Monday 15 January 2018

Khutbah Jumat Malu


“ Malu”


       الْحَمْدُ للهِ الَّذِى نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَظِيْرًا .أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ . وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ , اللهمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا , أَمَّا بَعْدُ فَيآ عِبَادَ اللهِ إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ , وَ مَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ .

Para hadirin kaum muslimin yang dimuliakan Allah !

            Di dunia ini Allah menciptakan dua macam makhluk yang berbeda yaitu : makhluk yang berupa manusia dan makhluk yang berupa hewan . Pada dasarnya kedua makhluk ini adalah sama, karena kepada keduanya Allah sama-sama memberi keinginan dan hawa nafsu. Tetapi oleh Allah manusia diberi karunia yang maha besar, yaitu sesuatu yang bisa membedakan antara barang yang benar dan salah ,mengendalikan, memimpin dan menguasai hawa nafsu, sesuatu itu adalah akal, yang mana akal tidak diberikan oleh Allah kepada makhluk berupa hewan.

            Karena  akal itulah manusia mempunyai perasaan malu , dan dengan perasaan malu tersebut manusia mempunyai derajat yang tinggi disisi Allah SWT ,  berbeda dengan hewan yang sama sekali tidak mempunyai sifat malu.

            Meskipun telah diberi karunia oleh Allah yang demikian hebatnya,  ada juga manusia yang tidak mau mempergunakan akalnya , yang mengendalikan mereka adalah nafsu hewani , mereka tidak bisa membedakan antara barang yang halal dan haram, barang yang berdampak baik dan buruk , barang yang merugikan orang lain atau tidak dengan dalih hal itu sudah menjadi tuntutan zaman , Hal tersebut pada zaman sekarang dapat kita lihat dengan maraknya praktek korupsi, kolusi, pornografi, prostitusi, suap menyuap .sehingga keadaan dan tingkah lakunya tak ubahnya seperti makhluk hewan,mereka telah kehilangan hati nurani  bahkan lebih sesat daripada hewan itu.Seperti telah difirmankan oleh Allah dalam Al Qur’an :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (الأعراف 179)
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Padahal satu-satunya hal atau sifat yang dapat membedakan antara manusia dan hewan adalah sifat malu

Para hadirin sidang jum’at yang dimuliakan Allah!

Sifat malu dalam istilah ilmu akhlak disebut dengan al khaya’ ( حَيَاءٌ) merupakan unsur yang sangat penting dalam agama Islam yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan keimanan. Sehingga boleh dikatakan bahwa ciri-ciri dari orang yang beriman adalah mempunyai rasa malu, apabila rasa malu itu sudah hilang dari seseorang,  maka dengan sendirinya perlu dipertanyakan keimanan orang tersebut. Bahkan bila orang itu sudah hilang rasa malunya dikuatirkan akan menjadi sebab hilangnya keimanan seseorang. Seperti dinyatakan dalam satu hadis :

الْحَيَاءُ وَ الإِيْمَانُ قُرْنَاءُ جَمِيْعًا فَإِذَا رَفَعَ أَحَدُهُمَا رَفَعَ الآخَرُ ( رواه الحاكم )
Yang artinya “malu dan iman adalah dua perkara yang berpasang-pasangan maka ketika hilang salah satunya maka akan hilanglah yang lainnya”

Malu adalah satu sifat atau perangai yang mencegah manusia melakukan perbuatan yang jahat dan buruk. Seperti diketahui, dalam kehidupan ini ada beberapa aturan atau batas-batas yang harus ditaati oleh manusia, yaitu :

1.      Batas-batas atau peraturan agama
2.      Batas-batas atau peraturan perundang-undangan
3.      Batas-batas atau peraturan norma dalam kehidupan bermasyarakat atau etika kesopanan.

Apabila telah hilang rasa atau sifat malu dari seseorang maka dampak buruknya bukan saja pada rohaniah atau pribadi dari orang itu saja tetapi juga membawa pengaruh yang membahayakan pula kepada masyarakat. Pengaruh itu akan menjadi mata rantai yang sambung menyambung.

Para hadirin sidang jum’at yang dimuliakan Allah.

Diantara sebab kehancuran manusia adalah bila manusia tersebut sudah kehilangan rasa malu, seperti diriwayatkan dalam suatu hadis:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ عَبْدًا نُزِعَ مِنْهُ الْحَيَاءُ , وَ إِذَا نُزِعَ مِنْهُ الْحَيَاءُ لاَ تُلْقِهِ إِلاَّ مَقِيْتًا مُمْقِتًا , فَإِذَا لَمْ تُلْقِهِ إِلاَّ مَقِيْتًا مُمْقِتًا نُزِعَتْ مِنْهُ الأَمَانَةُ , فَإِذَا نُزِعَتْ مِنْهُ الأَمَانَةُ لَمْ تُلْقِهِ إِلاَّ خَائِنًا مُخَوِّنًا , فَإِذَا لَمْ تُلْقِهِ إِلاَّ خَائِنًا مُخَوِّنًا نُزِعَتْ مِنْهُ الرَّحْمَةُ , فَإِذَا نُزِعَتْ مِنْهُ الرَّحْمَةُ لَمْ تُلْقِهِ إِلاَّ رَجِيْمًا مُلَعَّنَا , فَإِذَا لَمْ تُلْقِهِ إِلاَّ رَجِيْمًا مُلَعَّنًا نُزِعَتْ مِنْهُ رَقَبَةُ الإِسْلاَمِ ( رواه ابن ماجة عن أبي عمر)

Sesungguhnya ketika  Allah menghendaki untuk membinasakan seorang hamba maka dihilangkanlah darinya sifat atau rasa malu, ketika telah hilang rasa malu dari hambanya maka yang tinggal hanyalah sifat  membenci, ketika yang ada tinggal sifat kebencian maka akan dihilangkan darinya sifat amanah atau dapat dipercaya,  jika sifat amanah tersebut sudah hilang maka yang ada tinggal sifat menghianati, jika yang ada hanya sifat menghianati maka  akan dihilangkanlah sifat rahmah atau kasih sayang, jika telah hilang sifat rahmah maka yang ada tinggallah sifat saling melaknati, jika yang ada tinggal sifat melaknati maka akan hilanglah sendi-sendi keislaman seseorang.

Dari hadis diatas dapat kita ambil pelajaran dengan jelas bahwa dengan hilangnya sifat malu atau haya’ , setelah melalui lima stadium sebagai akibat dari  hilangnya sifat malu tersebut ,maka akan sampailah seorang hamba pada kehancuran.

Para hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!

Sekarang apabila ada pertanyaan “ Kepada siapa kita harus malu? “

Ahli tasawuf membagi sifat malu kepada tiga macam :
1.      Malu terhadap Allah.
2.      Malu kepada manusia.
3.      Malu kepada diri sendiri.

Malu kepada Allah ialah menghindarkan diri dari berbuat maksiat dan kejahatan baik terang-terangan atau sembunyi-sembunyi atau tidak dilihat orang lain.ia menyadari dengan sepenuhnya bahwa apapun yang dikerjakannya baik terang-terangan atau sembunyi-sembunyi semuanya pasti dalam pengawasan Allah SWT.
            Malu kepada manusia artinya adalah menghindarkan diri dari perbuatan yang menyinggung perasaan orang lain atu melanggar etika kesopanan dalam kehidupan sehari-hari.
            Malu kepada diri sendiri artinya adalah menghindarkan diri dari perbuatan yang berakibat merugikan diri sendiri, merendahkan martabat diri sendiri, membuat noda atau aib bagi diri sendiri , walaupun pekerjaan aib itu tidak diketahui oleh orang lain.

Para hadirin jama’ah jumat yang dimuliakan Allah !

Apabila seseorang sudah kehilangan sifat atau perasaan  malunya maka hal yang demikian ini menjadi tanda atau alamat kehancuran seseorang.
Ukuran yang demikian juga berlaku dalam kehidupan suatu bangsa.
Pada akhir khotbah ini marilah kita memohon kepada Allah semoga kita semua dihindarkan dari kehilangan sifat malu. Semoga bangsa ini selamat dari kehancuran amin!

بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ , وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَ تَقَبَّلَ مِنِّي وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ , وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرٌ الرَّاحِمِيْنَ

الْخُطْبَةُ الثَّانِيَةُ لِلْجُمْعَةِ
الْحَمْدُ للهِ الْمَنْعُوْتِ بِصِفَاتِ التَّنْزِيْهِ وَ الْكَمَالِ . وَ أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ , وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ سَنِيُّ الْخِصَالِ . اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ التَّابِعِيْنَ , عِبَادَ اللهْ , إِتَّقُوْا اللهَ فَإِنَّكُمْ عَلَيْهِ تُعْرَضُوْنَ , وَ اعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ فِي كِتَابِهِ الْمَكْنُوْنِ , وَ أَمَرَكُمْ بِذَالِكَ فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَيْهِ تَكُوْنُوْا مِنَ الْفَائِزِِيْنَ . اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَيْهِ وَارْضَ عَنِ الأَرْبَعَةِ الْخُلَفَاء, وَ بَقِيَّةِ الْعَشْرَةِ الْكِرَامِ , وَ آلِ بَيْتِ نَبِيِّكَ الْمُصْطَفَى , وَ عَنْ الأَنْصَارِ وَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ التَّابِعِيْنَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن :اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ , إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ , وَ نَسْأَلُكَ اللهُمَّ دَوَامَ الْعِنَايَةِ وَ التَأْيِيْدِ , لِحَضْرَةِ مَوْلاَنَا سُلْطَانِ الْمُسْلِمِيْنَ , الْمُؤَيَّدِ بِالنَّصْرِ وَ التَّمْكِيْنِ , اللهُمَّ انْصُرْهُ وَ انْصُرْ عَسَاكِرَهُ , وَ امْحَقْ بِسَيْفِهِ رِقَابَ الطَّائِفَةِ الْكَافِرَةِ , وَ أَيِّدْ بِشَدِيْدِ رَأْيِهِ عِصَابَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ , وَ اجْعَلْ بِفَضْلِكَ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنَّا , وَ ارْفَعِ اللهُمَّ مَقْتَكَ وَ غَضَبَكَ عَنَّا , وَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ وَ لاَ يَرْحَمْنَا يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ , اللهُمَّ إِيَّاكَ نَسْأَلُ فَلاَ تُخَيِّبْنَا وَ إِلَيْكَ نَلْجَأُ فَلاَ تَطْرُدْنَا , وَ عَلَيْكَ نَتَوَكَّلُ فَاجْعَلْنَا لَدَيْكَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ , إِلَهِي هَذَا حَالُنَا لاَ يَخْفَى عَلَيْكَ فَعَامِلْنَا بِالْإِحْسَانِ إِذِ الْفَضْلُ مِنْكَ وَ إِلَيْكَ , وَ اخْتِمْ لَنَا بِخَاتِمَةِ السَّعَادَةِ أَجْمَعِيْنَ .

عِبَادَ اللهِ , إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ 

No comments:

Post a Comment

ISTRI/WANITA SHOLIHAH

ISTRI/WANITA SHOLIHAH Wanita sholihah merupakan dambaan bagi setiap pria, maka sangatlah penting bagi setiap  pria yang hendak menikah...