الْحَمْدُ
للهِ الَّذِي أَمَرَ بِالْعَدْلِ وَنَهَى عَنِ الْخِيَانَةِ وَشَهَادَةِ الزْوْرِ
وَ البُهْتَانِ , وَ اَنْعَمَ عَلَى عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ الصَّادِقِيْنَ
بِجَزِيْلِ الإِنْعَامِ وَالإِحْسَانِ , وَانْتَقَمَ مِنَ الْخَائِنِيْنَ
الظَّالِمِيْنَ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَ
الْخُسْرَانِ اُوْلئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ اَلاَ إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ
الْخَاسِرُوْنَ , أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ نَهَى عَنِ الْمُنْكَرِ
السَّيِّءِ وضحَرَّمَهُ , وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ بَلَّغَ
الرِّسَالَهَ وَنَصَحَ الأُمَّةَ وَنَشَرَ أَعْلاَمَهُ, اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ التَّابِعِيْنَ ,
أَمَّا بَعْدُ , فَيآعِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي أَوَّلاً
بِتَقْوَىاللهِ تَعَالَى وَ طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Ditimpa musibah.
Beberapa tahun akhir-akhir ini, Negara dan bangsa kita agak banyak
ditimpa musibah, bencana. Antara lain Tsunami
di Aceh, banjir di beberapa daerah dan baru 7 hari ini gempa bumi di DI Yogyakarta
dan sekitarnya Belum lagi dihitung kecelakaan pesawat terbang, kereta api dan kendaraan yang kerapkali pula terjadi.
Semua itu, bukan saja menimbulkan kerugian harta benda yang berjumlah milyaran,
tapi beratus-ratus pula meminta korban jiwa.
Sebagai orang Mukmin yang berjiwa Tauhid, yang percaya sepenuhnya
terhadap Kekuasaan dan Kerahiman Ilahi, peristiwa- peristiwa itu membuat kita
bertanya-tanya: Apakah rahasia dan hikmat yang terkandung di belakang tabir
bencana-bencana itu?
Musibah sebagai ujian.
Mengenai musibah itu, Allah SWT. menyatakan dalam Al Qur’an:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا
أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ
رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)
"Dan sesungguhnya Kami akan memberikan sesuatu percobaan kepada
kamu, seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kekurangan jiwa dan
kekurangan buah-buahan. Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Yaitu, orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: Sesungguhnya
kami adalah milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali. Mereka akan mendapat
karunia dan rahmat dari Tuhan dan mendapat hidayah. " (Al-Baqarah : 155-157).
Seperti ditegaskan pada ayat di atas, setiap musibah yang menimpa
manusia adalah semacam ujian (cobaan) terhadap keimanan seseorang,
dalam-dangkalnya atau tebal-tipisnya iman itu.
Apakah yang dimaksudkan dengan musibah itu ?
Perkataan musibah itu yang menurut bahasa Arab berasal dari kata
pokok shawaba, artinya bencana. ,Perkataan tersebut sudah melembaga menjadi
bahasa Indonesia .
Dalam "Kamus Umum Bahasa Indonesia" karangan W.J.S. Poerwadarminta,
musibah itu diartikan: celaka, bencana, malapetaka, tulah. Dalam Kitab Suci Al
Qur-an ditemukan 83 x kata-kata yang berasal dari kata pokok shawaba itu, yang
dihubungkan dengan berbagaibagai keadaan, situasi, peristiwa dan lain-lain. Hal
itu menunjukkan bahwa masalah tersebut mendapat petunjuk dan sorotan llahi.
Pada ayat yang disebutkan tadi diterangkan oleh Allah SWT.
sebagai.contoh lima
macam musibah, yaitu (1) ketakutan; (2) kelaparan (kemiskinan); (3) kekurangan
harta benda; (4) kekurangan jiwa (kematian) dan (5) kekurangan buah-buahan.
Ini tidak berarti bahwa musibah itu terdiri dari lima macam itu saja, tapi hanya sebagai
contoh dan masih banyak lainnya..
Masalah ketakutan ditempatkan pada ayat tersebut sebagai musibah
yang pertama dan utama, sebab perasaan takut itu melumpuhkan cita-cita manusia,
melenyapkan enersi dan kemauan, memandegkan perjuangan dan lain-lain
sebagainya. Banyak orang yang mendiamkan saja kepalsuan dan kezaliman sebab
takut memikul akibat dan risikonya. Tidak sedikit pula orang yang takut
mengemukakan dan menegakkan kebenaran, bahkan kadan-kadang "diputar
balikkannya"; yang jelas-jelas putih dikatakannya hitam, yang bengkok disebutkannya
lurus dan lain-lain sebagainya. Malah ada pula yang takut kepada
"bayang-bayang"; takut terhadap hantu di siang hari bolong. Semua itu
adalah karena cengkaman perasaan takut.
Apabila perasaan takut (angst-psycho) itu sudah "mencekam"
jiwa seseorang, hal itu adalah permulaan kemandegan kehancuran dan kejatuhan.
Macam-macam musibah dan hakekatnya.
Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia.
Dalam garis besarya, musibah itu ada dua macam. Pertama, musibah
yang bersifat umum; kedua, musibah yang mengenai pribadi. Ahli Tafsir Fakhrur
Razi menguraikan, bahwa musibah yang bersifat umum itu ialah seperti: musim
kemarau yang panjang, tanam-tanaman yang rusak, kebakaran, banjir, gempa bumi
dan lain-lain. Adapun musibah yang bersifat pribadi di antarariya ialah:
penyakit, kemiskinan, kematian anak, dihukum dan lain-lain. (Tafsir Ar-Razi,
fl. 29-30, hal. 236).
Musibah yang bersifat umum itu sekarang disebutkan bencana nasional.
Hal ini ditegaskan lebih jauh dalam Al Qur-an :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ
يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ(2)وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ(3)
"Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan begitu
saja mengatakan: Kami beriman, sedang mereka tidak dicoba? Sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang yang terdahulu dari mereka, dan Allah s.w.t.
mengetahui orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta" (Al Ankabut
XXIY: 2-3).
Dalam ayat ini dijelaskan tiga hal :
1. Orang-orang yang beriman akan diuji dengan berbagai- bagai cobaan
dalam kehidupan ini.
2. Cobaan itu telah dilakukan kepada umat-umat dahulu; kala, dari
abad ke abad.
3.Dengan cobaan itu akan tersisih antara emas dengan loyang, antara
padi dengan antah dan sebagainya.
Dalam pada itu, setiap peristiwa kebaikan (ni'mat) yang diterima
oleh manusia, pada hakekatnya adalah karunia Ilahi; sedang setiap musibah,
bencana atau malapetaka, adalah dari (karena) manusia itu sendiri.
Allah SWT. menyatakan
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ
اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
"Apa-apa kebaikan yang engkau peroleh itu, datangnya dari Allah
SWT. dan apa-apa bahaya yang menimpa engkau, berasal dari dirimu sendiri.
" (An-Nisa' IY: 79).
Kebiasaan manusia di zaman purbakala, malah, masih ada
restan-restannya sampai sekarang, kalau dia memperoleh kebaikan dikatakannya
karena usahanya sendiri, dan jika dia ditimpa bahaya dilemparkannya kesalahan
kepada Allah atau di. carinya "kambing hitamnya" pada orang lain.
Kebaikan atau keburukan yang menimpa manusia sesungguhnya telah
ditentukan menurut hukum yang ditetapkan Allah SWT. yang dinamakan takdir.
Tetapi, kesalahan dan kejahatan yang dilakukan oleh manusia menjadi
sebab yang tidak langsung mendatangkan musibah (bahaya), supaya mereka sadar
akan kesalahannya. Oleh sebab itu, dalam setiap musibah yang menimpa, hendaklah
manusia mencari kesalahannya pada dirinya sendiri dan kemudian berusaha untuk
merubahnya, agar bahaya tersebut jangan terus-menerus ditimpakan Tuhan
kepadanya.
Allah SWT telah menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk
merubah keadaannya sendiri, yang dinamakan usaha, perjuangan, ikhtiar, dan
manusia akan memperoleh bagian sesuai dengan vitalitas dan frekwensi ikhtiar
yang dilakukannya, seperti ditegaskan dalam Al Qur-an :
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا
سَعَى(39)
"Dan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya sendiri.
" (An-Najm hIII: 39).
Malah pada ayat yang lain, secara positif Allah SWT. menunjukkan
kekuatan dan pengaruh ikhtiar(usaha) itu dengan firman-Nya :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا
بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum, sebelum mereka
merubah keadaan diri mereka sendiri. " (Ar-Rad XIII: 11).
Ayat-ayat di atas ini memberantas faham yang menyerahkan keadaan
semata-mata kepada takdir, yang disebut fatalisme.
Sikap mental menghadapi musibah.
Saudara-saudara sidang Jum'at yang mulia.
Ajaran Islam telah memberikan resep yang ampuh dalam menghadapi
setiap musibah, dengan membulatkan tekad mengucapkan dan menghayati kalam
Ilahi:
قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا
إِلَيْهِ رَاجِعُونَ(156)
"Kita semua milik Allah, dan akan kembali kepada-Nya. "(
Al Baqarah 156)
Dalam istilah Islam, sikap mental yang demikian dinamakan sabar.
Yang dimaksudkan dengan sabar bukanlah menyerah (kapitulasi) begitu
saja, tapi ialah teguh dan padat hati, tidak terkulai dan tersungkur, kemudian
terus bangkit dan mawasdiri serta menarik keuntungan (pelajaran) dari musibah
yang menimpa itu.
Ahli ilmu jiwa yang terkenal, Alfred Adler, menyatakan: "One of
wonder-filled characteristics of human beings is the power to tum a minus into
a plus."
Artinya :''Salah satu watak manusia yang ajaib ialah kemampuannya
merubah minus menjadi plus (kerugian menjadi keuntungan)."
Rasulullah memberikan pegangan sebagai berikut:
وَاِنْ
اَصَابَكَ شَئٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ اَنِّى فَعَلْتُ كَذَا كَانَ كَذَا وَكَذَا
وَلَكِنْ قُلْ قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ اللهُ فَعَلَ فَاِنَّ لَوْ تَفْتَحُ
عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم عن أبى هريرة)
"Apabila engkau ditimpa sesuatu musibah, janganlah engkau
berkatu: "Kalau-kalau saya perbuat tempo hari begini atau begitu, tentulah
tidak begini atau begitu." Tapi, katakanlah: Allah ,SWT, sudah
mentakdirkan yang demikian, dan Dia memperbuat apa yang Dia kehendaki.
Kata-kata "kalau-kalau" hanyalah mcmbukakan peranan syaitan. "
(riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
Menanggapi sesuatu musibah yang menimpa dengan mengeluh mengucapkan
"kalau-kalau " mengandung nada penyesal mematikan semangat,
menghilangkan gairah dan optimisma.
Musibah itu adalah semacam kejatuhan. Pahlawan bukanlah seorang yang
tidak pemah jatuh, tapi yang dinamakan pahlawan sejati ialah orang-orang yang
setiap kali jatuh setiap kali pula ia , bangkit kembali.
Sikap mental menghadapi keadaan dalam segala situasi digariskan oleh
Allah SWT. dalam Al Qur-an :
لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا
فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ
مُخْتَالٍ فَخُورٍ(23)
“ Hendaklah kamu jangan berdukacita terhadap
apa yang lepas dari tanganmu dan jangan bangga terhadap (ni'mat) yang dikaruniakan
Tuhan kepada kamu. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang- orang yang
sombong dan membanggakan diri. "(Al-Hadid : 22).
بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ , وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ
وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَ تَقَبَّلَ مِنِّي وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ,وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ
وَلِوَالِدِيْكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ
الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
No comments:
Post a Comment