Saturday 13 January 2018

KHUTBAH JUMAT HAYATAN THOYYIBAH

Hayatan Thayyibah

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ آدَمَ بِيَدِهِ مِنْ طِيْنٍ , ثُمَّ سَوَّاهُ وَ نَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُوْحِهِ وَ جَعَلَ لَهُ السَّمْعَ وَ الأَبْصَارَ وَ الأَفْئِدَةً , فَتَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ , أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ أَوْدَعَ فِي الإِنْسَانِ الْعَقْلَ لِيُمَيِّزَ بَيْنَ الْخَيْرِ وَ الشَّرِّ , وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ جَاءَنَا بِالنُّوْرِ الْسَّاطِعِ وَ الْبُرْهَانِ الْقَاطِعِ , اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ التَّابِعِيْنَ , أَمَّا بَعْدُ , فَيآعِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي أَوَّلاً بِتَقْوَىاللهِ تَعَالَى وَ طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Kehidupan yang baik
Para jama'ah yang budiman !
Setiap orang berusaha untuk mencapai kehidupan yang baik, a good life. Dalam AI-Quran, kehidupan yang baik itu disebuit dengan istila.h hayatan thaiyibah.
Diterangkan dalam Al-Quran :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(97)
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(An-Nahl : 97).

Bermacam-macam pengertian dan pernilaian apa yang dimaksud dengan kehidupan yang baik itu. Ada yang mendasarkan kepada harta dan kekayaan ; ada pula yang inenitik-beratkan kepada kedudukan, pengetahuan dsb. Masing-masing melihat menurut kacamata dan suara jiwanya sendiri.
Akan tetapi, satu hal yang jelas, banyak orang yang belum atau tidak menemukan kehidupan yang baik itu, walaupun ia kaya raya ; pangkatnya tinggi dan pengetahuannya luas. la merasa didalam hidupnya yang menurut pandangan orang luar sudah baik, malah bahagia  tapi dia sendiri merasa masih ada kekurangan dan kekosongan.
Apakah sebetulnya hakekat dan pengertian kehidupan yang baik ini ? Raghib Al Ashfahany merumuskan tentang kehidupan yang baik itu sbb.
"Kehidupan manusia yang bersih dari debu-debu kebodohan; kebejatan dan perbuatan-perbuatan yang jijik; dihiasi dengan ilmu; iman dan perbuatan-perbuatan kebajikan," ("Al-Mufradat f i gha-ribil Qur’an" ; hal. 309).

5 unsur kehidupan yang baik.

Qurthuby dalam tafsirnya "Al-Jami'ul Ahkamil Quran" memperinci bahwa unsur-unsur kehidupan yang baik itu (hayatan thaiyibah ) terdiri dari lima hal, sbb.

(1). Rezeki yang halal.

Banyak orang yang mendapat "rezeki" yang melimpah-ruah, tetapi diperolehnya melalui jalan yang curang, seperti menipu, mencuri, korupsi dll. Walaupun dengan kekayaan itu pada lahirnya dia menghayati kehidupan yang baik, tapi pada bathinnya jiwanya senantiasa gelisah dan tersiksa.
Duduk diatas kursi yang empuk terasa seperti duduk diatas bara ; makan makanan yang citalezat tak obahnya seperti menelan duri. la merasa tidak tenang, hatinuraninya berkata bahwa "kehidupan yang baik" yang sedang dinikmatinya itu sifatnya adalah sementara, temporair.
Berbeda halnya orang yang hidup dari rezeki yang halal, yang bersih, yang diperolehnya dengan jalan yang wajar ; ia berhasil menghayati kehidupan yang bail tidak ada yang dikhawatirkan atau disangsikannya. Jiwanya tenteram, walaupun rezeki yang halal itu hanya sekedar untuk „tangkal hidup"; dicari pagi, dimakan sore.
Saluran rezeki yang diperolehnya itu dapat dipertanggungjawabkannya, baik dimuka mahkamah dunia, lebih-lebih lagi di muka Mahkamah llahi di akhirat kelak.

(2). Qana'ah.
Unsur kedua ialah qana'ah.
Pengertian qana'ah itu ialah "mecukupkan apa adanya", terutama berkenaan dengan soal rezeki dan henghidupan. Jusuf al Qardlawy merumuskan makna qana'ah itu dengan kalimat :
"Ridha terhadap karunia (pemberiaw) Allah yang tak kuasa manusia merobahnya lagi" (MusykilatiuZ Faqri iua kaifa alajahal Islam", hal. 28 ) .
Seperti diketahui, manusia mempunyai tabiat tidak merasa puas. Dalam hubungan ini, Rasuhillah pernah menyatakan dalam satu Hadist :

"Seandainya manusia mempunyai dua lembah penuh dengan emas, maka dia akan menghendaki lembah yang ketiga, dan kalau satelah tiga lembah, menghendaki lagi lembah yang keempat. Perasaan tidak puas itu baru berakhir kalau jasadnya sudah dimasukkan kedalam tanah'".

Orang yang tidak mempunyai sifat qana'ah itu, berapapun nikmat yang dikaruniakan Tuhan, dia merasa tidak cukup, dan selalu gelisah dan mengeluh. Tetapi, orang yang qana'ah, menerima dengan ridha rezeki yang diberikan Tuhan, walaupun rezeki itu ibarat kain sehasta, "ditarik ke kepala, kaki terbuka; ditarik ke kaki,
kepala tidak tertutup". Namun dia merasa cukup dengan keadaan yang demikian tidak menyesal, tidak menggerutu dsb.

(3). 'I'aufik.
Unsur ketiga ialah taufik.
Dalam kehidupan ini seringkali ketentuan2 yang diberikan Tuhan kepada seorang hamba sesuai dengan apa yang diharapkzn atau direncanakan oleh manusia itu.
Kesesuaian itulah yang dinamakan taufik (asal perkataan "wafaqa" ).
Apabila manusia selalu menemukan pengharapan2 dan keinginannya/rencananya berhasil, tujuannya tercapai dan yang seumpamanya, maka itulah salah satu wajah kehidupan yang baik.
Taufik itu berjalin-berkelindan dengan hidayah (pertunjuk) Ilahi, bahkan dengan adanya hidayah itulah menjelmanya taufik.

(4) Bahagia (Sa'adah).
Bahagia (sa'adah) itu tidak dapat diraba, abstrak. Hubungannya erat sekali dengan soal kejiwaan, rohaniyah. Ukurannya berbeda-beda bagi tiap2 orang. Ada yang mendasarkannya kepada unsur2 materiil. Tapi pada halcekatnya yang menumbuhkan bahagia itu ialah unsur2 spirituil. Nilai2 jasmaniyah (lahiriyah) selalu ditentukan oleh faktor2 rohaniyah (bathiniyah).

(5). Jannah (Sorga).
Unsur2 yang diuraikan tadi pada umumnya adalah menyangkut dengan bidang2 kehidupan di dunia, yang sifatnya akan lenyap.

Setiap orang Islam dibolehkan, bahkan diperintahkan supaya menghayati kenikmatan hidup di dunia ini. Tapi prioritas ialah menyiapkan bekal (persediaan) yang merupakan kunci untuk mencapai kehidupan yang baik di akhirat kelak, yang sifatnya kekal, baqa. Fasilitas yang diperoleh dalam kehidupan di dunia ini haruslah dijadikan alat atau jambatan untuk menjangkau kehidupan yang baik di akhirat, yang bernama sorga (jannah ).

Jenjang pertama : Amal shalih.
Sidang Jum'at yang mulia !

Jika kehidupan yang baik (hayatan thaiyibah), baik didunia ini maupun diakhirat kelak, diibaratkan laksana mahligai yang tinggi, yang penuh dengan serba kenikmatan, maka jenjang untuk mencapainya mcuurut ungkapan ayat tadi ada dua. Pertama, amal shalih  kedua, beriman
Yang dimaksud dengan amal shalih itu ialah segala perbuatan kebaikan yang mendatangkan manfa'at untuk diri sendiri, keluarga, bangsa dan manusia seluruhnya, yang dilakukan dengan perbuatan, ucapan dan kelakuan. Minimal tidak melakukan sesuatu perhuatan yang dilarang Tuhan, itupun sudah termasuk amal shalih.
Dengan demikian, ruang lingkup amal shalih itu amat luas. Termasuk didalamnya menuntut ilmu, menggerakkan pembangunan, memajukan pengajaran, pendidikan, mendirikan dan memelihara tempat2 ibadah, menyantuni fakir-miskin, mendirikan poliklinik, memperbaiki ekonomi rakyat, menyusun pemerinrahan negara, menegalckan keadilan, membela orang yang teraniaya atau tertindas dan 1001 macam pekerjaan yang termasuk dalam katagori yang baik.

Dalam hubungan ini, Prof. Mahmud Syaltut menyimpulkan ;
"Yang dimaksud dengan amalus shalihat bukanlah amalan yang bersangkut paut dengan iman saja, tidak semata-mata sembahyang, puasa, tasbih, tahlil dan lain-lainnya dari ibadah- ibadah perorangan." (Min Hudal Qur’an :hal. 205)

Jenjang kedua : Iman.
Perbuatan amal shalih itu haruslah dilaksanakan diatas landasan iman, yaitu kepercayaan mutlak terhadap Allah s.w.t. Iman itulah yang menjadi sumber segala nilai-nilai positif yang diperlukan dalam kehidupan dan perjuangan. Malah iman itu faktor kejiwaan yang menentukan, seperti dinyatakan oleh Sayid Sabiq :
"Apabila akidah ( keimanan) itu baik, maka baik pulalah seluruh kehidupan manusia. Jika akan rusak, semuanya itu akan binasa dan berantakan". ("Islamuna" : hal. 27).
Dengan demikian, sesuatu amal atau perbuatan kebajikan yang tidak dilaksanakan diatas dasar iman, umpamanya hanya bermotif perikemanusiaan thok, hanyalah merupakan landasan yang rapuh.

Kesimpulan,
Kehidupan yang baii (hayatan thaiyibah) seperti yang diuraikan itu, hanyalah dapat dicapai melalui jenjang amal shalih dan iman.

بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ , وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَ تَقَبَّلَ مِنِّي وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ,وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِوَالِدِيْكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ  فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ


No comments:

Post a Comment

ISTRI/WANITA SHOLIHAH

ISTRI/WANITA SHOLIHAH Wanita sholihah merupakan dambaan bagi setiap pria, maka sangatlah penting bagi setiap  pria yang hendak menikah...