Tuesday 16 January 2018

Khutbah Jumat Sukses Hidup di Dunia 2018

Sukses Hidup di Dunia

الْحَمْدُ ِللهِ الّذِي خَلَقَنَا مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ  ثُمَّ جَعَلْنَاخَلِيْفَةْ , أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الَّذِي جَمَعَ الْقُلُوْبَ بِفَضْلِهِ وَ أَعْطَى كُلَّ شَيئٍ خَلْقَهُ , وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ عَاشَ لأُمَّتِهِ لاَ لِذَاتِهِ اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا الْحَقَّ وَ سَارُوْا عَلَى هُدَاهُ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ 


Saudara kaum Muslimin yang mulia.

Dalam mengharungi samudera yang penuh gelombang bergulung gulung ini, maka keadaan dan posisi manusia pada umumnya terbagi kepada dua macam. Pertama disebut mempunyai “bintang terang” kedua, mempunyai “bintang gelap”.
Orang yang mempunyai bintang terang itu, kelihatan mudah dan lancar saja melalui jalanraya kehidupan ini. Apa saja yang dikerjakannya selalu berhasil. Kalau dia berniaga, senantiasa beruntung; jika dia bercocok tanam, tanamannya lekas tumbuh. Orang yang demikian disebut mempunyai. “tangan dingin.”
Adapun orang orang yang mempunyai bintang gelap, hidupnya senantiasa dilanda oleh kesulitan demi kesulitan. Tiap-tiap usaha yang dikerjakan selalu gagal. Kalau berniaga, bukan saja mengalami rugi, tapi “termakan modal” pula, bahkan dibalut lagi oleh hutang melilit. Jika menanam pohon, bibitnya tidak mau tumbuh. Orang yang demikian disebut mempunyai “tangan panas.”
Jika ditinjau latarbelakang dan sebab-sebab terjadinya hal yang semacam itu, tentu saja hanyak faktor-faktornya.
Salah satu di antaranya, dilihat dari sudut wahyu Ilahi dan akidah Islamiyah, diterangkan oleh Tuhan dalam Al Qur’an :

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى(5)وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى(6)فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى(7)وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى(8)وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى(9)فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى(10)وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى(11)
Ada orang-orang yang memberi (penyantun), orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang mengakui adanya (nilai-nilai) kebaikan, maka akan Kami gampangkan kepadanya jalan yang mudah. Adapun orang- orang yang bakhil, orang-orang yang merasa serba cukup dan orang- orang yang mendustakan (nilai-nilai) kebaikan, maka akan Kami mudahkan kepadanya jalan yang sukar. Jika dia terjerumus, maka harta bendanya tidak akan dapat menolongnya sedikitpun juga. “ (Al Lail : 5-11).

Pada ayat tersebut dikemukakan tiga macam faktor yang dapat menunjukkan kepada manusia jalan keluar (way-out) dari kesulitan-kesulitan kehidupan, dan tiga pula faktor-faktor lainnya yang membuat manusia selalu terbentur ke jalan buntu dalam perjuangan hidup ini. Faktor-faktor itu pada pokoknya berkenaan dengan soal watak, sikap hidup, akhlak dan kepribadian.

Para hadirin jama'ah jum'at yang mulia

Baiklah kita uraikan secara singkat satu demi satu.
Adapun tiga unsur yang dapat memberikan kemudahan kepada manusia dalam kehidupan ini, ialah :
(1). Penyantun.
Pertama; ialah sikap hidup penyantun atau dermawan, yang memberikan sebagian harta bendanya untuk menolong orang-orang yang membutuhkan, seperti untuk fakir-miskin, anak-anak yatim dan lain-lain sebagainya.
Dalam Al Qur’an banyak ditemui ayat-ayat yang mendorong seorang Muslim supaya berlaku dermawan dan penyantun, menafkahkan sebagian rezeki yang dikurniakan Tuhan kepadanya untuk obyek-obyek yang diridhai Ilahi.
Tuhan memperingatkan dalam Al Qur’an :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ(254)

“Hai orang-orang yang beriman ! Nafkahkanlah sebagian rezeki yang Kami berikan kepada kamu sebelum datang hari di mana tidak ada lagi jual beli, tidak ada persahabatan istimeiva dan tidak ada perbantuan orang-orang yang ingkar (terhadap itu), mereka masuk dalam golongan orang-orang yang zalim. “(Al-Baqarah : 254).

Pada ayat-ayat yang lain, dilukiskan oleh Allah SWT. Pahala berlipatganda yang akan diterima kelak oleh orang-orang penyantun dan dermawan itu. Di antaranya :

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(261)
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah adalah laksana sebuah biji (benih) yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, di setiap tangkai seratus buah. Tuhan melipat gandakan (pahala) kepada siapa yang disukaiNya dan Tuhan itu luas pemberianNya dan Maha Mengetahui. “(Al Baqarah : 261).

Sikap penyantun dan dermawan itu haruslah dilakukan dengan ikhlas, jangan lantaran “berudang di balik batu,” tidak pula karena hendak mengharapkan pujian dan mencari popularitas. Tetapi, adalah lantaran dorongan kesadaran dan hati nurani sendiri, motif-motif perikemanusiaan, karena hendak berbakti kepada Allah SWT.
Orang-orang yang dermawan dan penyantun itu mempunyai pertalian batin dengan orang banyak atau masyarakat.

(2). Taqwa.
Kedua, ialah orang-orang yang mempunyai sifat taqwa. Apakah yang dimaksud dengan pengertian taqwa itu ? Diantara ulama ada yang merumuskan pengertian umum dan definisi taqwa itu “Tiap-tiap manusia memelihara diri sendiri dari sesuatu hal yang merusakkannya dan merusakkan manusia yang lain dan berusaha mencapai tujuan yang mulia dan kedudukan yang sempurna di dunia dan akhirat.”
Lebih jauh dinyatakan, bahwa orang- orang yang taqwa itu senantiasa berusaha untuk meninggalkan semua larangan-larangan Allah dan mentaati perintah-perintah Tuhan, mengerjakan perbuatan-perbuatan kebajikan, melaksanakan ibadah, mensucikan jiwanya dan rohani, menjauhkann kemaksiatan dan lain-lain sehagainya.
Sifat taqwa itu memberikan ukuran kepada manusia untuk menilai dua hal.pertama , untuk membedakan hal-hal yang balk dan yang buruk kedua, untuk membedakan yang manfa’at dan yang mudharat.
Sifat taqwa itu bukan saja mendekatkan hubungan antara manusia dengan Khalik, selalu mendapat bimbingan dan hidayahNya, tetapi merupakan perekat yang merapatkan hubungan manusia sesamanya. Hubungan yang harmoni itu akan menciptakan iklim kegairahan, ketenangan dan membukakan pengharapan untuk dapat keluar dari dilema yang sedang dihadapi.
Tuhan memberikan jaminan dalam Al Qur-an

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا(2)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa yang taqwa, maka Tuhan akan menunjukkar. Baginya jalan keluar, dan memberikan rezekinya dari (sumber) yang tidak pernah dipikirkannya. (A t-Thalaq : 2-3).

(3) Nilai-nilai kebaikan.
Ketiga, ialah orang yang mengakui (tasdieq) nilai-nilai kebaik Dalam kehidupan di dunia ini, ada dua unsur yang menentukan. Pertama, nilai-nilai kebaikan, yang pada umumnya menciptakan kebahagiaan, kenikmatan, kerukunan dan lain-lain hal yang bersifat positif. Kedua, nilai-nilai kejahatan, yang pada ghalibnya mendatangkan kerusakan, sengketa, kehancuran dan lain lain yang bersifat negatif.
Seseorang yang mengakui nilai-nilai kebaikan itu dengan hati nuraninya, tentulah akan berusaha semaksimal mungkin menerapkan nilai-nilai itu dalam kehidupan pribadinya dan masyarakat.
Pada akhirnya ketiga sifat utama yang di atas tentulah akan memudahkan atau membukakan jalan-keluar (way-out) bagi manusia dari kesulitan melintang dan membujur yang dijumpainya di jalan raya kehidupan ini.


بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ , وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَ تَقَبَّلَ مِنِّي وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ,وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِوَالِدِيْكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ  فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ


الْخُطْبَةُ الثَّانِيَةُ لِلْجُمْعَةِ
الْحَمْدُ للهِ الْمَنْعُوْتِ بِصِفَاتِ التَّنْزِيْهِ وَ الْكَمَالِ . وَ أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ , وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ سَنِيُّ الْخِصَالِ . اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ التَّابِعِيْنَ , عِبَادَ اللهْ , إِتَّقُوْا اللهَ فَإِنَّكُمْ عَلَيْهِ تُعْرَضُوْنَ , وَ اعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ فِي كِتَابِهِ الْمَكْنُوْنِ , وَ أَمَرَكُمْ بِذَالِكَ فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَيْهِ تَكُوْنُوْا مِنَ الْفَائِزِِيْنَ . اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَيْهِ وَارْضَ عَنِ الأَرْبَعَةِ الْخُلَفَاء, وَ بَقِيَّةِ الْعَشْرَةِ الْكِرَامِ , وَ آلِ بَيْتِ نَبِيِّكَ الْمُصْطَفَى , وَ عَنْ الأَنْصَارِ وَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ التَّابِعِيْنَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن ,اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ , إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ , وَ نَسْأَلُكَ اللهُمَّ دَوَامَ الْعِنَايَةِ وَ التَأْيِيْدِ , لِحَضْرَةِ مَوْلاَنَا سُلْطَانِ الْمُسْلِمِيْنَ , الْمُؤَيَّدِ بِالنَّصْرِ وَ التَّمْكِيْنِ , اللهُمَّ انْصُرْهُ وَ انْصُرْ عَسَاكِرَهُ , وَ امْحَقْ بِسَيْفِهِ رِقَابَ الطَّائِفَةِ الْكَافِرَةِ , وَ أَيِّدْ بِشَدِيْدِ رَأْيِهِ عِصَابَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ , وَ اجْعَلْ بِفَضْلِكَ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنَّا , وَ ارْفَعِ اللهُمَّ مَقْتَكَ وَ غَضَبَكَ عَنَّا , وَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ وَ لاَ يَرْحَمْنَا يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ , اللهُمَّ إِيَّاكَ نَسْأَلُ فَلاَ تُخَيِّبْنَا وَ إِلَيْكَ نَلْجَأُ فَلاَ تَطْرُدْنَا , وَ عَلَيْكَ نَتَوَكَّلُ فَاجْعَلْنَا لَدَيْكَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ , إِلَهِي هَذَا حَالُنَا لاَ يَخْفَى عَلَيْكَ فَعَامِلْنَا بِالْإِحْسَانِ إِذِ الْفَضْلُ مِنْكَ وَ إِلَيْكَ , وَ اخْتِمْ لَنَا بِخَاتِمَةِ السَّعَادَةِ أَجْمَعِيْنَ
عِبَادَ اللهِ , إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ


No comments:

Post a Comment

ISTRI/WANITA SHOLIHAH

ISTRI/WANITA SHOLIHAH Wanita sholihah merupakan dambaan bagi setiap pria, maka sangatlah penting bagi setiap  pria yang hendak menikah...