Sunday 14 January 2018

MENGHADAPI MUSIBAH



MENGHADAPI MUSIBAH

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَمَرَ بِالْعَدْلِ وَنَهَى عَنِ الْخِيَانَةِ وَشَهَادَةِ الزْوْرِ وَ البُهْتَانِ , وَ اَنْعَمَ عَلَى عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ الصَّادِقِيْنَ بِجَزِيْلِ الإِنْعَامِ وَالإِحْسَانِ , وَانْتَقَمَ مِنَ الْخَائِنِيْنَ الظَّالِمِيْنَ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَ الْخُسْرَانِ اُوْلئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ اَلاَ إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ , أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ نَهَى عَنِ الْمُنْكَرِ السَّيِّءِ وضحَرَّمَهُ , وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ بَلَّغَ الرِّسَالَهَ وَنَصَحَ الأُمَّةَ وَنَشَرَ أَعْلاَمَهُ, اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ التَّابِعِيْنَ , أَمَّا بَعْدُ , فَيآعِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي أَوَّلاً بِتَقْوَىاللهِ تَعَالَى وَ طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ




Ditimpa musibah.
Para jama'ah yang budiman.

Beberapa tahun akhir-akhir ini, Negara dan bangsa kita agak banyak ditimpa musibah, bencana. Antara lain  Tsunami di Aceh, banjir di beberapa daerah dan baru 7 hari  ini gempa bumi di DI Yogyakarta dan sekitarnya Belum lagi dihitung kecelakaan pesawat terbang, kereta api  dan kendaraan yang kerapkali pula terjadi. Semua itu, bukan saja menimbulkan kerugian harta benda yang berjumlah milyaran, tapi beratus-ratus pula meminta korban jiwa.
Sebagai orang Mukmin yang berjiwa Tauhid, yang percaya sepenuhnya terhadap Kekuasaan dan Kerahiman Ilahi, peristiwa- peristiwa itu membuat kita bertanya-tanya: Apakah rahasia dan hikmat yang terkandung di belakang tabir bencana-bencana itu?

Musibah sebagai ujian.
Mengenai musibah itu, Allah SWT. menyatakan dalam Al Qur’an:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)

"Dan sesungguhnya Kami akan memberikan sesuatu percobaan kepada kamu, seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kekurangan jiwa dan kekurangan buah-buahan. Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu, orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali. Mereka akan mendapat karunia dan rahmat dari Tuhan dan mendapat hidayah. " (Al-Baqarah  : 155-157).

Seperti ditegaskan pada ayat di atas, setiap musibah yang menimpa manusia adalah semacam ujian (cobaan) terhadap keimanan seseorang, dalam-dangkalnya atau tebal-tipisnya iman itu.

Apakah yang dimaksudkan dengan musibah itu ?

Perkataan musibah itu yang menurut bahasa Arab berasal dari kata pokok shawaba, artinya bencana. ,Perkataan tersebut sudah melembaga menjadi bahasa Indonesia. Dalam "Kamus Umum Bahasa Indonesia" karangan W.J.S. Poerwadarminta, musibah itu diartikan: celaka, bencana, malapetaka, tulah. Dalam Kitab Suci Al Qur-an ditemukan 83 x kata-kata yang berasal dari kata pokok shawaba itu, yang dihubungkan dengan berbagaibagai keadaan, situasi, peristiwa dan lain-lain. Hal itu menunjukkan bahwa masalah tersebut mendapat petunjuk dan sorotan llahi.
Pada ayat yang disebutkan tadi diterangkan oleh Allah SWT. sebagai.contoh lima macam musibah, yaitu (1) ketakutan; (2) kelaparan (kemiskinan); (3) kekurangan harta benda; (4) kekurangan jiwa (kematian) dan (5) kekurangan buah-buahan.

Ini tidak berarti bahwa musibah itu terdiri dari lima macam itu saja, tapi hanya sebagai contoh dan masih banyak lainnya..

Masalah ketakutan ditempatkan pada ayat tersebut sebagai musibah yang pertama dan utama, sebab perasaan takut itu melumpuhkan cita-cita manusia, melenyapkan enersi dan kemauan, memandegkan perjuangan dan lain-lain sebagainya. Banyak orang yang mendiamkan saja kepalsuan dan kezaliman sebab takut memikul akibat dan risikonya. Tidak sedikit pula orang yang takut mengemukakan dan menegakkan kebenaran, bahkan kadan-kadang "diputar balikkannya"; yang jelas-jelas putih dikatakannya hitam, yang bengkok disebutkannya lurus dan lain-lain sebagainya. Malah ada pula yang takut kepada "bayang-bayang"; takut terhadap hantu di siang hari bolong. Semua itu adalah karena cengkaman perasaan takut.

Apabila perasaan takut (angst-psycho) itu sudah "mencekam" jiwa seseorang, hal itu adalah permulaan kemandegan kehancuran dan kejatuhan.

Macam-macam musibah dan hakekatnya.

Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia.

Dalam garis besarya, musibah itu ada dua macam. Pertama, musibah yang bersifat umum; kedua, musibah yang mengenai pribadi. Ahli Tafsir Fakhrur Razi menguraikan, bahwa musibah yang bersifat umum itu ialah seperti: musim kemarau yang panjang, tanam-tanaman yang rusak, kebakaran, banjir, gempa bumi dan lain-lain. Adapun musibah yang bersifat pribadi di antarariya ialah: penyakit, kemiskinan, kematian anak, dihukum dan lain-lain. (Tafsir Ar-Razi, fl. 29-30, hal. 236).

Musibah yang bersifat umum itu sekarang disebutkan bencana nasional.

Hal ini ditegaskan lebih jauh dalam Al Qur-an :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ(2)وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ(3)
"Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami beriman, sedang mereka tidak dicoba? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu dari mereka, dan Allah s.w.t. mengetahui orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta" (Al Ankabut XXIY: 2-3).

Dalam ayat ini dijelaskan tiga hal :
1. Orang-orang yang beriman akan diuji dengan berbagai- bagai cobaan dalam kehidupan ini.
2. Cobaan itu telah dilakukan kepada umat-umat dahulu; kala, dari abad ke abad.
3.Dengan cobaan itu akan tersisih antara emas dengan loyang, antara padi dengan antah dan sebagainya.

Dalam pada itu, setiap peristiwa kebaikan (ni'mat) yang diterima oleh manusia, pada hakekatnya adalah karunia Ilahi; sedang setiap musibah, bencana atau malapetaka, adalah dari (karena) manusia itu sendiri.

Allah SWT. menyatakan

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

"Apa-apa kebaikan yang engkau peroleh itu, datangnya dari Allah SWT. dan apa-apa bahaya yang menimpa engkau, berasal dari dirimu sendiri. " (An-Nisa' IY: 79).

Kebiasaan manusia di zaman purbakala, malah, masih ada restan-restannya sampai sekarang, kalau dia memperoleh kebaikan dikatakannya karena usahanya sendiri, dan jika dia ditimpa bahaya dilemparkannya kesalahan kepada Allah atau di. carinya "kambing hitamnya" pada orang lain.

Kebaikan atau keburukan yang menimpa manusia sesungguhnya telah ditentukan menurut hukum yang ditetapkan Allah SWT. yang dinamakan takdir.
Tetapi, kesalahan dan kejahatan yang dilakukan oleh manusia menjadi sebab yang tidak langsung mendatangkan musibah (bahaya), supaya mereka sadar akan kesalahannya. Oleh sebab itu, dalam setiap musibah yang menimpa, hendaklah manusia mencari kesalahannya pada dirinya sendiri dan kemudian berusaha untuk merubahnya, agar bahaya tersebut jangan terus-menerus ditimpakan Tuhan kepadanya.
Allah SWT telah menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk merubah keadaannya sendiri, yang dinamakan usaha, perjuangan, ikhtiar, dan manusia akan memperoleh bagian sesuai dengan vitalitas dan frekwensi ikhtiar yang dilakukannya, seperti ditegaskan dalam Al Qur-an :


وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى(39)
"Dan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya sendiri. " (An-Najm hIII: 39).
Malah pada ayat yang lain, secara positif Allah SWT. menunjukkan kekuatan dan pengaruh ikhtiar(usaha) itu dengan firman-Nya :

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri. " (Ar-Rad XIII: 11).

Ayat-ayat di atas ini memberantas faham yang menyerahkan keadaan semata-mata kepada takdir, yang disebut fatalisme.

Sikap mental menghadapi musibah.
Saudara-saudara sidang Jum'at yang mulia.
Ajaran Islam telah memberikan resep yang ampuh dalam menghadapi setiap musibah, dengan membulatkan tekad mengucapkan dan menghayati kalam Ilahi:

قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ(156)

"Kita semua milik Allah, dan akan kembali kepada-Nya. "( Al Baqarah 156)
Dalam istilah Islam, sikap mental yang demikian dinamakan sabar.
Yang dimaksudkan dengan sabar bukanlah menyerah (kapitulasi) begitu saja, tapi ialah teguh dan padat hati, tidak terkulai dan tersungkur, kemudian terus bangkit dan mawasdiri serta menarik keuntungan (pelajaran) dari musibah yang menimpa itu.
Ahli ilmu jiwa yang terkenal, Alfred Adler, menyatakan: "One of wonder-filled characteristics of human beings is the power to tum a minus into a plus."

Artinya :''Salah satu watak manusia yang ajaib ialah kemampuannya merubah minus menjadi plus (kerugian menjadi keuntungan)."
Rasulullah memberikan pegangan sebagai berikut:


وَاِنْ اَصَابَكَ شَئٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ اَنِّى فَعَلْتُ كَذَا كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ اللهُ فَعَلَ فَاِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم عن أبى هريرة)

"Apabila engkau ditimpa sesuatu musibah, janganlah engkau berkatu: "Kalau-kalau saya perbuat tempo hari begini atau begitu, tentulah tidak begini atau begitu." Tapi, katakanlah: Allah ,SWT, sudah mentakdirkan yang demikian, dan Dia memperbuat apa yang Dia kehendaki. Kata-kata "kalau-kalau" hanyalah mcmbukakan peranan syaitan. " (riwayat Muslim dari Abu Hurairah).

Menanggapi sesuatu musibah yang menimpa dengan mengeluh mengucapkan "kalau-kalau " mengandung nada penyesal mematikan semangat, menghilangkan gairah dan optimisma.

Musibah itu adalah semacam kejatuhan. Pahlawan bukanlah seorang yang tidak pemah jatuh, tapi yang dinamakan pahlawan sejati ialah orang-orang yang setiap kali jatuh setiap kali pula ia , bangkit kembali.

Sikap mental menghadapi keadaan dalam segala situasi digariskan oleh Allah SWT. dalam Al Qur-an :

لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ(23)
“ Hendaklah kamu jangan berdukacita terhadap apa yang lepas dari tanganmu dan jangan bangga terhadap (ni'mat) yang dikaruniakan Tuhan kepada kamu. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang- orang yang sombong dan membanggakan diri. "(Al-Hadid : 22).

بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ , وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَ تَقَبَّلَ مِنِّي وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ,وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِوَالِدِيْكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ  فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ


No comments:

Post a Comment

ISTRI/WANITA SHOLIHAH

ISTRI/WANITA SHOLIHAH Wanita sholihah merupakan dambaan bagi setiap pria, maka sangatlah penting bagi setiap  pria yang hendak menikah...