Monday 15 January 2018

khutbah jumat Aqiqoh

Aqiqah

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ آدَمَ بِيَدِهِ مِنْ طِيْنٍ , ثُمَّ سَوَّاهُ وَ نَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُوْحِهِ وَ جَعَلَ لَهُ السَّمْعَ وَ الأَبْصَارَ وَ الأَفْئِدَةً , فَتَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ , أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ أَوْدَعَ فِي الإِنْسَانِ الْعَقْلَ لِيُمَيِّزَ بَيْنَ الْخَيْرِ وَ الشَّرِّ , وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ جَاءَنَا بِالنُّوْرِ الْسَّاطِعِ وَ الْبُرْهَانِ الْقَاطِعِ , اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ التَّابِعِيْنَ , أَمَّا بَعْدُ , فَيآعِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي أَوَّلاً بِتَقْوَىاللهِ تَعَالَى وَ طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ


Karunia anak.
Para jama'ah yang budiman !

Sudah menjadi tabi'at manusia bahwa setiap orang menginginkan mendapat karunia anak yang akan menyambung dan meneruskan,turunannya. Tentu yang diharapkan itu ialah anak yang baik, yang berbakti kepada Allah, berkhidmat kepada ibu-bapanya, dan berfaedah untuk masyarakat, negara dan ummat-manusia pada umumnya.
Allah s.w.t. mengajarkan kepada orang yang beriman supaya selalu memohonkan do`a untuk memperoleh turunan yang baik itu, seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur-an :

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا(74)
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
(Al-Furqan ; 74 ) .

Para Nabi dan Rasu12 sendiripun senantiasa memohonkan do'a supaya mendapat anak dan turunan.

Nabi Zakaria memohonkan do'a :

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ(38)
Di sanalah Zakariya mendo`a kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a".(Ali Imran: 38).

Nabi Ibrahim a.s. bermohon ;
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ(100)
"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.

(As-Shaaffat : 100).

Hasrat seseorang, baik laki2 maupun perempuan, untuk memperoleh anak itu adalah sedemikian rupa, sehingga umpamanya apabila disuruh pilih kepadanya antara mendapat karunia anak atau karunia harta, maka kebanyakan orang tentu akan memilih anak. Sebab walaupun harta bertumpuk-tumpuk, tinggal didalam rumah besar dengan segala kecukupan, tapi tidak triempunyai anak yang meramaikan dan memakmurkan rumah tsb., maka kehidupan akan terasa sepi. Anak2 dalam kehidupan rumahtangga adalah laksana kembang didalam taman. Suatu taman tanpa kembang, tidak menimbulkan perhatian dan gairah. Sebaliknya, walaupun tinggal didalam gubuk yang bocor, makan hanya dengan garam dan cabe, tapi ada anak dan turunan yang senantiasa menghibur dan memberikan pengharapan, maka kehidupan akan terasa nikmat dan bahagia. Itulah sebabnya,, maka Tuhan mengajarkan kepada orang2 yang Mukmin supaya selalu memohonkan do'a agar mendapat turunan (generasi) yang menjadi buah hati atau cuhaya-mata (qurratu'ain).

Peranan ibu bapak faktor yang menentukan..
Sidang Jum'at yang mulia !
Menurut ajaran Islam dan juga menurut dasar2 ilmu pendidikan (paedagogik), ibu-bapa memegang peranan yang penting dan menentukan dalam membentuk jiwa dan hari depan anak tersebut. Dalam salah satu Hadist, Rasulullah menyatakan :

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ اِنَّمَا اَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ  (رواه الأَسود بن سريع )

"Tiap-tiap anak dilahirkan dakam.keadaan fithrah (suci-bersih). Ibu-bapanya-lah yang membuat anak itu menjadi seorang Yahudi, atau Nasrani atau Majusi."

Berhubung dengan itu, maka landasan kepercayaan ibu-bapa, cara berfikir mereka, cara hidup mereka, faktor2 lingkungan dan lain- lainnya, semuanya itu mempunyai pengaruh yang menentukan hari depan anak tsb.
Suatu permulaan yahg baik, dalam arti memperlakukan dan mendidik anak itu sesuai dengan ajaran2 yang digariskan Sunnah, pada umumnya akan membuahkan kesudahan yang baik pula. Sebaliknya, permulaan yang buruk, biasanya akan berkesudahan dengan yang buruk pula.

Melakukan 'aqieqah satu permulaan yang baik.
Saudara2 kaum Muslimin yang berbahagia !
Berdasar ajaran Sunnah, apabila seseorang mendapat anak (bayi), maka pada hari yang ketujuh atau sesudahnya, dianjurkan supaya melakukan 'aqieqah anak dsb.
Hukumnya ialah sunnat-muakkad, yaitu sunnat yang sangat diutamakan. Dasar hukum 'aqieqah itu disebutkan dalam suatu Hadist :

كُلُّ غُلاَمٍ رَهِيْنَةٌ بِعَقِيْقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهث يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُسَمَّى فِيْهِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ (رواه الخمسه )
'Tiap- tiap anak tergadai (tergantung) pada aqieqahnya, yang dilakukan sembelihan (ternak) pada hari yang ketujuh dari kelahirannya, diberi nama pada waktu itu dan dicukur kepalanya”

Untuk mendapatkan pengertian tentang maksud aqieqah itu, ada baiknya diuraikan tentang asal-kata aqieqah itu. Perkataan tersebut menurut gramatika bahasa Arab berasal dari kata-pokok 'aqqa, artinya : memotong.
Adapun yang dimaksud dengan 'aqieqah menurut pengertian Syar'iyah ialah menyembelih kambing berhubung detigan kelahiran seorang bayi. Untuk bayi laki2 dua ekor kambing; untuk bayi perempuan seekor kambing.
Pada hari yang ketujuh dari kelahiran itu, diadakan jamuan untuk kaum fakir-miskin, keluarga, sahabat2, tetangga2 dan lain-lainnya, dengan menyembelih kambing.
Pada kesempatan itu, ada dua hal yang dilakukan. Pertama, memotong (mencukur, menggunting) rambut bayi itu; kedua, memberi nama bayi itu.

Jelaslah, bahwa menurut sunnah, yang sebaiknya mencukur (menggunting) rambut bayi itu ialah pada hari ketujuh dari kelahiran nya, atau pada hari ke-14, ke-21 dan seterusnya.

Pemberian nama anak.
Ketika menyelenggarakan 'aqieqah itu, sekaligus diberi nama bayi itu. Walaupun ada orang yang mengatakan „what is a name" (Shakespeare), yang seolah-olah  mengatakan bahwa nama itu tidak mempunyai arti apa2, tapi menurut ajaran Agama (Islam), pemberian nama anak menjadi salah satu soal yang penting.

Dalam suatu Hadist,Rasulullah menyatakan :

مِنْ حَقِّ الْوَلَدِ عَلَى الْوَالِدِ أَنْ يُحْسِنَ أَدَبَهُ وَيُحْسِنَ اِسْمَهُ (الحديث)
“Salah satu hak yang harus diterima  seorang anak dari ayahnya, ialah supaya orangtuanya meididiknya dengan baik dan memberi nama yang baik kepadanya."

Dalam Hadist tsb. dirangkaikan (sama2 penitingnya) antara mendidik anak dengan pemberian namanya.

Dalam masyarakat kaum Muslimin, seringkali soal pemberian nama anak itu, dilakukan secara „acak-acakan". Lebih2 pada-zaman „kemajuan" dan „modernisasi" ini, pemberian nama terhadap anak itu namplaknya ada pula musim-musimnya. Ada yang memberi nama anaknya nama bintang2 pilem yang terkenal, seperti: Rima Melaiti, Sofia Waldi, Widiawati, Chitra Dewi dan lain2. Atau kadang2 mencari rangkaian kata2 yang mengandung unsur2 „romantika,' seperti: Murniha~ti, Sukmawati, Asmaradewi, Rinduhati dan yang seumpamanya. Terutama dicari nama2 yang akhirannya memakai ,,huruf hidup", jangan „huruf mati" seperti: Kadir, Latif, Syarif, Rahmat, Rahim dll. Mungkin yang memakai akhiran „huruf mati" itu dianggap „kolot", „ltidak modern".

Pada waktu yang akhir2 ini, sebagian orang2 Islam sendiri tidak banyak lagi yang mernberikan natna anaknya dengan nama2 yang ada artinya menurut Al-Qur-an. Pasaran nama2 seperti Rasyidah, Rahimah, Sa'diyah, Abdur Rasyid, Abdul Rahim, Abdul Rahman dan lain2, sudah tidak begitu digemari lagi, nalah ada sebagian yang mengaitakan ;,ke-Arab-araban", padahal nama2 tsb. mempunyai semangat dan nilai2 suggestif dalam kelanjutan hidup seseorang. Walaupun demikian, kalau toh hendak dimasukkan juga kedalam nama2 unsur2 „modern", memakai akhiran „kata hidup" dan yang seumpamanya, masih bisa dicari dari pokok2 kata yang terdapat dalam Al-Qur-an, di-„sinkronisir" sedemikian rupa, sehingga kedengaran „ganteng" juga. Umpamanya nama2: Sadri, Luthfi, Rusydi, Mardiati, Inayati, Rahmi dan yang seumpamanya.

Soal pemberian nama anak itu adalah masalah yang penting dalam pembinaan kekeluargaan dan pembangunan ummat, yang perlu diterapkan dalam kehidupan ummat Islam.

Pengaruh tradisionil.
Sidang Jum'at yang terhormat!!
Dalam kehidupan menjelang kelahiran seorang bayi, masyarakat kita masih sangat dipengaruhi oleh kepercayaan2 yang bersipat tradisionil. Menurut ajaran Islam, ketika seorang ibu sedang mengandung (hamil ), selain memelihara keseharan, pun haruslah dia dan keluarga pada umumnya selalu bermohon supaya anak yang akan lahir hendaknya seorang anak yang baik dan shalih. Disamping itu, dapat pula dipasang nazar, yaitu janji terhadap diri dan disaksikan oleh Tuhan, bahwa kelak apabila melahirkan dalam keadaan selamat akan bersedekah kepada fakir-miskin atau melakukan amal2 lainnya.
Tetapi, ada satu kebiasaan tradisionil yang dilakukan pada beberapa daerah, dan samasekali tidak ada ketentuannya menurut Sunnah yaitu melakukan apa yang selalu dinamakan „menujuh bulan". Yaitu, apabila kandungan sudah mencapai usia 7 bulan, diadakan „kenduri". Malah ada pula yang mempunyai „kepercayaan" ; kalau ingin mendapat anak laki2, maka wanita yang hamil itu hendaklah makan rujak yang pedas2 ; dan jika ingin mendapat anak perempuan, supaya makan rujak yang manis. Kepercayaan yang demikian adalah sesat dan keliru.
Yang, disunnahkan menurut ajaran Islam ialah, apabila anak sudah lahir, maka pada hari yang ketujuh atau sesudahnya dari kelahiran itu dilangsungkan aqieqah menurut cara yang diuraikan tadi.

Hikmah aqieqah.
Adapun hikmah aqieqah itu, dapatlah disimpulkan sbb:

(1). Pernyataan syukur kepada Ilahi yang telah mengaruniakan anak, yang akan menyambung dan meneruskan turunan (generasi).
(2). Pemberitahuan secara resmi dan umum kepada kaum-keluarga, tetangga2, sehabat2 dll. tentang bertambahnya anggota keluarga.
(3). Mensyi'arkan aja'ran2 Islam, yang pada setiap peristiwa memperoleh nikmat, selalu mengandung unsur2 kemasyarakatan, kesosialan dan yang seumpamanya.
(4). Menumbuhkan dan menebalkan perasaan tanggungjawab terhadap amanah Tuhan, terutama berkenaan dengan amanah memelihara anak, mendidiknya dan membimbingnya untuk menjadi manusia yang berbakti dalam arti seluas-luas ka:ta.
(5). Melaksanakan satu tatacara amaliah yang semakin mendekatkan diri ( taqarrub ) kepada Allah.

Marilah kita selalu membiasakan melakukan ketentuan2 yang ditetapkan Al-Qur’an dan Sunnah.


جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْكَامِلِيْنَ الْمُؤَدِّيْنَ لِوَاجِبَاتِهِمْ مَعَ الْمُخْلِصِيْنَ السَّائِلِيْنَ وَقُوْلُوْا اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لاَاِلهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

No comments:

Post a Comment

ISTRI/WANITA SHOLIHAH

ISTRI/WANITA SHOLIHAH Wanita sholihah merupakan dambaan bagi setiap pria, maka sangatlah penting bagi setiap  pria yang hendak menikah...