Tuesday 16 January 2018

Khutbah Jumat Puasa Ditinjau daru Ruhaniyah 2018

Ibadah Puasa

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ عَلَى أُمَّةِ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ . كَمَا فَرَضَ الصِّيَامَ عَلَى جَمِيْعِ الأَمَمِ الْمَاضِيَّةِ فِي الشَّرَائِعِ السَّمَاوِيَّةِ , وَأَنْزَلَ فِيْهِ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً لأُمَّةِ الإِسْلاَمِيَّةِ  , أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْكَبِيْرُ الْمُتَعَالْ  وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ  , اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ هَدَاهُمُ اللهُ فَكَانُوْا قَادَةً مُتَوَاضِعِيْنَ , وَ أَئِمَّةً هُدَاةً مُرْشِدِيْنَ , أَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِى أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى وَ طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

            Para jamaah jum’at yang mulia.
            Saat ini kita telah memasuki bulan yang penuh rahmat, bulan yang penuh berkah yaitu bulan Ramadlan. Marilah kita songsong bulan Ramadlan tersebut dengan mengetahui kembali apakah esensi dari bulan romadlon itu , kemudian apakah manfaat dan hikmah berpuasa pada bulan tersebut dan lain lainnya, sehingga kita bisa memasuki bulan romadlon dengan penuh kesungguhan dan penuh hidmad.
            Para hadirin jama’ah jumat yang dimuliakan Allah.
            Puasa Ramadlan merupakan ibadah yang diperintahkan Allah S.W.T kepada orang-orang yang beriman untuk mengerjakannya seperti Firman Allah dalam surat Al Baqoroh ayat 183 :

            يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُووْنَ ( البقرة 183)
Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan kepada kamu mengerjakan puasa , sebagamana telah diwajibkan kepada orang-orang yang terdahulu dari kamu, supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa”.
            Dilihat dari sudut ilmu fikih , berpuasa itu ialah menahan diri dari tidak makan dan minum dan tidak melakukan hubungan seksuil sejak fajar terbit sampai matahari terbenam. Akan tetapi dilihat dari sudut pandang tasawuf puasa diartikan menahan seluruh anggota –anggota badan lainnya dari perbuatan- perbuatan tidak baik.
            Imam Ghazali membuat klarifikasi puasa menjadi tiga derajat, yaitu:
1.      Puasa awam, yaitu menahan diri semata-mata tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan seksuil.
2.      Puasa khusus. Yaitu menahan panca indera dan anggota tubuh lainnya dari perbuatan-perbuatan yang mendatangkan dosa.
3.      Puasa istimewa, yaitu menahan ( memelihara) hati untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai Allah , seperti hasad, dendam hiqid, takbbbur dan lain-lain.
Maka jelaslah bahwa ibadah puasa itu mempunyai ruang lingkup yang jauh lebih luas dari apa yang kita fahami selama ini.

Para hadirin jamaah jum’at yang mulia.

Dalam garis besarnya ibadah puasa itu mempunyai efek yang besar terhadap dua segi kehidupan manusia. Pertama terhadap segi kehidupan rohaniah ; kedua, terhadap segi kehidupan jasmaniah.
Tiap-tiap segi itu mempunyai mata rantai terhadap kehidupan masyarakat.
Pada siang ini marilah kita tinjau puasa  dari segi yang berhubungan dengan rohaniah. Segi rohaniah ini adalah yang paling penting yang dipantulkan dalam ibadah puasa.
Seperti diketahui, faktor ruhaniyah itu amat menetukan dalam mewarnai kehidupan manusia, yang dengan sendirinya pula memberi corak terhadap keadaan masyarakat.
Ibadah puasa merupakan satu pusat latihan ( training centre ) untuk memantapkan ruhaniyah atau jiwa manusia. Dengan menjalankan ibadah puasa itu , maka setiap Mukmin melatih diri sendiri untuk bersikap ta’at , patuh dan loyal terhadap Allah SWT .Loyalitas itu mempunyai refleksi pula membentuk mental seseorang untuk beriskp loyal terhadap peraturan yang berlaku. Dia berhasil mematuhi satu peraturan tanpa pengawasan atau desakan dari luar, tetapi hanya karena perintah jiwanya sendiri. Seorang yang sedang berpuasa, dalam rumahnya tersedia makanan dan minuman yang lezat-lezat, ada istri yang memungkinkan baginya untuk melakukan hubungan seksuil. Tapi , toh dia mampu mengendalikan keinginannya itu, walaupun jika dilanggarnya dapat diaturnya sedemikian rupa sehingga tidak ada manusia lain yang melihat dan mengetahuinya.
Kemampuan menguasai keinginan itu sendiri adalah satu loyalitas yang murni. Orang- orang yang lulus dalam latihan yang demikian dapat diharapkan bahwa ia akan lulus pula dalam mematuhi peraturan-peraturan yang lain dalam masyarakat dan negara.
Selain dari sifat kepatuhan itu, maka ibadah puasa melatih manusia untuk meningkatkan cita-cita dan kemauannya mengalahkan kehendak hawa nafsunya. Kekuatan kemauan itu merupakan syarat mutlak untuk mencapai sukses atau kemenangan dalam kehidupan. Seorang yang melaksanakan puasa dapat diharapakan bahwa dia akan kuat dan teguh memegang cita-cita dan pendiriannya , kuat jiwanya, kuat iamnnya dan unsur-unsur kekuatan yang demikian dapat mengalahkan segala faktor-faktor keburukan yang datang dari luar. Demikian disimpulkan oleh Dr Muhammad Bahy dalam bukunya” Al Islam fi hayatil Muslim”.
Satu segi lain tentang nilai-nilai ruhaniah dari ibadah puasa ialah melatih manusia supaya mempunyai sikap sabar, yaitu tetap tenag, tahan dan tidak bergoncang dal menghadapi ujian-ujian hidup, baik yang berbentuk tekanan dan mengatsi berbagai soal kesukaran yang membujur dan melintang ditengah-tengah jalan raya kehidupan ini.

Para hadirin jamaah jum’at yang mulia.

Dalam rangkaian  nilai-nilai rohaniah itu termasuk pula aspek-aspek akhlak yang dipantulkan oleh ibadah puasa itu.

Seperti dimaklumi, dalam puasa, manusia melatih diri untuk menahan / menguasai panca indera dan anggota-anggota tubuh lainnya dari perbuatan-pebuatan yang buruk, merusak dan merugikan. Umpamanya, tangan harus ditahan jangan mengambil harta orang lain, jangan menulis sesuatu yang menfitnah dan memburuk-burukkan nama seseorang. Kaki harus ditahan jangan sampai melangkah ketempat  yang maksiat. Telinga harus ditahan jangan mendengarkan ucapan-ucapan yang tidak baik. Mata harus ditahan jangan melihat sesuatu yang dilarang. Mulut harus dikendalikan jangan mengeluarkan perkatan-perkataan yang kotor, kasar, menyakiti orang lain dan lain-lain.
Allah memperingatkan dalam surat An Nuur ayat 30:    

قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَخْفَضُوْا فُرُوْجَهُمْ ( النور 30)
        “ Katakanlah kepada orang-orang yang beriman supaya mereka menahan penglihatnnya dan menjaga kehormatannya”.

Tentang menjaga ucapan / perkataan diperingatkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 19 :
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ أَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ ( لقمان 19)
            “ Dan lembutkanlah suara engkau. Sesungguhnya suara yang amat buruk ialah suara keledai”.
           
            Dalam suatu hadis Rosululloh bersabda:
إِذَا صُمْتَ فَالَْيَصِمْ سَمْعُكَ وَبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَأْثَمِ  ( الحديث)
“ Jika kamu berpuasa, hendaklah turut berpuasa , pendengaranmu, penglihatnmu dan lidahmu dari berdusta dan berbuat dosa”.
           
            Pengendalian terhadap semua yang disebut ini termasuk rangka akhlak.
            Nilai-nilai rohaniyah yang memantul dari ibadah puasa itu, berupa sikap jiwa yang loyal, disiplin, spirit, sabar dan lain-lain adalah unsur-unsur yang amat penting dalam menempa kemantapan mental dan kematangan jiwa, yang menjadi mustika dalam pembinaan kehidupan pribadi. Bersama-sama dengan akhlak itu, keduanya merupakan faktor yang utama dalam pembangunan masyarakat dan negara.
           
بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ , وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَ تَقَبَّلَ مِنِّي وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ , وَ اسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَ لَكُمْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ لِوَالِدِيْكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَافَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَ يَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ



الْخُطْبَةُ الثَّانِيَةُ لِلْجُمْعَةِ
الْحَمْدُ للهِ الْمَنْعُوْتِ بِصِفَاتِ التَّنْزِيْهِ وَ الْكَمَالِ . وَ أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ , وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ سَنِيُّ الْخِصَالِ . اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ التَّابِعِيْنَ , عِبَادَ اللهْ , إِتَّقُوْا اللهَ فَإِنَّكُمْ عَلَيْهِ تُعْرَضُوْنَ , وَ اعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ فِي كِتَابِهِ الْمَكْنُوْنِ , وَ أَمَرَكُمْ بِذَالِكَ فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَيْهِ تَكُوْنُوْا مِنَ الْفَائِزِِيْنَ . اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَيْهِ وَارْضَ عَنِ الأَرْبَعَةِ الْخُلَفَاء, وَ بَقِيَّةِ الْعَشْرَةِ الْكِرَامِ , وَ آلِ بَيْتِ نَبِيِّكَ الْمُصْطَفَى , وَ عَنْ الأَنْصَارِ وَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ التَّابِعِيْنَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن ,اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ , إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ , وَ نَسْأَلُكَ اللهُمَّ دَوَامَ الْعِنَايَةِ وَ التَأْيِيْدِ , لِحَضْرَةِ مَوْلاَنَا سُلْطَانِ الْمُسْلِمِيْنَ , الْمُؤَيَّدِ بِالنَّصْرِ وَ التَّمْكِيْنِ , اللهُمَّ انْصُرْهُ وَ انْصُرْ عَسَاكِرَهُ , وَ امْحَقْ بِسَيْفِهِ رِقَابَ الطَّائِفَةِ الْكَافِرَةِ , وَ أَيِّدْ بِشَدِيْدِ رَأْيِهِ عِصَابَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ , وَ اجْعَلْ بِفَضْلِكَ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنَّا , وَ ارْفَعِ اللهُمَّ مَقْتَكَ وَ غَضَبَكَ عَنَّا , وَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ وَ لاَ يَرْحَمْنَا يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ , اللهُمَّ إِيَّاكَ نَسْأَلُ فَلاَ تُخَيِّبْنَا وَ إِلَيْكَ نَلْجَأُ فَلاَ تَطْرُدْنَا , وَ عَلَيْكَ نَتَوَكَّلُ فَاجْعَلْنَا لَدَيْكَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ , إِلَهِي هَذَا حَالُنَا لاَ يَخْفَى عَلَيْكَ فَعَامِلْنَا بِالْإِحْسَانِ إِذِ الْفَضْلُ مِنْكَ وَ إِلَيْكَ , وَ اخْتِمْ لَنَا بِخَاتِمَةِ السَّعَادَةِ أَجْمَعِيْنَ
عِبَادَ اللهِ , إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ 

No comments:

Post a Comment

ISTRI/WANITA SHOLIHAH

ISTRI/WANITA SHOLIHAH Wanita sholihah merupakan dambaan bagi setiap pria, maka sangatlah penting bagi setiap  pria yang hendak menikah...