MENYAMBUT DATANGNYA BULAN
RAMADHAN
Bulan romadhon merupakan bulan yang senantiasa ditunggu-tunggu
kedatangan oleh umat islam di seluruh duania, bulan yang penuh berkah merupakan
tamu istimewa bagi orang-orang yang beriman (dan kedudukannya) sangat mulia pada
jiwa-jiwa mereka. Umat islam saling mengabarkan berita gembira itu dan saling
mengucapkan selamat satu sama lain tentang kedatangan bulan ramadhon ini.Dan semuanya
pun memiliki harapan yang sama untuk
memperoleh kebaikan dan keberkahan yang ada di dalamnya.
Dalam menyambut
Ramadhan Pada
zaman dahulu, para ulama-ulama salaf jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan
Ramadhan, berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah Ta’ala agar
mereka bisa sampai pada bulan yang penuh kemuliaan ini, karena bulan Ramadhan
ini merupakan anugerah yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh
Alah Ta’ala.
Maka hendaknya seorang muslim mengambil suri tauladan dari para ulama
salaf dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, dengan berdoa dengan
sungguh-sungguh dan mempersiapkan diri untuk mendulang pahala kebaikan,
pengampunan serta keridhaan dari Allah SWT.
Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong
berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur
dan balas dendam ketika akan buka puasa. Juga bukan dengan
menyaksikan aneka program acara Televisi yang lebih banyak merusak dan
melalaikan manusia dari mengingat Allah Ta’ala dari pada
manfaatnya.
Tapi persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan
batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan
Ramadhan dengan sebaik mungkin, yaitu dengan hati yang penuh ikhlas dan praktik
ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah SAW.
Karena balasan kebaikan/keutamaan dari semua amal shaleh yang dikerjakan
manusia, sempurna atau tidaknya, semua itu tergantung bagaimana kesempurnaan
atau kurangnya keikhlasannya dan jauh atau dekatnya praktek amal tersebut dari
petunjuk Nabi SAW.
Menyambut bulan Ramadhan yang sebentar
lagi akan datang, setidak-tidaknya berikut ini yang bisa kita lakukan:
- Bersuka cita, bergembira dan senang. Karena Ramadhan
adalah karunia Allah atas hamba-hamba-Nya.
- Bertekad untuk mengisi bulan Ramadhan tahun ini dengan
sebaik-baiknya. Karena bisa jadi bulan Ramdhan ini adalah yang terakhir
bagi kita.
- Bertawakal dan ber-isti’anah kepada Allah. Karena tidak
sekejap mata pun kebaikan akan dapat kita lakukan tanpa taufiq dan
pertolongan dari-Nya.
- Bertobat kepada Allah atas segala dosa. Karena ibadah
dan amal shaleh hanya mampu dikerjakan dengan hati yang bersih, dan dosa
membuat hati menjadi kotor, serta jiwa menjadi lemah.
- Mulai membiasakan puasa dan ibadah yang lainnya dari
sejak sekarang. Karena manusia sangat dipengaruhi kebiasaan.
- Mempelajari kembali ilmu yang berkaitan dengan ibadah
puasa. Dan ini setidaknya mencakup empat ilmu:
Dalam menyambut kedatangan bualan
romadhon ada sebuah riwayat dal sebuah
hadit yang perlu menjadi renungan kita bersama.
Dari Ka’ab bin Ujrah r.a. berkata,
Rasulullah saw. bersabda, “Mendekatlah kalian ke mimbar!”
Lalu kami pun mendekati mimbar itu.
Ketika Rasulullah menaiki tangga mimbar yang pertama, beliau berkata, “Amin.”
Ketika beliau menaiki tangga yang kedua, beliau pun berkata, “Amin.” Ketika
beliau menaiki tangga yang ketiga, beliau pun berkata, “Amin.”
Setelah Rasulullah saw. turun dari mimbar, kami pun berkata,
“Ya Rasulullah, sungguh kami telah mendengar dari engkau pada hari
ini, sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya.”
Rasulullah saw. bersabda, “Ketika aku menaiki tangga pertama,
Jibril muncul di hadapanku dan berkata,
“Celakalah orang yang mendapati bulan Ramadhan yang penuh berkah,
tetapi tidak memperoleh keampunan.” Maka aku berkata, “Amin”
Ketika aku menaiki tangga yang kedua, Jibril berkata,
“Celakalah orang yang apabila namamu disebutkan, dia tidak bersalawat ke
atasmu.” Aku pun berkata, Amin.’
Ketika aku melangkah ke tangga ketiga, Jibril berkata,
“Celakalah orang yang mendapati ibu bapaknya yang telah tua, atau
salah satu dari keduanya, tetapi keduanya tidak menyebabkan orang itu masuk
surga.” Akupun berkata, Amin :” (HR. Hakim)
Dalam hadits lain Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
beliau menceritakan,
أن رسول الله
صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له يارسول الله
ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان
فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم
يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت
: آمين
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam naik mimbar lalu
beliau mengucapkan, ‘Amin … amin … amin.’ Para sahabat bertanya,
‘Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?’ Kemudian, beliau bersabda,
‘Baru saja Jibril berkata kepadaku, ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadan tanpa mendapatkan ampunan,’
maka kukatakan, ‘Amin.’ Kemudian, Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya
masih hidup, namun itu tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti
kepada mereka berdua),’ maka aku berkata, ‘Amin.’Kemudian,
Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang tidak bersalawat ketika disebut
namamu,’ maka kukatakan, ‘Amin.””
Hadis ini dinilai sahih oleh Al-Mundziri.
No comments:
Post a Comment