya makanan (voeding) ‎yang dapat mengembangkan kecerdasan. Tidak kurang dari 46 x Allah ‎memperingatkan dalam Al Qur’an: Kenapa kamu tidak mempergunakan akal? ‎‎(A fala ta'qilun?).‎a

Allah swt berfirman :‎

وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

"Tentang peredaran angin dan mega yang diatur antara langit dan bumi, (di dalamnya ‎terkandung) beberapa ‎tanda-tanda bagi orang-‎orang ‎yang berakal. "(Al-Baqarah If.- 164).‎

1.3. Memelihara jiwa.‎

Manusia diperintahkan memelihara jiwa, supaya suci dan bersih, ‎menjauhi sifat-sifat yang merusak, seperti dengki (hasad), buruk sangka, ‎pendendam, kesat hati, bejat dan lain-lain. Kesucian jiwa itu adalah ‎syarat utama untuk mencapai keberhasilan, seperti dinyatakan dalam Al ‎Qur-an :‎


قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا(9)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا(10)
‎"Sesungguhnya akan menanglah orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan ‎celakalah orang-orang (yang membiarkan) jiwanya kotor." (AsSyams IXC: ‎‎9).‎

II. Akhlak terhadap keluarga

Mengenai adab sopan santun terhadap keluarga, dalam garis ‎besarnya juga terbagi kepada tiga hal.‎
2.1. Hubungan suami-isteri.‎
Al Qur’an menggariskan supaya diciptakan hubungan yang ‎harmonis antara suami-isteri, sebab kemesraan hubungan yang demikian ‎akan menjadi sendi yang kuat dalam kehidupan rumah tangga. Allah ‎s.w.t. memerintahkan kepada para suami:‎
 ‎ ‎
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا(19)
'Pergaulilah mereka (para isteri) dengan cara yang baik. Kalau sekiranya kamu ‎kurang suka kepada mereka, mudah-mudahan Allah akan menjadikan kebaikan ‎yang banyak dalam apa (peristiwa) yang tidak kamu sukai itu. "(An-Nisa' ‎‎19).‎

Tentulah hal ini harus juga berlaku sebaliknya, yaitu adab dan ‎sikap isteri terhadap suami.‎

2.2. Hubungan ibu-bapa dan anak timbal balik.‎

Pertama, anak-anak diwajibkan berbuat baik terhadap ibubapanya, ‎menghormatinya, menyantuninya, memeliharanya jika mereka dalam ‎keadaan miskin, lemah atau tua; jangan sampai mendurhakai mereka, sebab durhaka itu termasuk salah satu dosa yang ‎besar.‎

Allah s.w.t. berfirman :‎

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ(14)
‎            "Dan Kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia (supaya) berbuat baik ‎kepada ibu-bapanya. Ibunya mengandungnya dengan menderita kelemahan di ‎atas kelemahan dan dicerai susuannya. dalam dua tahun. Bersyukurlah ‎kepada-Ku dan kepada ibu-bapamu. "(Luqman XXXI: 14).‎

Kedua, para ibu-bapapun diwajibkan membimbing dan mengasuh ‎anak-anak mereka, memberi kehidupan sebelum mereka dewasa, dan ‎jangan sekali-kali melakukan pembunuhan terhadap anak, apapun yang ‎menjadi motivasinya, seperti dijelaskan dalam Al Qur’an :‎

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا(31)
‎            "Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kepada) ‎kepapaan. Kamilah yang akan memberikan rezeki kepada mereka dan kepada ‎kamu. Sesungguhnya membunuh mereka (anak-anak) itu adalah satu dosa ‎besar. "(AI-Isra' XVII: 31 ).‎

Adapun pengertian membunuh pada ayat tersehut, bukan saja ‎membunuh secara hakiki, tapi juga mencakup makna majazi, yaitu ‎membunuh dalam pengertian diterlantarkan,  tidak diperdulikan ‎pendidikannya.‎
 ‎ ‎
            2.3 Hubungan dengan kaum kerabat

Dengan kaum keluargapun harus dibina hubungan yang akrab, ‎bahkan juga dengan orang-orang yang miskin, seperti dinyatakan ‎dalam Al Qur’an:‎
‎‎
وَءَاتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا(26)
"Berikanlah kepada kaum kerabat hak-hak mereka (pertolongan) dan ‎‎(kepada) orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, dan ‎janganlah kamu berboros-boros (muhazzir). "(AI-Isra' XVII: 26).‎

III. Akhlak tethadap Masyarakat

Saudara-saudara kaum Muslimin yang terhormat.‎

Dalam pergaulan antar-manusia ada kode-etik yang harus ‎dipelihara, sejak dari perkenalan sampai kepada urusan bisnis, urusan ‎hukum dan lain-lain sebagainya.‎

Sebagai contoh dapat dikemukakan mengenai tiga hal.‎

‎            3.1. Adab memberi salam.‎

Kalau bertemu antara seorang Muslim dengan Muslim ‎lainnya hendaklah memberi salam; yang muda kepada yang tua; yang ‎berjalan kepada orang yang sedang duduk; yang naik kendaraan ‎kepada orang yang berjalan kaki dan lain-lain sebagainya. Apabila ‎memasuki rumah, hendaklah memberi salam, seperti digariskan dalam Al ‎Qur-an :‎

لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا

‎            “  Janganlah kamu memasuki rumah, selain rumah kamu sendiri sebelum ‎meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. " (AnNur xxrv: 27).‎
3.2. Adab dalam perniagaan.‎

Antara lain-lain jangan' berlaku curang, umpamanya dengan ‎‎"mempermain-mainkan" timbangan, sukatan, meteran dan lainlain, ‎seperti ditegaskan dalam Kitab Suci :‎

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ(1)الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ(2)وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ(3)
‎"Celakalah untuk orang-orang yang curang. Apabila mereka menyukat dari ‎orang lain (untuk dirinya), dipenuhkannya (sukatan). Tetapi, apabila ‎mereka menyukat untuk orang lain, atau menimbang untuk orang lain, ‎dikuranginya, "(A1-Muthaffifin LXXXIII: 1-3).‎

‎            3.3. Berlaku amanah dan adil.‎

Hendaklah berlaku amanah dan jujur dalam pergaulan dan ‎hubungan, dan bersikap adil dalam menjalankan wewenang. Allah s.w.t. ‎berfirman :‎
 ‎ ‎

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ

‎"Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu rnenunaikan amanah kepada ‎orang-orang yang berhak (menerirnanya), dan supaya kamu berlaku adil apabila ‎menjatuhkan hukuman di antara manusia. " (AnNisa'IV: 58).‎


IV. Akhlak terhadap Makhluk

Yang dimaksudkan dengan makhluk di sini ialah makhluk selain ‎manusia, seperti hewan, burung-burung dan lain-lain.‎
Makhluk manusia diberikan hak oleh Allah s.w.t. meman‎fa'atkan hewan tersebut untuk kepentingan kehidupan, seperti kuda ‎untuk menarik sado/bendi, lembu untuk menarik pedati, kerbau untuk ‎membajak sawah dan lain-lain. Daging-daging hewan tersebut boleir ‎dimakan, susu lembu atau kambing boleh diminum.‎

Dalam Al Qur’an ditegaskan :‎
‎           
وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ(5)
"Dan hewan diciptakan (Allah) untuk kamu, daripadanya kamu mendapat ‎pakaian yang panas dan keperluan-keperluan lain, dan sebagiannya kamu nzakan ‎‎(dagingnya). "(An Nahl XVI: 5).‎

Tapi, dalam memanfaatkan hewan tersebut ada tata krama yang ‎dipelihara. Umpamanya, kalau kerbau disuruh menarik pedati atau ‎kuda menarik sado/bendi, maka hendaklah muatannya jangan ‎melampaui batas, jangan melebihi ketentuan yang wajar. Demikian ‎pula apabila mengendarai (menunggang) hewan itu haruslah tidak ‎melebihi ukuran-ukuran yang patut. Pernah Rasulullah memperingatkan ‎dalam satu Hadis :‎
"Apabila kamu melihat sampai tiga orang menaiki seekor binatang maka ‎lemparlah mereka dengan batu sampai salah seorang diantara mereka turun. "‎

Perintah "melempar dengan batu" haruslah diartikan berusaha mencegahnya dengan cara yang layak.‎

Demikian pula, apabila hendak memanfaatkan daging hewan itu untuk dimakan, maka hendaklah disembelih dengan cara yang tidak ‎menyakitkan hewan tersebut. Mengenai hal ini, diterangkan dalam suatu ‎Hadis :‎

اِذَا ذَبَحْتُمْ فَاَحْسِنُوْا الذَّبِيْحَةَ وَ الْيُحِدَّ اَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَ الْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ
“ Apabila kamu menyembelih (hewan) maka lakukanlah penyembelihannya ‎secara baik. Hendaklah kamu asah pisau penyembelih itu dan kamu ‎entengkan cara penyembelihannya ."(riwayat Muslim).‎


V. Akhlak terhadap Alam
Sidang ‎Jum'at yang mulia.‎

Alam semesta ciptaan Allah s.w.t. ini dapat pula dirnanfa'atkan ‎untuk kepentingan manusia, tapi harus dipelihara jangan sampai ‎menimbulkan bahaya bagi kepentingan umum.‎
Umpamanya, pohon karet boleh dideres untuk mendapat getahnya ‎menurut tata-cara yang biasa, tapi jangan sampai pada batangnya itu ‎dibuat sampai puluhan goresan dengan tujuan untuk mendapatkan ‎sekaligus getah yang banyak.‎
Kayu-kayu di hutan boleh ditebang untuk digergaji menjadi papan, ‎tapi haruslah diindahkan peraturan-peraturan yang berlaku untuk ‎melindungi hutan, agar tidak terjadi penggundulan hutan yang ‎menyebabkan terjadinya banjir yang mengakibatkan bahaya dan ‎kerusakan bagi masyarakat dan umum.‎
Lautan dan sungai boleh dimanfa'atkan mengambil ikannya ‎dengan pukat, pancing dan lain-lain, tapi jangan sampai ditaburkan ke ‎dalam laut/sungai itu bahan tuba (racun ikan) dengan maksud untuk ‎mendapatkan ikan yang banyak, sebab yang demikian mengakibatkan pengotoran laut (polution) yang merusak dan berbahaya bagi ‎kepentingan bersama.‎
Secara umum, Allah s.w.t. menggugah agar manusia meman‎fa'atkan apa yang ada di langit dan bumi, sesuai dengan firman Ilahi ‎‎:‎

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً

"Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah telah mengadakan apa yang ada di ‎langit dan di bumi, dan dicukupkannya nikmat yang lahir dan batin untuk ‎kamu?" (Luqman XXXI: 20).‎
Tapi,, dalam memanfa'atkan itu harus diindahkan tata-tertib dan ‎akhlak yang bersangkutpaut dengan hal itu.‎

VI. Akhlak terhadap Khalik (Allah)‎

Yang merupakan pokok dan inti dari semua akhlak itu ialah akhlak ‎terhadap Khalik. Pencipta semua makhluk dan alam semesta.‎
‎            Allah s.w.t. telah mengaruniakan kepada umat manusia nikmat ‎yang tidak terhingga jumlahnya, yang tak dapat dihitung walaupun ‎dengan alat komputer. Apabila nikmat itu diibaratkan laksana hak yang ‎diterima oleh manusia, maka sebagai imbangan‎
dari hak itu ada kewajiban yang harus ditunaikan terhadap Pemberi ‎nikmat tersebut.‎
Dalam garis besarnya, kewajiban-kewajiban itu telah tercakup dirumuskan dalam surat Al-Fatihah, yang diucapkann oleh seorang ‎Muslim/Muslimah sekurang-kurangnya 17 x sehari semalam waktu ‎melaksanakan shalat wajib.‎
Yang merupakan inti akhlak terhadap Allah s.w l. yang dirumuskan dalam Ummul Qur-an (Al-Fatihali) itu, antara lain‎:‎

1. Memuja/memuji Illahi, yang sekaligus bersyukur dan berterima kasih kepada Allah s.w.t., dengan mengucapkan Alhamdu lillahi Rabbil Alamin. (Segala puji untuk Pengasuh alam semesta).
2. Meresapkan ke dalam jiwa tentang kecintaan dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, dengan- mengucapkan: Arrahmanir Rahim. (Yang Pengasih danPenyayang).
3. Mengakui kekuasaannya yang muthlak dan tunggal, yang memiliki dan menentukan posisi manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan mengucapkan: Maliki yaumid-din. (Yang Memerintah hari pembalasan).
4. Menyembah dan berbakti hanya kepada Allah, menunjukkan kepatuhan dan keta'atan bulat dan ihlas, dengan mengucapkan: Iyyaaka na'budu. (Kepada-Mulah kami menyembah).
5. Memohonkan pertolongan hanya kepada Allah, jangan me
mintakan bantuan kepada kekuatan/kekuasaan yang sifatnya fang (lenyap), dengan mengucapkan: Iya-ka na'budu wa iyaka nasta'in. (kepada-Mu-lah kami meminta pertolongan).
6. Memohonkan hidayah supaya ditunjukkan jalan yang lurus,
dihindarkan dari jalan yang swat, sejak dari dunia ini sampai ke akhirat kelak, dengan mengucapkan: Ihdinas shiratal mustaqim. (Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus).

Demikianlah lukisan secara menyeluruh tentang ajaran akhlak dalam Al Qur’an.‎

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْكَامِلِيْنَ الْمُؤَدِّيْنَ لِوَاجِبَاتِهِمْ مَعَ الْمُخْلِصِيْنَ السَّائِلِيْنَ وَقُوْلُوْا اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لاَاِلهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

No comments:

Post a Comment

ISTRI/WANITA SHOLIHAH

ISTRI/WANITA SHOLIHAH Wanita sholihah merupakan dambaan bagi setiap pria, maka sangatlah penting bagi setiap  pria yang hendak menikah...